Sam menatap tajam wajah Aruna, wanita itu seakan tidak terima dan membalas tatapan tajam dari Sam. Sam langsung menghela napas berat, lalu dia menolehkan wajahnya ke arah Steven.
"Saya mohon izin Untuk mengantarkan Aruna pulang, karena saya takut dia akan kenapa-kenapa di jalan." Sam bangun dan membungkukkan badannya dengan hormat.
Tentu saja Sam mengatakan hal itu hanyalah sebuah kebohongan semata di depan Steven, karena pada kenyataannya Sam sama sekali tidak mengkhawatirkan keadaan Aruna.
Justru satu hal yang Sam khawatirkan, dia takut jika saat ini Aruna sedang mengandung benihnya. Karena jika Aruna benar-benar dalam keadaan hamil, jika itu adalah benihnya.
"Haish! Padahal aku ingin makan siang dengan kalian, mana sudah memesan makanan banyak pula. Tapi, aku juga tidak tega membiarkan Aruna pulang sendirian. Pergilah!" ujar Steven.
Aruna begitu kesal mendengar persetujuan dari Steven, karena menurutnya seharusnya Steven menolak keinginan dari Sam. Dia benar-benar tidak sudi diantarkan oleh pria brengsek seperti Sam, pria pengecut yang tidak berani bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap dirinya.
"Tapi, Tuan. Aku bisa pulang sendiri," tolak Aruna dengan halus.
Rasanya Aruna lebih baik pergi sendiri saja daripada harus pergi bersama dengan Sam, karena di dalam hatinya sungguh dia membenci pria itu.
"Jangan membantah Aruna, ini adalah perintah."
Aruna langsung menunduk lesu mendengar apa yang dikatakan oleh Steven, karena walau bagaimanapun juga dia merasa tidak suka jika harus bersama dengan Sam. Namun, dia juga tidak bisa membantah perintah atasannya tersebut.
Steven mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu di sana, tidak lama kemudian dia tersenyum dan menolehkan wajahnya ke arah Sam dan juga Aruna secara bergantian.
"Bonus yang aku janjikan sudah aku transfer ke rekening kalian, sekarang kalian boleh pergi." Steven menghela napas berat karena dia harus makan sendirian.
Walaupun Aruna merasa kesal terhadap Steven, tetapi dia juga merasa sangat berterima kasih kepada pria itu. Karen pria itu sangat baik terhadap dirinya, bahkan Steven kerap kali memberikan bonus jika pekerjaannya selesai dengan tepat waktu dan memberikan keuntungan besar bagi dirinya.
"Terima kasih, Tuan," ucap Aruna.
"Terima kasih, Tuan," ucap Sam seraya membungkuk hormat.
Setelah mengatakan hal itu, Sam langsung menarik lengan kanan Aruna. Wanita itu merasa kesal sekali mendapatkan perlakuan seperti itu dari Sam, karena pria itu benar-benar sangat menyebalkan.
Saat tiba di depan Resto, Aruna langsung menghempaskan tangan Sam dengan begitu kuat. Dia benar-benar merasa mual berpegangan tangan dengan pria itu, Sam langsung menolehkan wajahnya dan menatap Aruna dengan tajam.
"Kamu kenapa, hem?" tanya Sam.
"Aku---"
Aruna tidak bisa meneruskan ucapannya, karena tiba-tiba saja perutnya terasa bergejolak. Seperti ada sesuatu yang siap untuk keluar dari perutnya tersebut.
Hoek!
Aruna langsung memuntahkan isi saat itu juga, sontak saja muntahan Aruna langsung mengenai jas yang dipakai oleh Sam. Wajah Sam terlihat begitu kesal sekali, dia bahkan hendak mengeluarkan kekesalannya terhadap Aruna.
Namun, saat melihat wajah pucat Aruna dia menjadi tidak tega. Dia hanya bisa menghela napas berat dan membuka jas yang dia pakai.
"Aku sudah bilang kalau aku sangat mual jika berdekatan dengan anda!" ketus Aruna.
Entah kenapa bau tubuh Sam tercium dengan tidak enak, rasanya perutnya langsung bergejolak dan ingin muntah saat itu juga.
"Hem! Aku tahu, tapi ada satu hal yang harus aku pastikan." Sam membuang jas yang terkena muntahan Aruna ke tong sampah.
Lalu, dia mencegat taksi dan mengajak Aruna untuk segera pergi dari sana. Agar Aruna tidak muntah kembali, Sam sengaja duduk di samping pak sopir. Sedangkan Aruna duduk di bangku penumpang.
Saat taksi yang ditumpangi oleh Aruna bukan melaju ke rumahnya, Aruna langsung melayangkan protesnya kepada Sam.
"Anda mau mengajak saya ke mana? Ini bukan jalan menuju ke rumah saya, anda nggak ada niat macam-macam sama saya, kan?" tanya Aruna dengan hati yang begitu was-was.
Sam adalah pria yang mengambil mahkotanya walaupun dalam keadaan tidak sadar, dia takut jika saat ini dia akan kembali mengajaknya untuk bercinta dalam keadaan sadar.
Sam yang mendengarkan pertanyaan seperti itu dari Aruna, terserah saja merasa kesal. Pria itu hanya memutarkan bola matanya dengan malas, lalu Sam berkata.
"Tidak akan, Aku hanya ingin membawa kamu ke rumah sakit." Sam menjawab tanpa menolehkan wajahnya ke arah Aruna.
Aruna begitu kaget saat mendengar nama rumah sakit disebutkan, gadis itu sangat takut jika harus berurusan dengan yang namanya rumah sakit. Karena memang dalam setiap bulannya dia harus membawa ibunya berobat ke rumah sakit.
Wanita yang membesarkan dirinya dengan penuh kasih, wanita yang selalu bekerja keras agar dia bisa hidup dengan layak dan bersekolah sampai lulus kuliah.
Namun, satu hal yang dia anehkan. Dia tidak pernah tahu sosok ayahnya, setiap kali dia bertanya pasti ibunya itu akan membahas hal yang lain.
Terkadang Aruna merasa jika ibunya itu menyembunyikan sesuatu terhadap dirinya, dia bahkan sempat berpikir jika dirinya adalah anak yang lahir dari hubungan haram. Karena tidak pernah dia temukan surat nikah milik ibunya.
"Eh? Mau apa ke rumah sakit?" tanya Aruna lagi.
Aruna benar-benar kebingungan karena dia malah dibawa ke rumah sakit oleh Sam, padahal dia ingin diantarkan untuk pulang.
"Sudah aku bilang jika aku hanya ingin memastikan sesuatu, diam dan jangan banyak bicara!" kesal Sam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
ikutin aja aruna, mau ngecek kamu hamil apa nggak, kalau hamil kan sam mau nikahin kamu😅😅😅😅
2023-07-28
0
Joice Jeane Wuner
ha! jangan sampai dia macam2 dgn kandungannya. siap2 saja jadi Deddy, hahaha.........
2023-07-24
0
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-07-19
0