Ulfa Hartono seorang wanita semampai dengan tinggi 170 cm layaknya model yang akan membuat lelaki berpaling darinya saat ia berjalan melintasinya. Berkulit putih dan bermata bulat, berambut ikal sebahu, tampak pas dengan tubuh proposionalnya. Ulfa terkenal tempramental tapi siapa yang berani protes kalau dia adalah the next owner restauran tersebut.
Pemotongan gaji 50% tersebut memaksa Kiana mengangkat tangan. Sangat tidak adil kalau teman-temannya terkena potongan sementara penyebab makanan tersebut terlihat aneh adalah dirinya. Sungguh aneh jika sajian tersebut mendapat tuaian protes pengunjung sedangkan hidangan itu sejak awal tidak ada yang berubah.
Sesuai pesanan dalam daftar menu yang tercantum dengan saus kacang, Kiana sangat teliti saat makanan tersebut di sajikan, mengapa tiba-tiba ada saus tomat di atasnya.
"Kiana!!" ulfa menajamkan tatapannya.
"Kamu tau pengunjung kita kali ini adalah Bapak Sundari yang sudah menjadi tamu VIP kita?!, dia sangat teliti dan paling paham rasa. Kamu overcook saja dia tahu apa lagi perkara saus begini. Untung ini kesalahan pertamamu, kalau tidak aku tidak akan segan-segan!" jelas Ulfa dengan mata melotot kemudian berlalu.
Beberapa detik para karyawan terdiam karena shock.
Kiana Adiguna, Biasa di sapa Kiana. Menghembuskan nafasnya berat dengan berdesis "Perpaduan sempurna antara nenek sihir dan nenek lampir" gumamnya. Di sisi lain Kiana membatin "untung aku masih waras, kalau tidak, jantungmu sudah aku robek dengan pisau dapur".
Beberapa bibir membentuk senyuman mendengar gumaman Kiana, yang lainnya menggelengkan kepala sebagai pengingat untuk tidak membuat masalah bersama Kiana di lain waktu.
Ulfa adalah anak pemilik restauran yang angkuh sedangkan Kiana adalah asisten koki eksekutif yang bekerja sama dengan koki ahli dari Rusia, mereka di terima bersama saat pertama kali di terima oleh restauran tersebut dari Negara yang sama dan persamaan lainnya adalah mereka berdua masih tidak di sukai oleh para pegawai lama.
Orang-orang yang berdiri membentuk barisan tersebut mulai bubar satu persatu kembali ke kegiatan masing-masing. Ada yang membuat adonan, membuat minuman, memasukan adonan ke dalam oven, mengeluarkan pesanan, membersihkan sayur mayur, menata hiasan hidangan, menata meja, membersihkan peralatan dapur, menyiapkan menu berikutnya.
Kiana merenung, sekali lagi dia sangat yakin bahwa tadi dia sudah memasak dengan benar, lalu mengapa bisa muncul saus tomat di atas saus kacang, "Aku akan selidiki nanti" batin Kiana
"Kenapa Na?" tanya salah seorang teman Kiana yang menyadarkan Kiana dari lamunannya.
"Ah, tidak apa-apa, aku hanya sedikit ingat kejadian tadi"
"Sudah, lupakan saja"
"Ya ampun, aku harus pergi, bokap pasti sudah menunggu di depan, lewat dua menit lagi dia akan meledak, dia tidak bisa menunggu" jelas Kiana yang melepas apron dan viscosenya sambil berlari menuju locker. Dia meletakkan apron dan topi koki nya disana kemudian menyambar tas ransel dalam locker, dan berlari ke arah pintu belakang.
"Kamu mau di kawinkan atau mau di sembelih sih? Kok panik banget", teriak Gita yang yakin Kiana mendengar teriakannya.
"Mungkin dua-duanya" balas Kiana dengan teriakan sebelum benar-benar menghilang dari tatapan Gita.
......................
Kiana kini hidup sesuai yang diinginkannya sejak dulu, memiliki keluarga, teman, pekerjaan, rutinitas normal seperti manusia pada umumnya yang dulu Kiana lamunkan saat melihat manusia sedang lalu lalang di hadapannya.
Kiana menyusuri deretan mobil mewah hingga 50 meter jauhnya, sesekali Kiana berhenti di salah satu mobil favoritnya walau hanya sekedar menyentuh, sudah sangat lama dia tidak merasakan mengendarai mobil buatan Eropa tersebut.
Tidak. Dia tidak bisa memikirkannya sekarang.
"Hai, Pa," ucap Kania dengan berpura-pura tidak melihat kerutan dan raut kesal yang terpampang jelas di wajah sang Papa.
"Ada maslaah tadi di dapur, manager Kania ngomel-ngomel makanya Kania lama" sambungnya lagi.
Papanya menginjak pedal gas, merespons.
"Mungkin kejadian di dapur sebagai petanda bahwa hal buruk berikutnya akan terjadi". batin Kania.
Sepanjang jalan Kania melihat awan mendung bergelantungan di atas sana, pngaruhnya begitu besar membuat Papanya cemberut, cemas, gelisah, resah, kacau, galau, dan entah istilah apa lagi yang bisa di gunakan untuk mengambarkan kekalutan pada wajah tuanya itu.
Tiba-tiba saja Papanya berubah menjadi seorang pembalap, mobil yang biasanya santai kini melaju kencang dan berhenti mendecit tepat di depan pagar rumah yang terletak di sebuah komplek perumahan.
Banyak mobil di dekat rumah mereka, para tetangga berkerumun. Kepala Kania di penuhi tanda tanya. Kania mengingat kembali pagi tadi yang masih terlihat normal saat dia meninggalkan rumah, seperti hari-hari biasanya. Mama yang sedang menyeduh kopi di dapur sedangkan Papa yang sedang membaca koran di teras rumah.
Saat itu terlihat banyak orang dan mobil yang terparkir tepat di depan rumahnya membuat Dada Kania berdegup.
"Kamu masuk lewat belakang, menunduk" ucap Papa mendesis tegas seperti Ayah Guzman yang sedang marah padanya, mengingat itu Kania tersenyum tipis kemudian melihat lelaki yang di panggil Papa itu meninggalkan Kania dengan balutan jas lengkap dengan dasi seperti saat Papa bertemu para klien bisnis.
Kania menahan rasa penasarannya kemudian dia berlari sambil menunduk, melewati beberapa lorong untuk tiba ke samping rumah dan berhasil memasuki bangunan tersebut.
"Ya ampun akhirnya kamu datang juga, Mama hampir kena serangan jantung" bisik Mama Sera dengan menyambut Kania sambil menekan tisu di keningnya yang terlihat baik-baik saja.
Napas Kania berhembus berat namun juga merasa lega. Kania melihat wanita yang di hadapannya itu tengah berdandan cantik dalam balutan kebaya terbaik yang di milikinya,
"Ada apa sih Ma?"
"Aduh ini sudah mendesak, walaupun sebenarnya bukan salah kita tapi salah mereka yang datang terlalu cepat tapi kita juga akan tetap salah kalau kamu ngga cepat keluar" ucap Mama Sera dengan mendorong Kania masuk ke kamarnya terburu-buru.
Kata-kata Mama Sera membuat Kania semakin bingung dan akhirnya sampai di depan pintu kamar, Kania masih belum paham sampai membuka pintu kamar, Kania sangat syok melihat kamar yang dia sudah rancang sedemikian rupa sesuai seleranya telah di sulap menjadi sebuah salon. Terrdapat cermin besar, koper-koper kecil berisi alat make up dan beberapa kebaya norak menurutnya dengan payet yang sangat mengkilau di atas ranjang tengah berjejer rapi.
Tiba-tiba dua orang wanita yang Kania tidak kenal mendekati Kania dan mengerayangi tubuhnya, membuka baju dan celananya. Kania berusaha mengelak, mempertahankan diri dari serangan brutal.
Kedua wanita tersebut, bukan karena Kania malu pada tubuhnya karena dia sehat dan kulitnya juga halus, hanya saja selama ini tak seorang pun tahu tentang tato yang berada di bahu kanan Kania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Hanna
Semangat ya kak
2023-06-25
0
it's me_vibe
wah wah..
2023-06-23
0
🥑⃟Serina
Hai kak hadir lagi 😁🙏🏻
2023-06-08
1