3 romantis

Keesokan harinya, rada pun kembali untuk berjualan.

"Bi, aku mau jualan roti dulu ya."

Rada berpamitan kepada Ratih.

"Ia non, hati-hati ya!"

Ujar Ratih.

"Roti, Roti, Roti, Rotiiiiii. Rotinya bu! Rotinya pak!"

Rada meneriakkan jualannya sambil berkeliling keliling.

"Seandainya aku mendapatkan bukti siapa yang telah menipu keluargaku serta menemukan siapa orang yang telah menghianati kepercayaan Ayah dan Bunda, aku pasti menuntut balas dan akan menuntut keadilan.

Rada berucap dalam hati karena dia tidak terima dengan hidupnya yang sekarang. Pada saat Rada kembali meneriakkan jualannya, dia ditabrak mobil. Pada saat itu, anggini sedang jalan-jalan. Dia menyaksikan kejadian itu.

"Rada, Rada bangun Rada!"

Ujar Anggini dengan khawatir.

"Toloooooong!!! Tolooooooong!!!! Toloooooooong!"

Anggini berteriak minta tolong. Namun semuanya sia-sia saja tempat itu lumayan sepi. Sehingga Angginipun menggendong Rada dan berlari membawa ke rumah sakit terdekat sambil menangis.

"Rada kamu harus kuat ya! Sebentar lagi kita mau sampai ke rumah sakit.'

Anggini berucap sambil menangis.

"Susteeeeer!!! Susteeeeer!!!"

Anggini berteriak memanggil.

Setelah itu. Ketika para suster itu mendengar suara Anggini, para suster itu langsung menemui Anggini dan Rada. Merekapun langsung membawa Rada masuk kedalam ruangan IGD. Saat ini Anggini benar-benar ketakutan. Bajunyapun berlumuran darah Rada yang segar. Ketika Anggini bolak-balik di depan pintu ruangan, Tiba-tiba Puspa muncul dan terkejut.

"Anggini siapa yang celaka?"

Puspa bertanya sebab sebelum dia menemui Anggini, dia tidak sengaja mendengar gosip para suster yang ada di sana.

"Rada."

Ujar Anggini. Setelah Puspa mendengar hal itu, diapun panik langsung buru-buru masuk ke dalam ruangan itu untuk memeriksa keadaan Rada. Setelah Puspa memperiksa keadaan Rada, dia sangat panik. Dia menyuruh suster yang ada disitu untuk memindahkan Rada di ruangan lain.

Ketika Rada dibawa keluar, Angginipun sangat panik. Pada waktu Rada dibawa keluar, puspapun ikut keluar, menyusul para suster itu.

"Pus, bagaimana keadaan Rada,?"

Anggini bertanya untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.

"Keadaan Rada sangatlah kritis. Dia sangat membutuhkan 3 kantong darah. Yang aku bingung sekarang, kita harus mencari pendonor darah, soalnya stop darah ab tidak ada. Oh ya kamu udah kabarin belum sama Bibinya?"

Puspa memberitahukan kepada Anggini tentang keadaan Rada. Dia juga tidak lupa menanyakan apakah Bibinya Rada sudah tahu atau belum.

"Belum.

Ujar Anggini.

"Ini ponsel Rada, hubungilah Bibinya!."

Puspa menyerahkan ponsel Rada serta dia menyuruh Anggini langsung menelpon Bibinya Rada.

"Ok Pus."

Ujar Anggini.

Setelah itu, Angginipun langsung menelpon Bibinya Rada.

"Kring-kring, kring-kring."

Via telfon tersambung.

"Halo."

Ratihpun langsung mengangkat telepon itu.

"Halo Bi, ini aku temennya Rada, Rada saat ini di rumah sakit."

Anggini menjelaskan keadaan Rada kepada Ratih.

"Rada kenapa di rumah sakit?"

Ratih bertanya dengan penuh kecemasan.

"Dia kecelakaan Bi, Bibi cepat-cepat kesini ya! Nanti aku kirim alamat rumah sakitnya.

Ujar Anggini sambil memberi alamat rumah sakit itu kepada Ratih.

"Ok aku cepat-cepat ke sana."

Ujar Ratih. Seusai mendengar berita itu, Merekapun langsung mengakhiri teleponnya lalu Ratihpun siap-siap mau berangkat ke rumah sakit Pradikta tempat Rada dirawat. Sesampainya dia di rumah sakit, angginipun langsung menghampiri Ratih.

"Ini Bibinya Radakan?"

Anggini bertanya untuk memastikan. Sebab mereka belum pernah ketemu.

"Betul. Bagaimana keadaannya Rada sekarang?"

Ratih langsung menanyakan keadaan Rada. Dia benar-benar khawatir.

"Rada kehilangan 3 kantung darah. Pada hal, stok darah di rumah sakit ini sudah tidak ada lagi golongan darah AB. Sekarang, kita harus mencari pendonor darah golongan Ab."

Anggini menjawab sambil menjelaskan keadaan Rada. Mendengar hal itu, Bibinyapun terkejut dan semakin khawatir. Pada saat mereka bercerita-cerita, Ratih dan Anggini tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan pintu ruangan tempat Rada di rawat.

"Bibi, Bibi jangan khawatir. Aku akan berusaha untuk mencari golongan darah ab."

Anggini berusaha untuk menenangkan bibinya Rada.

"Bibi berharap, semoga cepat cepat ketemu."

Ratih menjawab dengan suara yang begitu lemas.

"Amin Bi."

Ujar Anggini kembali.

Sesudah Anggini mengatakan hal itu, diapun langsung mencari golongan darah ab di sosial media. Dia mencari itu ada di facebook, bertanya sama teman-teman di whatsapp, dan di sosial media lainnya. Demikian dengan Puspa. Diapun melakukan hal yang sama seperti Anggini. Ketika Vita sedang beduaan bersama Rian, dia membuka ponselnya itu, serta menemukan pesan bahwa ada seseorang yang butuh darah golongan AB. Rianpun juga membuka ponselnya sama seperti Vita. Dia terkejut dan panik. Tetapi, beda dengan Vita. Dia sangat senang di atas penderitaan Rada.

"Sayang, bagaimana kalau kita menjenguk Rada?"

Rian bertanya sambil mengajak Vita.

"Aku tidak setuju. Kamu masih cintakan sama dia?"

Vita berkata dan mencurigai Rian.

"Tidak, itu tidak benar, kamu hanya salah faham saja, sayang, jangan marah dong! Please, aku mohon, aku hanya cinta sama kamu saja."

Rian meyakinkan perasaannya kepada Vita, namun itu semuanya sia-sia.

"Aku tidak percaya, kamu itu pasti bohong. Buktinya saja kamu ingin bertemu dia lagi."

Vita mengatakan itu karena dia takut kalau Rian kembali mencintai Rada.

"Kamu lucu, aku hanya ingin menjenguk dia saja. Kenapa kamu harus cemburu sih? Bukannya dia itu sahabatmu? Masa sih tidak ada inisiatifmu untuk menjenguk dia?"

Rian kembali membujuk Vita. Setelah mendengar perkataan Rian, Vitapun sangat-sangat marah dan geram.

"Aku sudah tidak menganggap dia itu sahabatku, setelah dia mengatakan aku benci kalian. Dari situ akupun benar-benar membencinya juga."

Ujar Vita dengan nada suara tinggi.

"Sebenarnya, kita loh yang salah di situ, kita sudah menghianati kepercayaan dia. Jika kamu tidak ingin menjenguknya, biarkan aku pergi untuk menjenguknya."

Rian tak kala sinis mengatakan hal itu kepada Vita.

"Kalau kamu berani menjenguknya, kita putus!!!."

Vita mengancam Rian.

"Ok, aku akan menjenguk dia, mulai hari ini, kita putus!!!" Rian mengatakan itu sangatlah marah, dan dia pun meninggalkan Vita sendirian.

Setelah mendengar perkataan Rian, Vitapun semakin marah. Diapun langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Vita sangat marah dan tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Bar bur bar."

Vitapun memecahkan barang-barangnya di rumahnya.

"Aku benciiiiiii!!! Aku benci kamu Rada. Kenapa kamu tidak mati saja menyusul ayah, bunda dan adikmu itu.

Vita mengatakan itu sambil berteriak. Setelah mengatakan itu, diapun langsung menelpon orang-orang suruhannya.

"Kring-kring, kring-kring."

Via telepon tersambung.

"Akhirnya si bos juga nelpon kita."

Salah satu suruhannya itu berkata.

"Angkat, angkat. Pasti kita dapat duit nih, karena wanita itu telah meninggal dunia."

Ujar salah satu suruhan Vita kembali.

"Halo bos, pasti bos senang dengan pekerjaan kami? Wanita itu sekarang pasti sudah meninggal dunia."

Salah satu suruhan Vita mengangkat telepon.

"Dasar bodoooh!!!! Wanita itu belum meninggal tahu."

Vita mengatakan itu dengan nada marah. Ketika orang-orang suruhanya itu mendengar, mereka sangat sangat terkejut.

"Kenapa wanita itu masih hidup? saat waktu aku menabraknya, lokasi itu sangat sepi, diapun terluka parah."

Salah satu suruhan Vita mengatakan sebab dia tidak percaya bahwa Rada masih selamat.

"Pokoknya aku potong gaji kalian setengah."

Ujar vita.

"Jangan bos!!! Kami akan memastikan di rumah sakit untuk membunuhnya."

Ujar para pesuru-pesurunya Vita.

"Tidak perlu. Nanti, setengah dari gaji kelian itu, aku tambahin deh, yang penting kalian tetap setia."

Ujar Vita.

"Ok bos."

Jawab parapesuruh-pesurunya itu. Sesudah itu mereka pun langsung mengakhiri teleponnya.

"Tumben bos kita baik."

Ujar salah satu Pesuruhnya Vita.

"Kalau aku tidak memikirkan itu, yang penting aku dapat uang.

Salah satu pesurunya Vita menjawab.

"Aku akan datang ke rumah sakit, tapi bukan untuk menjengukmu Rada, aku hanya memperbaiki hubunganku saja bersama Rian. Kau harus ingat Rada. Aku ke sana hanya menginginkan nyawamu."

Vita mengatakan itu sambil memandangi foto Rada yang ada di tangannya. Lalu tertawa jahat.

"Hahahaha. Aku tidak sabar lagi untuk membunuhmu.

Ujar Vita. Sedangkan di seberang sana, dian telah membuka pesan itu dan berinisiatif untuk menjenguk Rada.

"Dan, bukankah itu gadis yang telah menemanimu di taman?"

Diam bertanya untuk memastikan.

"Ia Ma. Kasihan sekali dia ya?"

Dani mengatakan ibu dengan penuh kecemasan.

"Abang benar. Bagaimana kalau kita menjenguk dia.

Rayan mengasih usul kepada abang dan Mamanya.

"Mama setuju. Kebetulan juga, Mama memiliki golongan yang sama dengan Rada. Jadi Mama bisa mendonorkan darah Mama untuk dia."

Ujar Dian dan menyetujui perkataan Rayan. Setelah mereka selesai bercerita-cerita, Dian, Dani, dan Rayan langsung berangkat ke rumah sakit.

Bagaimana kisah selanjutnya ya? Pasti temen-temen penasaran nih?

Jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya setelah membaca cerita ini.

Maaf ya teman-teman kalau misalnya tulisan saya kurang rapi dan masih banyak kekurangannya.

Selamat membaca!

Terpopuler

Comments

Arif Gulo

Arif Gulo

wah, romantis banget

2023-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!