"Tangan seseorang menyentuh keningku dan mengelusnya dengan hati-hati. Tangan yang besar dan hangat." Batin Qing Xia.
Qing Xia mengerjap, membuka matanya secara perlahan.
"Kau sudah sadar?"
"Dia tidak mungkin sehangat ini... Apa ini mimpi? Mimpi yang diberikan oleh malaikat kematian untukku?" Batin Qing Xia.
"Hei bodoh! Aku tidak bisa memberikan mimpi kepada manusia." Ucap sang malaikat yang ternyata berdiri tidak jauh dari Qing Xia.
Qing Xia menoleh, mencari asal suara yang terdengar menggema di dalam kepalanya.
"Malaikat, kau kah itu?" Tanya Qing Xia melalui pikirannya.
"Iya ini aku! Aku sudah memastikan jika kau hidup kembali. Ingat, waktumu hanya satu tahun. Pergunakanlah dengan sebaik-baiknya."
"Terima kasih. Kau sungguh malaikat yang baik." Jawab Qing Xia melalui pikirannya.
Malaikat berbalik dan berjalan pergi. Menembus pintu kamar, ia kemudian berbalik menatap pintu dengan ekspresi wajah datar.
"Liu Qing Xia, aku mengorbankan 90ribu pahala dari mengumpulkan arwah demi membangkitkan hidupmu. Kuharap, kali ini kau akan jujur terhadap perasaanmu sendiri. Jangan seperti aku yang menyesal tanpa bisa menyampaikan isi hatiku kepada wanita yang kucintai."
Malaikat kembali berbalik dan melayang di udara. Sekejap kemudian, dia menghilang tanpa jejak.
"Apa kau sulit bicara?" Tanya Thien Chi sambil mengelus kening Qing Xia.
"Apa? Ini rumah sakit?" Batin Qing Xia.
"Apa kau ingat kejadian saat kau tertabrak mobil?" Tanya pria itu lagi sambil menyentuh pelan tangan Qing Xia.
"Aku mengingatnya! Kalau di drama televisi, di saat seperti ini pasti pemeran wanitanya lupa ingatan." Ucap Qing Xia melalui pikiran. "Jika aku melakukannya, apakah aku bisa menunda perceraian kita?"
"Apa kau mengenaliku?" Tanya Thien Chi dengan wajah frustasi.
"Aku benar-benar... Tidak mau berpisah dengan pria ini..." Batin Qing Xia.
"Maaf, anda siapa?"
Thien Chi memundurkan langkahnya, kedua bola matanya membesar dengan raut wajah terkejut.
Kebohongan yang keluar begitu saja tanpa perlu direncanakan, itulah yang dilakukan oleh Qing Xia yang kemudian menjadi awal dari sebuah sandiwara dalam rumah tangganya.
"... Liu Qing Xia."
Lobby Rumah Sakit
"Syukurlah dia sudah sadar. Apakah dia baik-baik saja?" Tanya seorang wanita paruh baya.
"Qing Xia tidak mengingat saya." Jawab Thien Chi sambil menatap wajah wanita tersebut.
Wanita paruh baya itu menepuk pelan pundak Thien Chi. "Sepertinya hanya ingatan beberapa tahun terakhir yang hilang. Dia pasti akan segera pulih dan mendapatkan kembali ingatannya. Jangan terlalu khawatir tentang hal itu."
"Iya."
Seorang pria paruh baya berdiri di samping wanita tersebut, dia ikut menepuk pundak Thien Chi untuk menenangkannya.
"Malam ini kami akan menjaganya, selama tiga hari ini kau pasti tidak bisa tidur dan makan dengan baik."
Thien Chi menggelengkan kepala, menolak tawaran dari ayah mertua. "Tidak, saya harus di sini agar merasa tenang.
"Baiklah. Kalau membutuhkan bantuan kami, jangan sungkan untuk menelepon."
"Iya, hati-hati di jalan."
Setelah kepergian kedua orang tua Qing Xia, Thien Chi masuk ke dalam lift.
"Haaa...."
Dia menghela napas panjang.
Thien Chi mengingat kembali kenangan mengerikan ketika Qing Xia ditabrak di depan matanya.
"Saat itu, seharusnya aku tidak membicarakan tentang perceraian di dalam lift..." Batin Thien Chi.
Srekkk!
Thien Chi membuka pintu dan masuk ke dalam kamar rawat Qing Xia.
"Nenek!" sapa Thien Chi ketika melihat neneknya di dalam ruangan.
Nenek Thien Chi berbalik, menatap cucunya dengan tatapan kesal. "Dia tidak mengingatku."
"Nenek, ayo kita bicara di luar." Ajak Thien Chi sambil menarik lengan wanita tua itu.
Takkk!
Nenek Ye menghempas tangan Thien Chi. Dia berjalan keluar dari kamar dengan langkah terburu-buru.
Begitu keluar dari kamar, Thien Chi langsung mendapatkan tamparan di pipi kirinya.
Plakkk!
"Tidak bisakah kau menjaganya dengan benar? Kepalanya jadi seperti itu, apa yang akan kau lakukan?"
"Apa maksud nenek?"
"Dia harus segera melahirkan anak, tetapi lihat bagaimana kondisinya sekarang!"
"Apa nenek juga bilang seperti itu pada Qing Xia?"
Nenek Ye menggelengkan kepala, dia berjalan dan duduk di kursi tamu yang berada di koridor rumah sakit.
"Thien Chi, kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan. Tetapi untuk masalah anak, kau harus memilikinya tahun ini juga."
"Nenek!" Teriak Thien Chi dengan suara tinggi.
"Aku tidak mau tahu, kau harus secepatnya membuat dia hamil dan melahirkan penerus!"
"Tolong hentikan! Kumohon! Tolong jangan bicarakan masalah itu dengan Qing Xia!" Ucap Thien Chi sambil berjalan kembali ke pintu kamar.
Thien Chi membuka pintu dan masuk ke dalam kamar, meninggalkan Nenek Ye yang masih marah dan kesal terhadapnya.
Brakkk!
"Ckkk..." Nenek Ye berdecak dengan wajah emosi.
Di dalam kamar, Qing Xia duduk di tepi ranjang dengan kening dan sebelah tangan yang terbalut perban.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Thien Chi dengan raut wajah khawatir.
Qing Xia mengangguk.
Namun yang terjadi sebelum Thien Chi masuk kembali ke dalam kamar, Qing Xia menguping pembicaraan kedua orang itu dari balik pintu. Dia menempelkan telinganya untuk mendengar lebih jelas suara dari luar ruangan.
"Nenek menginginkan penerus, bukankah itu berarti nenek sama sekali tidak mengetahui rencana perceraian yang Thien Chi inginkan?" Batin Qing Xia.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Thien Chi yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Qing Xia.
"Tidak ada. Aku mau tidur." Jawab Qing Xia lalu berusaha berbaring di atas ranjang.
Thien Chi secara alami membantu Qing Xia, dia memegangi punggung dan tangan Qing Xia agar bisa turun secara perlahan.
"Terima kasih." Ucap Qing Xia menatap tajam mata Thien Chi.
"Aneh sekali bukan? Dia yang selama ini bersikap dingin, sekarang malah terasa hangat setelah melemparkan surat perceraian kepadaku!" Pikir Qing Xia.
Qing Xia menatap punggung Thien Chi yang berjalan menjauh, dia berharap pria itu akan berbalik dan menatapnya walau hanya untuk sesaat.
"Kumohon, berbaliklah dalam hitungan ketiga!" Batin Qing Xia.
"Tiga..."
"Dua..."
"Satu..."
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments