4. CPP

Dari semua kekhawatirannya, hal ini bukan yang teratas dalam daftar Jasmine, tetapi tetap saja, agak lucu membayangkan betapa ngeri teman-teman Caroline nantinya; tidak sempat menata rambut jelas termasuk bencana besar menurut pandangan mereka.

Jasmine sangat yakin bahwa menyesal merupakan kata yang terlalu dangkal untuk melukiskan perasaannya karena setuju menjadi pengiring pengantin, tetapi ia sudah bosan menerima rongrongan email Caroline dan permohonan ayahnya yang tidak ada habisnya, belum lagi sikap ibunya yang herannya mendukung ide itu.

“ Aku tahu ayahmu bukan orang yang kau kagumi di dunia ini sekarang,” ujar ibunya, “ dan jelas bukan orang yang aku kagumi juga. Tetapi, apa kau sungguh mau membolak-balik album pernikahan itu suatu hari nanti, mungkin bersama anak-anakmu sendiri, dan menyesal karena tidak ambil bagian di dalamnya?”

Jasmine benar-benar tidak merasa keberatan jika tidak ambil bagian dalam pernikahan itu sebenarnya, tetapi ia bisa melihat arah pembicaraan semua orang, dan tampaknya lebih mudah bagiannya untuk menyenangkan hati mereka, bahkan jika itu berarti ia harus menderita siksaan semprotan rambut, hak sepatu tak nyaman dan pengambilan foto pasca upacara. Saat rombongan pengantin lainnya, kelompok tempan-teman Caroline yang berusia tiga puluhan tahun, ada tambahan seorang remaja inggris, Jasmine langsung disambut hujan tanda seru yang menanggapi rantai email di antara kelompok tersebut.

Dan, meskipun belum pernah bertemu Caroline dan telah menghabiskan satu setengah tahun terakhir memastikan keadaannya tetap begitu, Jasmine sekarang tahu apa saja kesukaan wanita itu dalam berbagai topik tentang pernikahan, masalah-masalah penting seperti sandal tali versus, sepatu hak tinggi dengan ujung tertutup; bunga baby’s breath dalam buket, yang terburuk dan melukai, pilihan pakaian dalam untuk pesta selamatan mempelai wanita atau, menurut istilah mereka, pesta lajang. Sungguh mencengangkan berapa banyak email yang bisa di hasilkan dari sebuah pernikahan.

Jasmine tahu beberapa wanita itu adalah kolega Caroline seni di Institut Seni Indonesia Denpasar, tetapi mengherankan melihat mereka sempat melakukan tugas masing-masing. Ia dijadwalkan bertemu mereka di hotel besok pagi, tetapi sekarang tampaknya mereka harus menaikkan risleting gaun, menggaris mata, dan menggulung rambut mereka tanpa dirinya.

Di luar jendela, langit berwarna pink senja, dan lampu-lampu kecil menandai jalur pesawat mulai berpendar menyala. Jasmine bisa melihat bayangannya di kaca, berambut coklat bermata besar, entah bagaimana sudah tampak selelah dan sekusut jika perjalanan itu sudah dilaluinya.

Ia menyusupkan diri ke sebuah kursi. Disebelah kirinya, seorang pria lebih tua membalik koran begitu keras, hingga Jasmine setengah mengira koran itu bisa terlempar dan melayang. Di sisi kanannya, seorang wanita paruh baya sedang memainkan hpnya.

Tiga jam lagi, pikirnya, sambil memeluk ransel, lalu sadar tidak ada gunanya menghitung waktu ke saat yang kita takutkan; jauh lebih tepat mengatakan dua hari lagi. Dua hari lagi dan ia akan pulang. Dua hari lagi dan ia bisa berpura-pura semua ini tidak pernah terjadi. Dua hari lagi dan ia pasti lolos dari akhir pekan yang telah di takutkannya selama waktu yang rasanya bertahun-tahun.

Ia mengatur ulang ransel di pangkuannya, agak terlambat menyadari risletingnya tidak tertutup rapat, dan beberapa barangnya berjatuhan ke lantai. Jasmine meraih lip gloss lebih dulu, lalu majalah-majalah gosip, tetapi saat hendak memgambil buku hitam berat yang diberikan ayahnya kepadanya, seorang cowok di tempat duduk seberang keburu mengambilnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Adinda

Adinda

Ketemu cowok cakep dong💪👍

2023-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!