Ketika abang beradik itu di dalam perjalanan mau pulang, mereka sempat berdebat.
"Bang. Aku merasa abang itu tidak sopan sama perempuan yang tadi."
Rayan protes kelakuan abangnya.
"Tidak sopan bagaimana aku sama dia? Dia aja Perempuan judes yang baru aku kenal. Kenapa aku harus sopan kepadanya? Dia saja nyolot dan nyebeliiiin."
Dani menjawab adiknya itu dengan sinis dan muka dingin.
" Sebenarnya bang, kita yang salah."
Rayan mengatakan itu, karna dia merasa bersalah.
"Tidak. Kamu tuh yang salah. Kamu itu sok tahu."
Dani mengatakan dengan juteknya, bahwa dia tidak ingin disalahkan.
"Ya sudahlah, ngapain mikirin perempuan yang baru dikenal. Belum tentu dia itu perempuan yang baik-baikkan?
Dani mengakhiri perdebatannya itu kepada adiknya, dan dia sambil menduga duga tentang gadis yang baru mereka temui. Namun Rayan tidak mau protes lagi. sebab kalau dipikir-pikir memang dialah yang salah.
Ya sudahlah, ayo kita pulang! Nanti Mama khawatir lagi, apalagi kita ini basah kuyuk, dan kita harus menyediakan jawaban-jawaban yang akan dipertanyakan kepada kita. hahaha."
Ujar Dani sambil mengajak adiknya pulang. Serta Merekapun tertawa Lalu pulang. Tidak lama kemudian, akhirnya Rayan Dan Dani sampai kerumah. Sesampainya mereka di sana, rayanpun langsung memencet bel berulang kali sehingga membuat kebisingan di dalam rumah itu.
"Aduh, bising sekali suara belnya. Pasti anak-anak sudah pada pulang."
Ujar Mama mereka yang sedang kebisingan akibat suara bel itu. Sekarang diapun segera membuka pintu dan terkejut.
"Kelian dari mana saja? Kenapa bisa basah kuyuk seperti ini? Apa yang telah terjadi kepada kalian berdua?"
Mama dianpun mulai bertanya panjang kali lebar dengan penuh kecemasan.
"Ma, bagaimana caranya kami mau menjawab pertanyaan Mama? Sedangkan Mama tiada henti nya untuk bertanya."
Dani berkata dengan suara lembutnya kepada Mamanya.
"Maaf ya nak, Mama hanya khawatir saja, sekarang, kalian mandilah! Jangan lupa turun ke bawah ya! Supaya kita makan bareng bersama".
Dian kembali berkata kepada anak-anaknya sambil menyuruh mereka berdua.
"Ia Ma."
Kedua anak itu menjawab dengan singkatnya. Setelah mereka selesai mandi, merekapun turun kebawah untuk makan malam, sambil menceritakan apa yang mereka alami.
Di tempat lain, akhirnya Radapun telah sampai ke rumahnya.
"Tok, tok, tok. Biiiiiiii!"
"Tok, tok, tok. Bibiiiiiiii!"
Rada berulang kali mengetuk pintu sambil berteriak memanggil Bibinya
"Ia Nooooon! tunggu dulu sebentaaaaar!!"
Ratih berteriak untuk menjawab Rada yang berada di luar rumah.
"Ceklek."
Tidak lama kemudian, Bibi Radapun membukakan pintu rumah, dia terkejut melihat keadaan Rada yang basah kuyuk.
"Non Rada. Non Rada kenapa basah kuyuk seperti ini?"
Ratih bertanya dengan penuh kekuatiran.
"Ia Bi. Nanti aku akan meceritakan apa yang telah terjadi. Sekarang, aku harus bersih-bersih dulu. Oh ya Bi. Aku mau minta tolong, buatkan teh hangat untukku dan antarkan ke kamarku ya Bi! Di sana aku akan menceritakan tentang apa yang telah terjadi kepadaku."
Rada menjawab panjang kali lebar kepada Bibinya itu.
"Baik Non.
Dengan singkat Ratih menjawab. Setelah itu, Radapun pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih. Tidak lama kemudian, Bibi Radapun datang ke kamar Rada dan mengetuk pintu.
"Tok, tok, tok. Nooon, apakah Bibi bisa masuk?"
Ratih bertanya kepada Rada sambil mengetuk pintu untuk memastikan.
"Ia Bi, masuk saja! Pintunya tidak dikunci kok."
Rada menjawab sambil mempersilahkan Ratih untuk masuk kedalam kamarnya. Kemudian Ratihpun membuka pintu.
"Ceklek."
Suara pintu kamar Rada dibuka.
"Ini Non teh hangatnya. Oh iya non, aku masih penasaran nih, kenapa bisa Non Rada seperti ini? Tolong, ceritakan dong sama Bibi apa sih yang telah terjadi!"
Ratih bertanya dengan penuh penasaran. Lalu Radapun menceritakan semuanya kepada Bibinya apa yang telah terjadi kepadanya.
"Non harus kuat untuk menghadapi semua ini! Non banyak-banyak berdoa!"
Setelah Ratih mendengarkan cerita Rada, dia hanya bisa menguatkan perasaan Rada.
"Ia Bi, terima kasih banyak ya."
Ujar Rada singkat.
"Sama-sama Non. Sekarang Non Rada istirahat ya! Besok kan mau jualan lagi."
Ratihpun menyuruh Rada untuk beristirahat.
"Ia Bi, malam baik Bi."
Setelah Ratih keluar dari kamar Rada, diapun langsung beristirahat.
Keesokan harinya, Radapun bersiap-siap mau pergi untuk jualan. Ketika Rada mencari ikat rambut di dalam laci mejanya, ternyata dia masih menyimpan fotonya bersama dengan rian.
"Loh, kenapa sih foto ini muncul lagi?"
Ujar Rada dalam hatinya.
"Biiii! Bibiiiii!"
Rada berteriak untuk memanggil Ratih.
"Ada apa Noooon? Apa yang bisa Bibi bantu?"
Ujar Ratih kepada Rada.
"Bi, aku mau minta tolong. tolong buang foto ini jauh-jauh!"
Rada menyuruh Ratih untuk membuang foto-fotonya bersama mantannya yang sudah menghianati cinta mereka berdua.
"Baik Non."
Ujar Ratih dengan singkat.
"Terima kasih ya Bi."
Rada mengucapkan.
"Ia Non. Non, ayo sarapan!"
Ratih mengajak dia untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat kerja.
"Ia Bi. Oh ya, Roti-rotinya sudah bereskan?"
Rada kembali bertanya untuk memastikan apakah dagangannya sudah siap atau belum.
"Sudah Non."
Ujar Ratih. Setelah itu Radapun sarapan pagi bersama Bibinya. Seusai selesai sarapan, Rada langsung berpamitan kepada Bibinya.
"Bi, aku berangkat jualan dulu ya Bi, jangan lupa untuk membuang foto-fotoku bersama Rian ya Bi!"
Rada berkata sambil menyalam tangannya Ratih.
"Ia Non. Hati-hati di jalan ya!"
Ujar Ratih.
"Kasihan sekali non Rada, sudah harta warisannya tidak ada lagi, sekarang dia anak yatim piatu, serta Rian menghianati cinta tulusnya Non Rada. Aku berharap, suatu hari nanti Non Rada akan menemukan kebahagiaan nya kembali."
Ratih berkata dalam hatinya sambil melihat Rada yang pergi untuk berjualan.
Pada waktu Rada sedang berjualan roti keliling, kedua sahabatnya tidak sengaja melihat Rada.
"Pus, Bukankah itu Rada?"
Anggini bertanya untuk memastikan.
"Aku juga ragu, bagaimana kalau kita menemui dia?"
Ujar Puspa.
"Rada."
Puspa memanggil sahabatnya itu.
"Anggini, Puspa. Kenapa kalian ada di sini? Apakah kalian mau membeli rotiku?"
Rada bertanya kepada kedua sahabatnya itu.
"Ia Rad, kami berdua borong semuanya."
Anggini menjawab.
"Yakin mau borong semuanya?"
Rada kembali bertanya untuk memastikan.
"Yakinlah. Tapi ada syaratnya."
Puspa berucap sambil memberikan syarat.
"Apaantuh syaratnya?"
Rada kembali bertanya kepada kedua sahabatnya itu.
"Hari ini, aku mau kita bertiga bercerita-cerita di cafe sambil makan siang bersama. Masalah biaya aku yang tanggung deh."
Puspa mengajak kedua sahabatnya untuk makan siang bareng di cafe. Pada saat Anggini dan Rada mendengar perkataan sahabatnya itu, mereka pun langsung setuju lalu Rada menitipkan gerobaknya dan berangkat bersama-sama menuju cafe. Sesampainya mereka di sana, mereka pun langsung memesan makanan dan minuman. Pada saat mereka menunggu pesanannya, mereka bertiga bercerita cerita.
"Rad, bagaimana hubunganmu dengan Rian?"
Puspa bertanya.
"Aku dan Rian sekarang sudah putus. Dia penghianat. Dia selingkuh dengan sahabatku sendiri yaitu Vita."
Rada mengatakan itu dengan suara lemas, dia tidak sadar bahwa dia sudah mulai meneteskan air mata.
"Rad, kamu yang kuat ya! Aku dan Puspa selalu ada untuk kamu."
Anggini berkata sambil mengusap pusat bahu Rada.
"Rad, aku akan membantumu untuk keluar dari masalah ini, aku akan mencari pekerjaan yang layak untukmu. Aku yakin, pasti Rian akan menyesal."
Ujar Puspa dalam hatinya. Tidak lama kemudian, akhirnya pesanan mereka pun telah tiba. Lalu Mereka bertiga langsung menikmati makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Setelah mereka selesai menikmati makanan dan minuman, mereka bertiga pun berpisah dan meninggalkan cafe itu.
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Puspa berhasil untuk membantu Rada?
Pasti teman-teman penasaran kan?
Jikalau teman-teman sudah membaca cerita ini, jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya!
Maaf kalau misalnya tulisan saya kurang rapi dan masih banyak kekurangannya.
Selamat membaca!.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Arif Gulo
wah seru ceritanya. bagus idemu
2023-11-07
0