Sungguh tidak ada pilihan

Zivan langsung menatap Marselia dengan tatapan yang begitu serius.

"Apa maksudnya ini, Marsel?" tanya Zivan dengan rasa penasaran.

"Kamu ini pura-pura gak tahu atau memang tidak tahu, ha?"

Zivan menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja aku tidak tahu. Apa maksudnya dari sayembara ini? ayo katakan sejujurnya padaku."

"Calon istri kamu itu, si Alian ikut ajang sayembara demi mendapatkan uang dua miliar. Bodoh banget kan, ya? kalau kamu tidak percaya, datangi saja alamat yang tertera di kertas itu."

"Apa! Alian ikut sayembara?"

Marselia mengangguk dan tersenyum penuh kemenangan saat melihat ekspresi dari calon suami saudara sepupunya sendiri di penuhi oleh emosinya.

Saat itu juga, Zivan langsung meremat dan mengepal kertas tersebut setelah membaca alamat yang tertulis di lembaran kertas tersebut.

"Kamu sedang tidak mengerjaiku, 'kan?"

Zivan menatap tajam pada Marselia.

"Tentu saja aku tidak mengerjai kamu. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa datangi sendiri tempatnya." Jawab Marselia dengan santai, seolah dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.

Saat itu juga, Zivan langsung bergegas pergi dan mengejar Alian yang sudah dalam perjalanan menuju tempat tujuan sayembara. Sedangkan Marselia sendiri tersenyum senang penuh dengan kemenangan.

"Sekali dayung, tiga pulau pun bisa aku terlampaui." Ucap Marselia dengan seringainya.

Zivan yang termakan oleh omongan saudara tunangannya, pun langsung pergi untuk mengejarnya.

Sedangkan Alian yang baru saja sampai di tempat tujuan, rupanya sudah dipadati oleh banyaknya peserta yang mendaftarkan diri untuk menikah dengan lelaki depresi dengan jaminan pembayaran secara tunai. Tentu saja membuat orang-orang tergiur dengan jumlah nominal yang begitu banyak, yakni totalnya ada dua miliar.

Bagi kalangan orang biasa, tentu saja sangat banyak nominalnya. Namun, tidak ada salahnya jika harus menikah dengan lelaki depresi.

Kabar simpang siurnya yakni lelaki depresi yang diakibatkan telah gagal dengan pernikahannya. Kini, anggota keluarga telah kualahan untuk mengatasinya. Jalan satu-satunya yaitu untuk menikahkan dan ada yang merawatnya.

"Tante, ini serius?" tanya Alian sambil mengamati yang ada di sekelilingnya, yakni banyak kaum perempuan yang tengah mengantri untuk mengambil nomor urutan.

"Ya lah, masa bohongan, ini serius. Lupakan Zivan, dan kamu harus fokus dengan kemenangan sayembara ini. Awas saja kalau sampai enggak, kamu bakal menyesal nantinya." Jawab tantenya yang tidak lepas dengan ancaman.

"Tapi Tante, Alian 'kan, udah punya tunangan. Masa' iya, Alian menikah dengan lelaki lain?"

"Tidak penting soal itu. Lagi pula Marselia juga bisa menikah dengan Zivan. Jadi, kamu tidak perlu khawatir soal hubungan kamu dengan Zivan, karena ujungnya juga kamu akan tetap berpisah, apapun itu." Ucap tantenya yang tetap pada tujuan utamanya.

Tujuan utamanya ialah untuk memisahkan Alian dan Zivan. Juga, menikahkan putrinya dengannya. Sedangkan Alian hanya dijadikan alat peras untuk tujuan yang sudah ditata dengan rapi.

Alian yang tengah berdiri diantara perempuan lainnya, hanya menahan kesal atas apa yang direncakan oleh tantenya.

"Ingat ya, kamu harus ingat siapa yang sudah membesarkan kamu dari kecil. Jadi, sekarang ini saatnya kamu harus membalas budi kepada tante. Kalau bukan karena Tante, nasib kamu entah akan seperti apa." Ucap tantenya yang seolah memojokkan keponakannya sendiri.

Alian yang mendengarnya, pun tidak bisa berkata apa-apa selain nurut dan pasrah. Namun, hatinya terasa berat ketika dirinya harus melepaskan orang yang dicintainya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!