Tato di bahu sebelah kanan akibat latihan menembak sewaktu berada di Markas mengores bahu kanannya dan akhrinya Kania membuatnya menjadi sebuah tato dengan di tambah sedikit ukiran berbentuk teratai yang artinya masih mencari makna hidup yang sebenarnya.
Bagaimana ini? tak seorang pun dari mereka yang memberinya kesempatan untuk bicara. Mungkin juga jika Kania ingin dia akan menghentikan nafas kedua wanita tersebut untuk sementara dengan sekali gerakan. Tapi Kania lega karena tidak seorang pun memperhatikan dan membahas tentang tato bergambar teratai tersebut.
Kurang dari dua puluh menit Kania di sulap menjadi gadis feminim yang mengenakan kebaya putih bahan brokat berhias payet di bagian leher, lengan transparan berbentuk lonceng dengan panjang kebaya mencapai lutut, setiap tepiannya di percantik dengan hiasan payet yang kerlal-kerlip. Untung saja tidak sekujur tubuhnya yang di penuhi dengan payet!
Rambutnya yang di sanggul cepol, sanggul yang simpel, sanggul yang di sematkan pula hiasan perak untuk mempermanis cepolannya. Kania sedikit lega karena sanggulannya bukan sejenis sanggul pengantin yang beratnya bisa mencapai lima kilogram.
Kania juga lega karena poninya tidak di tarik ke belakang lalu di sasak setinggi tugu Monas walaupun ia masih bingung ada apa sebenarnya.
Hiruk pikuk semakin menjadi-jadi di luar sana. Tawa membahana terdengar hingga hingga ketempt duduknya sekarang yang sedang di Rias oleh seorang ahlinya dengan memegang beberapa perlngkapan make up lainnya.
Kania menatap kuas-kuas yang berjejer di hadapannya itu seperti seperangkat alat bedah dokter atau sederet senjata yang biasanya Kania lakukan saat di markas, saat ingin melatih jarak tembaknya, dia akan senang hati memilih senjata kesukaannya, tapi saat iu benda yang sangat kecil membuat Kania bergidik.
"Apakah semua benda itu di gunakan ke wajahku?"
Dia bisa membayangkan, sebanyak apa para artis Hollywood kesukaannya menggunakan make up tebal sebelum tampil di layar TV atau di atas panggung.
"Kulit wajahmu sangat bagus" ucap wanita yang menekan pipi Kania dengan spons bedak,
"sentuhan ini akan membuatmu menjadi berbeda" timpalnya mbak Dona si MUA tersebut.
Mendengar itu Kania hanya memutar matanya dengan jengah,
"Kenapa sekalian ngga di botox aja" batin Kania.
"Harus terlihat berbeda, cantik, anggun, natural dan mempesona. Soalnya pangeran di depan juga cakepnya minta ampun deh, cuma dewa Yunani yang bisa mengalahkannya" kata Mbak Dona yang di sambut cekikikan oleh ibu-ibu yang berada dalam ruangan tersebut.
Mata Kania melotot.
"Jangan melotot Neng Kania, merem dulu biar make up-nya rata" ucap Mbak Dona kemudian meminta kepada asistennya untuk menambah beberapa make up lagi.
Kania tidak bisa mengingat ada berapa macam zat kimia yang penata rias itu tempelkan di wajahnya, Kania hanya merasakan bahwa wajahnya kini mulai terasa berat dan tebal, terutama di bagian bibir.
Ini bukan penyamaran tapi rasanya lebih aneh dari pada sebuah misi penyamaran menjadi seorang pria atau ibu-ibu sekalian.
"Tuhan, mengapa aku tidak terlahir jadi lelaki saja?" runtuk Kania dalam hati.
Kania ingin mleihat wajahnya di kaca namun para ibu-ibu di kamar tersebut mendorong Kania keluar edngan cepat. Mama Sera menyambutnya di pintu sambil berdecak,
"Aduh anak Mama cantik sekali, ayo kita keluar".
Ruang tamu yang berukuran lima kali empat meter itu telah di ubah menjadi ruangan yang asing yang tidak bisa untuk di kenali lagi. sebuah karpet tebal dan mewah terhampar. Kania belum pernah melihat karpet itu sebelumnya, entah sofa tamu dan beberapa hiasan ruangan tamu dulu yang bertengger di ruangan tersebut berpindah kemana.
Belasan orang dengan berpakaian rapi tengah berbincang-bincang sambil mengunyah kudapan yang berkalori tinggi. Pakaian orang-orang itu mengingatkan Kania saat menjalankan misi di sebuah pusat perbelanjaan bergensi dan targetnya berada di dalam sebuah bioskop, Kania saat itu pun hanyut dalam tayangan yang berada dalam ruangan tersebut.
Kania lupa dengan judul tayangan yang berada di dalam layar hadapannya saat itu tapi yang Kania ingat adalah adegan saat ini persis sama dengan adegan film yang akan melansungkan sebuah pernikahan. Wajah semua orang terlihat cerah kecuali wajah seorang lelaki yang terlihat bosan dan datar sedari tadi. wajahnya mempesona dengan rambut rapi selaras dengan wajahnya yang terlihat Macho.
Puluhan orang yang berada di dalam ruangan tidak menunjukan perubahan gerakan aktivitas mereka. Tetap saja ngobrol dan menikmati beberapa cemilan di hadapannya. Kania melihat Mama Sera dengan menggerakan tangannya aneh,
"Apakah Mama sedang mengirim sandi morse pada seseorang di ruangan depan?" pikir Kania.
Mendadak rasa gugup menyerang Kania. Seharunya dia tidak meraskaan itu berada di tengah keluarganya sendiri, tapi ya ampun lelaki mempesona yang Kania lihat tadi mengangkat wajahnya dari layar HP kemudian melihat ke arah Kania.
Pria tersebut memperhatikan setiap detail yang berada pada Kania. Mulai dengan cepolan rambutnya, baju yang mirip kostum karnval yang kania kenakan dan tidak lupa beberapa payet di ujung baju Kania yang sediki silau membuat mata sedikit memicing.
Papa Adiguna yang berada di dekat pintu berhasil menerima kode morse yang Mama Sera berikan. Lelaki setengah baya itu berdiri kemudian berbisik pada seseorang di luar ruangan dan akhirnya beberapa menit kemudian semuanya menjadi hening.
Lelaki mempesona tersebut menyadari perubahan suasana akhirnya mengangkat wajah dan sekali lagi memandang Kania, mata mereka bertemu, mata yang hitam dan bulat itu, bening itu, dingin itu, sekesal itu, sebenci itu dan.....
tap
tap
tap
Pria tersebut berjalan kemudin duduk tepat di samping Kania.
Mata Kania mengeryit dan diam-diam melirik mahluk yang berada di sebelahnya.
"Kenapa kami harus duduk berdampingan? Oh hellll, Yolan sadarlah, di Negara asalmu banyak pria seperti dia". batin Kania.
Tiba-tiba dia mengingat teriakan sahabatnya saat di dapur restauran,"Di kawinkan".
Itukah yang akan segera terjadi? Kania sedikit panik. Memikirkan masa depannya dan tentang Ayah Guzman apakah juga merestui hubungan tersebut? Kania hanya tahu bahwa pesan Guzman kepadanya untukmenuruti segala apa yang kedua oran tua angkatnya itu perintahkan.
Bagi Kania, Mama Sera dan Papa Adiguna sejauh yang dia ketahui, mereka memang adalah benar figur kedua orang tua yang sangat baik, hanya saja Tuhan tidak memilih mereka untuk memiliki seorang anak.
Sepanjang pengetahuan Kania tentang seorang lelaki, lelaki yang berada di sampingnya tersebut cukup untuk bisa di jadikan seorang pendamping hidup. Tapi untuk Kania menikah sekarang pun bukan termasuk hal yang baik.
Masih banyak misi yang Kania harus lakukan dan ingin capai, belum lagi dia juga belum mengenal siapa sosok lelaki tersebut , apakah itu bisa termasuk ke dalam rejeki nomplok yang harus di tolak dengan berat hati?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Vincar
wehhh auto pegal tuh kepala kalau 5 kilo
2023-05-25
0
Vincar
saya kira pakai kebaya merah Thor
2023-05-25
0