Zivan yang ditahan oleh penjaga rumah pemilik acara sayembara, membuatnya kualahan untuk berlepas diri. Setelah bayangan Alian dengan tantenya tidak lagi terlihat, Zivan pun dilepaskannya.
"Sia_lan! kalian." Umpatnya dan bergegas pergi untuk kembali mengejar Alian.
Dengan kecepatan tinggi, Zivan mengendarai mobilnya. Tidak peduli dengan banyaknya kendaraan yang lalu lalang dengan arah yang berlawanan. Bagi Zivan yang terpenting dapat mengejar calon istrinya.
Alian yang tengah dalam perjalanan pulang, dirinya begitu cemas memikirkan calon suaminya.
Berbeda dengan tantenya yang seolah tengah sibuk merencanakan sesuatu.
'Aku tidak akan membiarkan Alian bahagia dengan Zivan, mereka berdua harus berpisah. Yang seharusnya menikah dengan Zivan itu Marselia, bukan Alian. Apapun caranya, mereka berdua harus berpisah. Aku tahu, Zivan lelaki tajir, tapi aku tidak akan membiarkan dirinya menikah.' Batin ibunya Marselia yang tengah merencanakan sesuatu untuk keponakannya.
Tidak memakan waktu lama, Alian bersama tantenya telah sampai di halaman rumah. Kemudian, Alian bergegas keluar dan masuk ke dalam rumah.
Berbeda dengan Zivan dirinya masih dengan kecepatan tinggi dalam mengendarai mobilnya. Bahkan, tidak peduli jika terjadi lakalantas di jalanan.
Dengan kecepatan tinggi, akhirnya sampai juga di depan rumah milik orang tuanya Marselia.
"Alian! Alian!" teriak Zivan berteriak memanggil namanya.
Alian yang merasa namanya dipanggil, sama sekali tidak merespon. Sedangkan Marselia yang bersemangat untuk menemuinya, dan diikuti oleh ibunya, tidak untuk Alian yang sama sekali tidak ingin menemui calon suaminya.
"Kamu nyari siapa, Ziv? Alian? dia gak mau bertemu sama kamu."
Dengan percaya dirinya, Marselia menemui Zivan.
"Tolong panggilkan Alian. Aku mohon suruh dia untuk menemui aku walau hanya sebentar saja." Jawab Zivan memohon.
"Maaf, aku gak bisa. Mendingan kamu pulang saja, Alian kalau marah itu sulit untuk diredakan. Jadi, lebih baik kamu pulang saja. Masih ada hari esok untuk bertemu, tapi tidak untuk kali ini." Ucap Marselia.
"Aku hanya ingin bertemu sebentar. Apa salahnya jika aku ingin menemuinya. Alian tunanganku, tidak ada larangan apapun untukku bertemu dengannya." Jawab Zivan dengan penuh kekesalannya.
"Maaf, lebih baik kamu pulang saja. Alian sulit untuk dibujuk jika dia memang tidak ingin bertemu." Ucap ibunya Marselia yang tengah ikut menimpali.
"Saya butuh kejelasan yang pasti. Tolong sampaikan ke Alian, saya ingin bertemu dengannya. Saya ingin berbicara penting dengannya." Jawab Zivan butuh penjelasan.
Saat itu juga, Alian keluar dari kamarnya dan menemui Zivan.
"Alian!"
Dengan suara yang cukup nyaring saat memanggil nama calon istrinya, akhirnya perempuan yang dicintainya itu pun menemuinya.
Alian berjalan mendekati Zivan.
"Waktu kita tidak banyak. Jadi, bicaralah seperlunya. Mari, ikut aku ke tempat yang lebih tenang dan tidak bising dengan suara." Ucap Alian mengajak calon suaminya untuk pindah ke tempat yang lebih leluasa.
Zivan mengiyakan dan berjalan mengikuti ajakan dari Alian. Sedangkan Marselia bersama ibunya tidak melarangnya. Namun, jauh jauh hari mereka berdua sudah memberi ancaman kepada Alian. Tentu saja tidak membuatnya khawatir sedikitpun, lantaran percaya kepada keponakannya.
Kini, Zivan bersama Alian tengah duduk bersebelahan sambil menatap lurus ke depan diantara keduanya masing-masing.
"Maaf, jika aku sudah membuatmu kesal." Ucap Alian yang akhirnya membuka suara.
"Tidak apa-apa, aku dapat mengerti dengan kondisimu tinggal bersama tante kamu, sepupu kamu, dan juga pamanmu. Tentu saja kamu butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi mereka. Hanya saja, aku ingin tahu maksudnya tujuan kamu ikut sayembara tadi."
"Aku tidak ada pilihan lain selain melepaskan kamu dan menikah dengan lelaki pilihannya tante aku. Maaf."
Saat itu juga, Zivan langsung meraih tangan miliknya Alian dan menggenggamnya dengan erat.
"Kenapa? apa alasan kamu tiba-tiba mengatakan hal yang seperti ini padaku, Al? Katakan padaku, apa alasannya? kamu butuh uang? katakan padaku, kamu butuh berapa? puluhan juta? ratusan juta? atau miliaran. Katakan padaku alasannya, aku siap memberimu uang jika itu permintaan dari keluarga kamu meski uang miliaran."
Alian menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya ingin kamu menikah dengan Marselia." Jawab Alian membuat Zivan melotot atas apa yang baru saja ia dengar lewat mulut calon istrinya.
"Apa! menikahi Marselia?"
Alian menganggukkan kepalanya, dan tidak mampu untuk mendongak.
"Tidak! Alian. Kamu yang aku pilih untuk menjadi istriku, bukan saudara kamu. Tidak! aku tidak akan mau melakukannya, apapun alasan kamu. Kedua orang tuaku sudah memilihmu, bukan Marselia."
"Aku tidak punya cara lain selain menggantikan jasa tante dan paman yang sudah menyelamatkan hidupku, dan juga sudah membesarkan aku hingga saat ini. Jadi, aku hanya bisa menukarkan dirimu untuk menebus jasa tante dan paman."
"Enggak! Alian. Kamu calon istri pilihanku, bukan yang lainnya. Aku tidak akan pernah sudi menikah dengan perempuan lain, aku hanya ingin menikah denganmu dan hidup bahagia bersamamu."
Zivan pun tetap tidak mau memenuhi permintaan calon istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments