Benar, belum saja satu hari Kania berada di rumah ini. Kini tubuhnya sudah merasa sangat pegal. Tak terbiasa bekerja keras membuatnya sangat kelelahan saat ini. Di rumah ia hanya makan dan tidur. Sedangkan di sini, Kania sudah mendapatkan amukan beberapa kali dari pria yang membawanya paksa ke rumah ini.
"Saya sudah bilang, jangan menggeser sedikit pun benda di kamar ini. Apa kamu tuli? Cepat bereskan seperti semula!" Kania hanya mengangguk menahan air mata.
Perutnya terasa sangat mual sebab belum mendapat makanan sejak pagi dan kini sudah hampir jam makan siang. Tak hanya tenaga yang mulai habis, makanan di perutnya pun perlahan juga habis nutrisinya dan ingin segera di ganti dengan makanan baru.
"Papah Jem, tolong aku..." Tanpa sadar Kania justru mengingat nama pria yang sangat ingin ia hindari saat ini. Sadar akan ucapannya, segera gadis itu menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku harus kuat kerja di sini. Ini semua demi keamananku. Jika di luar maka Papah Jemi kan mudah menemukan aku." gumam Kania yang kembali bersemangat kerja.
Keringat terus bercucuran di wajah cantik itu. Kania terlihat sangat berhati-hati saat mengerjakan semua tugasnya. Tanpa ia ketahui jika di arah lain seorang pria tampak tersenyum kecil sembari menempelkan benda pipih di telinganya.
"Semua berjalan dengan baik, Tuan. Secepatnya ia pasti akan menyerah." ujarnya yang tak lain tengah berbicara pada pria yang sangat Kania hindari.
Sejauh mungkin ia melangkah, Kania tentu tak akan mudah lepas dari cengkraman pria yang sedari kecil merawatnya. Kekuasaan nyatanya mampu membeli semua yang mustahil untuk di beli.
"Bagus. Awasi dan terus membuatnya kapok." itulah kata yang Jemi perintahkan sebelum panggilan telepon di matikan.
"Hei hei hei...siapa namamu?" teriakan kembali menggema saat Kania baru saja keluar dari kamarnya dengan alat pembersih.
"Iya, Tuan. Saya? Nama saya Kania,Tuan." jawabnya ketakutan.
"Tidak, jangan sampai aku di pecat. Aku tidak mau pergi dari rumah ini. Tuhan tolong aku..." batin Kania berbicara sangat memohon.
Melihat raut tak bersahabat pria di depannya, segera Kania menangkupkan kedua tangan di depan dada. "Tuan, saya mohon saya jangan di pecat. Saya akan bekerja lebih baik lagi. Saya siap mengerjakan semuanya demi mendapatkan maaf dari anda." Begitu takutnya Kania jika harus keluar dari rumah itu.
Bagaimana pun ia tak tahu kemana tujuannya jika harus pergi saat ini. Tak lagi perduli akan mendapatkan gaji atau tidak. Yang terpenting Kania hanya bisa mendapatkan tempat persembunyian.
"Baik, saya akan melihat kerjaan kamu sampai malam ini. Sekarang makanlah dan segera bekerja lagi. Rumah ini terlalu luas untukmu beristirahat dengan cepat." Seperti mendapat hadiah besar, Kania tersenyum mengucap syukur berkali-kali pada pria di depannya.
Makan, itulah yang Kania tunggu sejak tadi. Perutnya sudah sangat lapar dan perih menunggu waktu ini tiba. Di dapur gadis itu makan dengan lahap meski rasanya sedikit aneh dengan menu yang ia dapatkan.
"Bi, kenapa ini makanannya semua enak yah? Kan saya hanya pembantu saja?" ujar Kania tidak tahan jika tidak bertanya.
Bibi nampak tersenyum. "Di sini makanan semuanya sama yang di makan Tuan dan kita pelayan. Makan saja jangan banyak protes nanti keburu Tuan marah lagi." Kania patuh segera fokus menikmati makannya. Mesku jauh dari bayangan jika ia bisa makan dengan enak seperti ini.
Ayam, sayur, daging serta beberapa lauk tambahan dan susu yang pas di lidah. Kania seperti merasa sedang di rumah sang papah saat ini. Makanan dengan lengkap dan semua tentu pertimbangan dengan gizi yang ia dapatkan.
"Tanpa Papah Jem aku bisa kok makan enak seperti ini." gumam Kania dalam hati terkekeh melihat makanan di piringnya. Meski lelah di tubuhnya tak bisa ia bohongi sangat menyakitkan. Bayangan tempat tidur terus berputar di kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
lahhhh ternyata orang suruhannya papa jemi 🤦♀️🤦♀️
2023-06-15
0
Nigina
Bagus ceritanya kak.. Ditunggu lagi updatenya semangat 🥰
2023-05-17
0