Rasa penasaran

Selesai bersiap-siap, Alian bergegas keluar dari kamar dengan penampilannya yang sederhana.

"Nah! gini 'kan, lumayan menarik penampilan kamu ini. Cocoklah jika dipasangkan dengan lelaki depresi."

Ucap tantenya saat memperhatikan penampilan Alian yang cukup sederhana dan tidak terlihat mewah, yakni sesuai kriteria yang diinginkan keluarga penyelenggara sayembara.

"Kenapa mesti Alin sih, Tante? kenapa gak Marselia saja."

"Kamu tidak boleh protes, titik. Mulai sekarang kamu harus belajar melupakan Zivan, ngerti. Karena Zivan tidak pantas menikah denganmu, tetapi Marselia yang lebih pantas menikah dengan Zivan, paham kamu." Ucap tantenya dengan sinis.

"Tapi, Tan. Kami berdua saling mencintai, bukan Marselia yang dicintai, tetapi Alian."

"Tutup mulut mu. Kamu seharusnya sadar diri karena sudah dibesarkan oleh Tante kamu ini. Tanpa rasa belas kasih dari Tante, kamu tidak akan hidup sehat sampai sebesar ini, paham."

Alian yang mendengarnya, pun tidak bisa berkata-kata lagi selain nurut dan mengikuti perintah dari tantenya.

"Jangan membuang-buang waktu, ayo cepetan sarapan. Waktu kita tidak banyak, karena harus bergilir dan menunggu nomor urut antrian." Sambungnya lagi dan langsung menarik tangan Alian untuk mengajaknya sarapan pagi.

Di ruang makan, Marselia bersama ayahnya sudah menunggu dan siap untuk sarapan pagi bersama dengan istri dan keponakannya.

"Ingat ya, Alian, jangan kecewakan Mamaku. Awas saja kalau sampai kamu gagal, maka kamu harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga." Ucap Marselia memberi ancaman kepada saudara sepupunya.

Alian sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Marselia, ia lebih memilih untuk menikmati sarapan pagi yang terasa hambar.

Setelah itu, Alian diajak berangkat ke tempat tujuan. Namun, saat baru saja keluar dari rumah, rupanya tunangannya datang.

"Alian, kamu mau kemana?" tanya Zivan saat mendapati Alian berpenampilan yang terlihat rapi.

"Aku mau ada urusan sebentar. Maaf ya, jika aku harus buru-buru pergi. Ketemuannya nanti saja, gak apa apa, 'kan?"

"Perginya sama siapa? sendirian?" tanya Zivan yang belum mendapati tantenya Alian.

"Sama Tante, Ziv. Ini loh si Yilan, dia ingin ikut acara apa tadi itu, tante sampai lupa. Oh ya, acara sayembara apa gitu."

"Sayembara?"

"Eh! bukan. Aku hanya ingin melamar pekerjaan saja. Soalnya sistemnya ada sayembara gitu, biasalah model baru buat menarik perhatian yang sedang mencari lowongan pekerjaan." Sahut Alian yang tidak ingin tantenya memfitnah dirinya dengan terang-terangan.

"Melamar pekerjaan? bukankah aku sudah melarang kamu untuk bekerja? sebentar lagi kita akan menikah, dan aku tidak mengizinkan kamu untuk bekerja. Terus, maksud kamu ini apa, Alian?"

"Ya nih, Alian bandel dibilangin. Dia tetap tidak mau mendengarkan omongan tante. Dia maksa untuk bekerja, dan katanya biar punya penghasilan sendiri, begitu." Timpal tantenya seolah ikutan bermain drama, padahal ada niat lain, pikirnya.

"Niatku cuma untuk membahagiakan tante dan paman, itu saja sih. Tapi, kalau kamu melarang, aku pun tidak akan memaksa."

Zivan yang sering mendengar keluh kesah Alian, pun tidak bisa melarang keinginannya untuk membalas jasa paman dan tantenya yang sudah membesarkannya. Jadi, Zivan pun menyetujuinya.

"Baiklah, aku tidak akan melarang kamu untuk bekerja. Kalau kamu tidak keberatan, maka aku akan menemani kamu untuk ikut sayembara yang kamu maksudkan tadi."

"Jangan, jangan, jangan. Aku tidak ingin merepotkan kamu. Aku bisa minta tolong sama tante. Lebih baik kamu pulang saja dulu, nanti kamu bisa datang ke rumah lagi." Ucap Alian yang tidak ingin ketahuan.

"Ya udah kalau kamu tidak mau aku temani, hati-hati di perjalanan." Kata Zivan, Alian pun terpaksa tersenyum padanya.

Setelah berpamitan, Alian bersama tantenya segera berangkat ke tempat tujuan. Sedangkan Zivan masih berdiri di depan rumah tantenya Alian sampai hilangnya bayangan mobil yang ditumpangi oleh tunangannya.

Marselia yang mengetahui Zivan ada di depan rumahnya, ia segera keluar.

"Zivan! tunggu. Jangan pergi dulu." Panggil Marselia saat keluar dari rumah.

Saat itu juga, Zivan langsung menoleh ke belakang.

"Marselia, ada apa?" tanya Zivan ketika namanya dipanggil.

"Kamu mau kemana? gak mampir dulu nih. Sudah lama loh kita gak pernah ngobrol berdua."

"Lain kali aja, Mar. Aku mau berangkat kerja."

"Yakin nih gak mau mampir. Padahal aku ada sesuatu penting loh yang ingin aku sampaikan sama kamu, soal Alian."

"Jangan sekali-kali kamu mengadu domba aku dengan Yilan, aku tidak akan pernah bisa kamu kerjain."

"Tenang, aku gak ada niat buat mengadu domba kamu dengan Alian. Apa untungnya, gak ada juga. Mau gak nih, kita ngobrol berdua. Tenang aja, Papa aku bentar lagi berangkat kerja, gak ada orang di rumah. Juga, aku gak ada niat terselubung sama kamu." Ucap Marselia memberi tawaran dengan kalimat yang membuat Zivan penasaran.

"Jangan macam-macam kamu, Mar."

"Mau gak kamunya? kalau gak mau juga tidak apa-apa sih. Semua terserah kamu, aku cuma mau menyampaikan kabar saja sama kamu."

"Aku tidak ada waktu untuk berbicara sama kamu. Kalau kamu bersedia, katakan sekarang juga. Jika kamu tidak bersedia, berarti kamu hanya akal-akalan saja."

"Nih! baca. Biar kamu tahu tujuan calon istrimu itu. Kalau kamu penasaran, ikutin saja istrimu dan tunggu sampai titik akhir. Maka kamu akan tahu hasilnya siapa calon istri kamu itu."

Akhirnya Marselia menyodorkan lembaran kertas soal sayembara uang tunai dua miliar soal menikah dengan lelaki depresi.

Karena penasaran dan ingin tahu, akhirnya Zivan langsung menyambar lembaran kertas yang ada ditangan Marselia. Dengan seksama, Zivan membacanya begitu teliti dari atas.

Terpopuler

Comments

Rendy Rendy

Rendy Rendy

lake aj,, sambung ke episod selanjutnya

2023-05-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!