Masa Depan Suram

“Sumpah Risha nggak tahu Tante mas Dhika habis dari mana. Ketemu yang nolongin mas Dhika aja enggak.” ucapku menggebu setelah kami keluar dari ruang pasca operasi karena keributan mini yang terjadi antara aku dan Tante Dewita.

“Risha nyusul ke rumah sakit daerah setelah di telepon mas Andi, Risha dari rumah. Tante bisa tanya mama kalau nggak percaya atau riwayat perjalanan dari taksi online yang Risha sewa karena Risha bener-bener nggak tau mas Dhika ke mana semalam!”

Tante Dewita menatapku lamat-lamat, dia seakan-akan tidak percaya bahwa aku sama sekali tidak ikut mas Dhika yang entah ke mana itu bahkan keadaan mas Dhika yang sepenuhnya belum di ketahui olehnya dan keluarganya pasti akan membuat suatu kehebohan yang menyakitkan.

Tante Dewita menghela napas seraya memukul pahanya sendiri karena mungkin saking mangkelnya dengan tingkah anak kesayangannya itu.

“Dhika, Dhika... Ampun, sebulan lagi nikah kenapa malah keluyuran nggak jelas!”

Di landa kekhawatiran yang berlebihan hingga terlihat sangat frustasi dan sedih, Tante Dewita memukul-mukulkan tas tentengnya ke tembok seakan melepaskan ketegangan yang terjadi di benaknya.

“Terus di mana dia kecelakaannya, Sha? Tante mau cari tahu!”

Aku menyebutnya jawaban sekenanya sembari menundukkan kepala.

“Di sana?” sentak Tante Dewita dengan mata membeliak. “Ngapain Dhika lewat sana, udah tahu rawan, awas saja kalau dia nge-drift ugal-ugalan!” Tante Dewita mengerang frustasi.

Tidak kuasa melihat calon mertuaku yang tidak terima anaknya begitu aku hanya bisa berharap hal-hal yang jauh lebih buruk tidak terjadi. Itu akan jauh lebih rumit setelah kami mengetahui kenyataan yang sudah terjadi. Aku yakin.

Berdiri, dengan harap-harap cemas di ruang tunggu ruang operasi yang serupa teras asri. Aku tercenung di pinggir kolam ikan sembari mengeratkan genggaman tanganku sendiri.

Dugaanku semoga tidak benar. Dhika Wahyudin, lulusan teknik mesin dengan nilai unggulan terbaik kampus ternama di Yogyakarta setahun yang lalu mulai menggeluti dunia balap mobil. Brio hitam yang ia kendarai sudah melewati banyak modifikasi hingga menjadi mobil drag race. Spot light yang menghiasi atap mobilnya menjadi penerang, tetapi nitrous oxide system atau biasa disebut NOS adalah gas yang dapat mempercepat laju mobil semoga bukan menjadi dalangnya. Kecelakaan itu murni musibah bukan drag race.

Aku sepertinya harus ketemu teman-temannya.

Tante Dewita berdiri di sebelahku. “Risha, administrasi rumah sakit sudah kamu urus?”

“Belum, Tante. Belum sempat.” Aku menggeleng, tidak kepikiran. “Semalam Risha cuma nunggu di ruang operasi dan musala. Belum ke pelayanan administrasi.”

“Bagus, keluarga Tante nggak mau hutang budi sama keluargamu.” Tante Dewita menoleh ke belakang sebentar. Melihat ruang operasi yang masih sepi.

“Tante baru ingat, Dhika operasi apa, Sha?”

Aku menatap mama yang mengangkat tatapannya dari layar laptop yang ia bawa untuk kerja. Aku menggeleng samar. Tahu aku kesulitan untuk menjawabnya, mama yang harus mempunyai besan galak seperti Tante Dewita merendahkan monitor laptopnya.

“Dhika mengalami kerusakan pada kaki kanannya, Dew. Aku sudah komunikasi dengan dokter yang menanganinya semalam kalau kakinya harus di amputasi demi keselamatannya sendiri.”

“Di amputasi?” Tante Dewita setengah berteriak. “Nggak mungkin, nggak mungkin.” Tergesa-gesa dia masuk ke dalam ruang pasca operasi dan aku mengikutinya tak kalah tergesa-gesa.

Di depan ranjang pasien mas Dhika yang terlelap, Tante Dewita langsung membuka selimut yang menutupi kakinya. Ia terpaku sembari menutup mulutnya yang ternganga hingga perlahan-lahan air matanya menetes di pipinya.

Tante Dewita terpukul sekali, wajahnya muram dan dia sampai terduduk di lantai agar perawat yang melihatnya membuat kegaduhan lagi tidak mengusirnya.

“Ini benar-benar kacau, Tuhan. Ini benar-benar diluar nalarku.”

“Saya panggilkan satpam jika ibu kembali berulah!” ancam perawat dengan muka garang.

Tante Dewita berdiri setelah mengangguk pasrah dan menepis tangan perawat yang hendak membantunya berdiri.

“Kenapa kamu nggak nangis, Sha. Kamu nggak kasian sama Dhika, dia tunanganmu!” omelnya saat aku hanya diam menunduk sembari menyentuh lengan mas Dhika.

“Udah kok, Tante. Aku sudah nangis semalaman.” Aku sengaja memperlihatkan kantong mataku yang bengkak lebih dekat ke wajahnya.

Tante Dewita mengangguk seakan paham aku tidak bohong. “Janji kamu jangan tinggalin Dhika, Ris!” desaknya sembari merangkul pundakku. “Janji sama Tante.”

Aku kesulitan untuk mengatakan iya...Dengan banyak hal yang mengisi kepala, meninggalkan mas Dhika atau tidak, belum aku pikirkan. Aku mencintainya sungguh-sungguh sampai detik ini di keadaan ini. Kendati begitu aku hanya ingin semua jelas ke mana dia semalam.

Tante Dewita menyandarkan kepalanya di bahuku. Tangannya terjulur, membelai selimut yang menutupi kaki putranya.

Sekilas aku melirik ekspresi Tante Dewita dengan ekor mata. Dia mengigit bibirnya, tak kuasa menahan haru dan pembayaran rumah sakit pastinya.

Tante Dewita tersedu-sedu, napasnya tersengal-sengal, tangannya meraba wajah Dhika yang pucat dan tidak berdaya penuh perasaan yang sulit diatasi.

“Kasian kamu, Nak. Cita-citamu hancur. Mobilmu hancur. Masa depanmu—”

“Nggak, Tante. Masa depan mas Dhika masih ada.” sahutku sembari ikut meraba wajah mas Dhika sembari tersenyum kecil.

Setidaknya masa depan pernikahan kita. Asal dia tidak main serong di belakangku.

Aku mengajak Tante Dewita keluar dari ruang pasca operasi sebelum di usir satpam karena membuat ketidaknyamanan di sini. Menuju ke pelayanan administrasi rumah sakit. Tante Dewita mempertanyakan biaya perawatan putranya sampai sembuh. Minimal ada 1-2 Minggu atau lebih dan perawatan tambahan sampai mas Dhika betul-betul sehat. Dan Tante Deswita tercengang, pingsanlah ia beberapa detik kemudian. Nyaris 200 juta lebih harus keluarganya gelontorkan dan aku hanya bisa menangkap tubuhnya dengan sigap lalu berteriak meminta pertolongan.

...*****...

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

nah aku feeling no good, ada yg dhika rahasiakan

2023-08-23

0

Ersa

Ersa

nih mama koq kyknya tukang maksain kehendak ya

2023-08-23

0

App Putri Chinar

App Putri Chinar

ngomongnya itu loohh

2023-07-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!