Keputusan yang tidak masuk akal

Diperjalanan, Zivan tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap calon istrinya dapat di kejar.

Dilain sisi, Alian tengah menunggu nomor urut yang ada ditangan tantenya. Sambil menunggu, Alian berharap dirinya tidak akan diterima.

Namun, justru ia dikagetkan oleh tantenya dengan sekali tepuk di punggungnya.

"Kamu ini gimana sih, dipanggil lemot banget. Buruan cepat sana masuk, bod_oh. Awas saja kalau sampai gagal, Zivan yang akan menjadi jaminannya, ngerti."

Seketika, Alian langsung bangkit dari posisi duduknya. Kemudian, ia segera masuk untuk dilakukan penyeleksian.

Berkeringat dingin itu sudah pasti, pasalnya ia takut dengan nasib yang akan diterimanya. Satu sisi, Alian tidak tahu harus berkata apa kepada tunangannya soal masalah yang sedang dijalaninya saat ini, yakni ikut sayembara.

"Silakan masuk, Nona." Ucap salah seorang yang tengah menjaga pintu masuk untuk memanggil nomor urutan.

Alian terdiam, pikirannya pun entah kemana.

"Nona, silakan masuk." Ucapnya lagi untuk memanggilnya.

Alian yang tersadar, pun akhirnya masuk kedalam ruangan begitu saja. Seseorang yang ditugaskan untuk menjaga pintu, pun tidak mempersalahkannya, karena sayembara yang dilakukan oleh bosnya bukan hal yang gampang, melainkan ada timbal balik. Juga, pastinya ada perempuan yang harus dipaksa oleh keluarganya.

'Dari tadi aku melihat banyak sekali perempuan yang terlihat tidak siap untuk ikut sayembara, kasihan sekali mereka mereka yang harus mengikuti kemauan keluarga.' Batinnya.

Di dalam ruangan, Alian mengamati isi dalam ruangan tersebut dengan seksama. Takut, itu sudah pasti.

"Siapa nama kamu, Nak?" tanya perempuan paruh baya mengamati penampilan Alian yang cukup sederhana dari ujung kaki hingga mentok di wajah ayu miliknya.

"Alian, Nyonya." Jawab Alian sambil menatap lurus ke depan.

Perempuan paruh baya itu tersenyum saat mendengar jawaban dari Alian. Kemudian, berjalan mendekatinya. Alian semakin gugup dan takut, tak lupa mere_mas ujung bajunya untuk menghilangkan kegugupannya.

"Jangan takut, Nak." Ucapnya sambil tersenyum.

"Sas-saya gugup." Jawab Alian berterus terang. Lagi-lagi perempuan paruh baya tadi tersenyum mendapati Alian yang seperti ketakutan dan gugup, serta terlihat bingung.

"Sepertinya kamu sangat cocok menikah dengan putra kami. Apa keseharian kamu? apakah kamu dipaksa oleh keluargamu? jawab dengan jujur. Terus, apakah kamu mempunyai pacar, kekasih, atau calon suami?"

Alian yang mendapat pertanyaan yang begitu banyak dari seorang perempuan paruh baya yang tengah menyeleksi peserta sayembara, membuatnya gugup dan takut. Jujur atau bohong, Alian bingung untuk menjawabnya.

"Saya sudah mempunyai tunangan, Nyonya." Jawab Alian yang akhirnya berkata jujur.

"Terus, siapa yang membuatmu sampai ikut acara sayembara ini?"

"Tante saya yang mengantarkan saya kesini, Nyonya. Maaf, saya harus mengatakannya dengan jujur, karena saya tidak ingin berbohong, saya berkata sesuai dengan fakta, bukan kebohongan. Saya sendiri bersedia gugur dari ajang sayembara, jika yang saya lakukan ini adalah salah." Jawab Alian yang akhirnya mengatakannya dengan jujur, dan tidak peduli dengan kemarahan tantenya.

'Maafkan Alian, Tante. Tidak mungkin juga jika Alian menyakiti perasaan Zivan, karena kami sebentar lagi menikah.' Batin Alian yang kini tengah menunduk.

"Kamu diterima untuk menjadi pemenangnya. Sekian banyak yang sudah kami lakukan penyeleksian, cuma kamu orangnya yang jujur. Kami akan tanggung segala resikonya. Tinggalkan tunangan kamu, dan menikahlah dengan putra kami." Ucapnya yang akhirnya menentukan pilihan.

Alian yang mendengarnya, pun bagai mimpi. Entah mimpi buruk atau mimpi baik, Alian bengong seketika.

"Tidak. Saya tidak mungkin meninggalkan tunangan saya, Nyonya. Juga, saya tidak mungkin menjadi pengkhianat untuk calon suami saya, Nyonya." Jawab Alian seraya bernegosiasi.

"Pilihan ini telah mutlak, karena sebelumnya kamu sudah menandatangani surat ini setelah menerima nomor antrian. Jadi, tidak ada penolakan ataupun mengundurkan diri dalam acara sayembara ini." Ucapnya sambil menunjukkan lembaran kertas yang sudah ditandangani sebelumnya.

Tentu saja, Alian seperti makan buah simalakama, benar-benar sial, pikirnya.

Kesal dan penuh geram, Alian bisa apa? Dirinya hanya bisa menerima nasib. Mengatakan jujur agar tidak lolos dalam sayembara, justru Alian diterima.

Kemudian, Sayembara pun di hentikan sesuai persyaratan ikut sayembara. Siapa yang sudah memenangkannya, maka acara pun ditutup. Diantara perempuan lainnya yang belum mendapat seleksi, pulang harus membawa kekecewaan saat keputusan mutlak ditentukan.

Kini, tantenya Alian begitu senang mendengar nama keponakannya disebutkan. Saat itu juga, rupanya Zivan mendengar nama calon istrinya disebutkan.

"Apa! Alianda? tidak mungkin, itu pasti kebetulan nama yang sama."

Zivan langsung mencari keberadaan calon istrinya, dan arah pandangannya tertuju pada perempuan yang baru saja keluar dari ruangan penyeleksian.

"Alian!" teriak Zivan memanggil nama calon istrinya begitu nyaring suaranya.

Alian bagai tersambar petir ketika namanya dipanggil oleh calon suaminya. Takut mendapat marah, itu sudah pasti.

Tidak bisa berkata apa-apa, Alian kini menundukkan pandangannya.

"Ayo kita pulang." Paksa Zivan yang hendak menarik tangan miliknya Alian.

"Lepaskan! sekarang juga hubungan kamu dengan Alian sudah berakhir. Alian akan menikah dengan lelaki yang menjadi pilihannya, dan kamu tidak bisa merubah apapun atas pilihannya." Ucap tantenya Alian menatap tajam pada Zivan.

"Apa! hubungan harus berakhir? tidak! Alian calon istriku, Tante. Ini pasti akal-akalan tante saja untuk memanfaatkan Alian."

"Maafkan aku, Zivan. Yang dikatakan Tante memang benar, aku akan mengakhiri hubungan kita." Ucap Alian yang sama sekali tidak mendongak.

"Apa! kamu mau mengakhiri hubungan kita?"

Zivan mencoba untuk memastikannya lagi.

"Sekarang kamu sudah dengar sendiri, 'kan? Alian mengakhiri hubungannya denganmu. Jadi, jangan memaksa Alian untuk bertahan dengan hubungan kamu, paham."

Zivan yang merasa aneh dengan keputusan dari calon istrinya yang tidak masuk akal, membuatnya tidak habis pikir dengan pilihannya.

"Ada apa ini rame-rame masih di dalam lokasi rumah penyelenggara sayembara?" tanya salah seorang penjaga rumah yang mendapati tiga orang yang tengah membicarakan sesuatu belum juga keluar dari dalam lokasi.

"Tidak ada apa-apa, Pak. Ini, hanya ada kesalahpahaman saja. Tolong tahan lelaki ini sebentar, Pak. Saya takut keponakan saya kenapa-napa, karena keponakan saya ini pemenangnya." Jawab tantenya Alian dan bergegas pergi saat memberi perintah kepada salah seorang penjaga rumah.

"Alian! Alian!"

Saat itu juga, Zivan ditahan untuk tidak mengejar Alian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!