Setelah selesai mandi dan sarapan, Sam mengajak Aruna untuk pergi ke ibu kota. Hampir siang hari mereka pulang, karena Sam dan Aruna memang bangun sesudah waktu menunjukkan pukul 9 pagi.
Tidak ada obrolan apa pun di antara keduanya selama perjalanan menuju ibu kota, Sam terdiam dengan kebingungan yang luar biasa karena dirinya bisa melakukan hal yang di luar dugaan kepada Aruna.
Berbeda dengan Aruna, wanita itu diam karena begitu kesal dan juga marah terhadap pria yang ada di sampingnya. Bisa-bisanya Sam berkata jika apa yang terjadi harus dilupakan, karena hal itu terjadi di luar dugaan.
Aruna merasa jika Sam merupakan lelaki pengecut, tetapi dia juga merutuki dirinya yang langsung percaya begitu saja kepada pria itu. Seharusnya Aruna tidak percaya begitu saja kepada pria dingin itu, karena pria itu memang dalam keadaan mabuk berat.
"Turun dan kerjakan apa yang aku sudah kirimkan di email kamu, aku akan pergi untuk mengerjakan tugas yang lain." Sam memerintahkan Aruna untuk turun dari mobil setelah mereka tiba di depan lobi perusahaan, pria itu bahkan tidak menolehkan wajahnya sama sekali ke arah Aruna.
Aruna sempat menolehkan wajahnya ke arah Sam, pria itu hanya menatap lurus ke arah depan. Aruna yang kesal nampak menjulurkan lidahnya, Sam menghela napas berat karena bisa melihat apa yang Aruna lakukan dengan ekor matanya.
"Cepatlah turun!" sentak Sam.
"Ya!" jawab Aruna dengan kesal dengan suara yang meninggi.
Aruna turun dari mobil Sam dengan begitu hati-hati, tentu saja hal itu dilakukan karena area intinya masih terasa begitu sakit. Namun, saat dia sudah benar-benar turun dari mobil Sam, Aruna langsung membanting pintu mobil milik Sam dengan begitu kencang.
"Astaga! Dia itu sangat keterlaluan!" kesal Sam seraya melajukan mobilnya dengan kencang.
Namun, baru saja dia melajukan mobilnya pria itu langsung kembali lagi. Dia sempat memperhatikan cara Aruna berjalan, gadis itu berjalan dengan begitu perlahan.
Bahkan, sesekali dia terdiam dan menarik napas dalam. Sepertinya Aruna begitu kesakitan, Sam merasa sangat bersalah. Dengan cepat dia mengambil ponselnya, lalu dia memesan obat anti nyeri dan meminta petugas apotek untuk mengirimkan obat tersebut ke alamat perusahaan Siregar dengan nama Aruna.
"Semoga saja wanita itu tidak mengatakan apa pun kepada orang lain," ujar Sam seraya menghela napas berat.
Sam langsung melajukan mobilnya dengan kencang, karena memang hari ini dia harus mewakili Steven untuk bertemu dengan klien. Beruntung dia datang tepat waktu, kalau dia telat pasti Steven akan marah kepada dirinya.
Jika Sam sedang pergi untuk menemui klien, berbeda dengan Aruna yang kini sudah sampai di dalam ruangannya. Dia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, lalu dia melipatkan kedua kakinya dan menekan pahanya dengan kuat.
Sakit?
Tentu saja saat ini dia begitu kesakitan, bahkan saat dia berjalan banyak orang yang bertanya kenapa dengan dirinya. Aruna hanya tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya, karena dia tidak berani mengatakan apa pun.
"Sakit sekali, apa yang harus aku lakukan?" tanya Aruna.
Setelah mengatakan hal itu, Aruna nampak mengambil ponselnya dan bertanya kepada mbah gulu-gulu bagaimana cara mengatasi rasa sakit jika baru saja melakukan percintaan untuk yang pertama kalinya.
"Berendam dengan air hangat, minum obat anti nyeri dan kompres dingin. Astaga! Masa gue mesti ngangkang terus ngompres itu make es batu sih?" keluh Aruna.
Saat sedang asik menggerutu, tiba-tiba saja pintu ruangannya ada yang mengetuk. Aruna yang malas untuk bangun, langsung berteriak dan bertanya siapa yang masuk.
"Ini gue, Arin!" jawab Arin seraya membuka pintu ruangan Aruna.
Seorang OB berparas cantik langsung masuk dan duduk tepat di samping Aruna, wanita itu memang bekerja sebagai OB di perusahaan Siregar. Namun, wanita itu juga merupakan teman baik Aruna selama bekerja di sana.
"Ada apaan? Kenapa elu bawa obat sama air putih?" tanya Aruna keheranan.
"Tadi ada obat yang dikirimkan dari apotek buat elu, makanya langsung gue ambil dan gue anterin kemari. Gue penasaran juga sih sebenarnya, memangnya elu sakit apaan? Ngga biasa-biasanya elu sakit dan mesen obat ke apotek," ujar Arin.
Aruna langsung mengambil obat yang ada di tangan Arin, obat itu masih terbungkus dengan rapi. Aruna bahkan tidak mengetahui obat apa itu, dia juga merasa tidak memesan obat tersebut.
"Kok malah diem aja?" tanya Arin.
"Eh? Itu, gue keseleo, jadi mesen obat. Iya, gitu," jawab Aruna asal.
"Oh! Gitu, gue turunan tukang urut loh. Kalau memang kaki elu keseleo, gue bisa urutin," ujar Arin.
"Ngga usah, nanti juga sembuh. Udah sono lanjutin lagi aja kerjanya, kalau butuh apa-apa nanti gue bakal telepon elu."
Aruna berusaha untuk mengusir temannya itu, karena dia tidak mau jika Arin terus saja mengintrogasi dirinya. Takut-takut dia akan keceplosan.
"Iya, gue paham. Elu mau kerja, jangan lupa kabarin gue kalau ada apa-apa," ucap Arin sebelum pergi.
"Hem!" jawab Aruna.
Setelah melihat kepergiaan dari Arin, Aruna bisa bernapas dengan lega. Dia langsung membuka obat yang dibawa oleh Arin, dia mengernyitkan dahinya ketika melihat obat anti nyeri yang dikirimkan untuk dirinya.
"Siapa yang memesan obat ini?" tanya Aruna lirih.
Di saat dia sedang bertanya-tanya tentang siapa yang mengirimkan obat tersebut, satu notif pesan chat masuk ke dalam ponselnya. Dahi Aruna langsung mengerut dalam ketika mengetahui siapa yang mengirimkan pesan chat kepada dirinya.
Tuan Dingin yang menyebalkan, itulah nama yang disematkan untuk Sam. Pria yang selalu saja terlihat dingin dalam bersikap, pria yang selalu bertingkah semaunya.
"Aku membelikan obat anti nyeri untuk kamu, minumlah biar cepat sembuh. Tapi, Jangan pernah menyalah artikan apa yang sudah aku lakukan kepadamu."
Wajah Aruna langsung berubah kesal setelah membaca pesan chat yang dikirimkan oleh Sam, kata-kata yang dilontarkan oleh pria itu benar-benar membuat dirinya sakit hati.
"Oh ya ampun! Ternyata dia benar-benar pria yang brengsek!" kesal Aruna.
Namun, karena area intinya begitu sakit, akhirnya dia meminum obat yang dibelikan oleh Sam. Dia sangat berharap akan cepat sembuh setelah meminum obat tersebut, karena dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan rasa sakit yang dia derita saat ini.
"Ya Tuhan! Apakah aku harus pergi ke dokter untuk meminta obat anti hamil? Tapi, apakah akan berfungsi? Lalu, bagaimana kalau suatu saat nanti aku hamil?"
Aruna bertanya kepada dirinya sendiri dengan raut bingung, dia bahkan terlihat begitu frustasi. Sam bisa saja berkata jika apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan, tetapi jika sebuah kesalahan itu malah membuat dirinya hamil, apakah Aruna siap untuk mengandung benih dari Sam tanpa pertanggungjawaban pria itu, pikirnya.
"Argh! Ini sangat menyebalkan!" teriak Aruna setelah menelan pil yang Sam belikan untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi
nasi dah menjadi bubur, klo pun km nt hamil salah km jg kenapa mau dirayu oleh si kulkas dingin
2023-09-08
0
Mela Fauzi28
belom dapat emosinya sih sejauh ini, apa emg segitu gampang dan santainya udh kehilangan kesucian apalagi habis itu dicampakan. Cm kesel sama.marah doank
2023-08-16
0
#ayu.kurniaa_
.
2023-08-03
0