5. CPP

Cowok itu sekilas melihat sampul buku sebelum mengembalikannya, dan Jasmine menangkap binar pengenalan di matanya. Tetapi ia malah tersenyum berterima kasih, lalu dengan sengaja berpaling ke jendela, untuk berjaga-jaga jika cowok itu ingin mengobrol.

Jasmine tidak merasa ingin mengobrol sekarang, bahkan dengan orang seimut cowok itu. Ia sama sekali tidak ingin berada di sini, malah. Hari yang menanti di depannya seperti sesuatu yang hidup dan bernapas, sesuatu yang berlari ke arahnya dengan kecepatan tinggi, dan tampaknya menunggu waktu sebelum menabraknya hingga terkapar. Ketakutan yang ia rasakan saat membayangkan naik ke pesawat… padahal ia belum lagi mencapai jakarta, membuatnya bergerak- gerak gelisah di kursi, menggoyang-goyangkan kaki dan menekuk-nekuk jari.

Pria di sampingnya membuang ingus keras-keras, lalu kembali menegakkan koran, dan Jasmine berharap tidak duduk di sebelahnya di dalam pesawat. Ini waktu yang lama, bagian yang terlalu besar dari hari kita untuk dibuang sia-sia. Kita tidak diharapkan untuk melakukan perjalanan dengan orang yang tidak dikenal, tetapi sudah berapa kalikah Jasmine Ke LN di sebelah orang yang benar-benar asing, bersebelahan, bersinggungan, dan meluncur melintasi negeri bersama-sama? Itulah ciri khas naik pesawat: kita bisa bicara dengan seseorang ber jam-jam dan bahkan tidak pernah memgetahui namanya, dan tidak pernah berjumpa dengannya lagi.

Ketika pria tadi menjulurkan leher untuk membaca sebuah artikel, lengannya menyenggol lengan Jasmine, dan Jasmine langsung berdiri sambil memanggul ranselnya di sebelah bahu. Di sekelilingnya, Area gerbang masih penuh manusia. Ia memandang penuh damba keluar jendela, ingin berada di luar saat ini. Ia tidak yakin bisa duduk di sini lagi, tetapi menyeret kopernya menembus orang-orang terasa menakutkan pasca covid. Ia bergeser lebih dekat ke kursi kosongnya tampak terhuni, lalu berpaling ke wanita yang masih asik memainkan hpnya.

“ Bisa tolong awasi tas saya sebentar saja?” tanyanya. Wanita itu berhenti memainkan hpnya dan mengerutkan dahi padanya.

“ Mana boleh begitu,” katanya tajam.

“ Cuma semenit atau dua menit,” jelas Jasmine, tetapi wanita itu cuma menggeleng dikit, seolah tidak mau terlibat skenario apa pun yang mungkin terjadi.

“ Aku bisa,” ujar cowok di tempat duduk seberang. Jasmine menatapnya… untuk pertama kali. Rambut gelapnya agak kepanjangan dan ada remah-remah roti di bagian depan bajunya, tetapi juga ada sesuatu yang menarik pada diri cowok itu. Mungkin logatnya, yang Jasmine yakin logat inggris, atau kedutan mulutnya saat ia berusaha menahan senyum. Tetapi, jantung Jasmine anjlok tanpa terduga saat cowok itu menatapnya. Mata cowok itu kemudian beralih dari Jasmine ke wanita tadi, yang merapatkan bibir tak suka.

Jasmine kembali memandang si Cowok, yang melayangkan senyuman simpati padanya. “ Tidak apa-apa,” ujarnya. “ Kubawa saja. Terima kasih.”

Ia mulai mengumpulkan barang-barang, mengepit buku di bawah lengan dan mengayunkan ransel ke bahu satunya lagi. Wanita tadi nyaris tidak sempat menarik kaki saat Jasmine memanuver kopernya melewatinya. Saat Jasmine sampai di ujung area tunggu, karpet tak berwarna berubah menjadi lantai linoleum koridor, dan kopernya oleng, nyaris jatuh di atas tonjolan karpet yang memisahkan keduanya. Koper itu bergoyang dari satu roda ke roda yang lain, dan saat Jasmine berusaha meluruskannya, bukunya terlepas dari kepitan lengannya, kaus lengan panjangnya ikut melayang ke lantai.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

pada haus liburan, makanya padat🌝

2023-07-14

0

Adinda

Adinda

Ibu2nya nyebelin banget, 😡

2023-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!