Fredo Aditama Pranaja, siapa yang tidak mengenal akan sosoknya. Calon penerus perusahaan paling berkembang di Indonesia.
Memiliki wajah yang sangat tampan hingga hampir semua wanita mendambakan dirinya, kaya raya dan punya segalanya bahkan di dunia ini rasanya tidak ada yang tidak mungkin ia miliki, namun orang-orang seperti Fredo pasti tidak akan jauh-jauh dari yang namanya gosip.
Ada begitu banyak rumor yang beredar mengenai Fredo, salah satunya adalah kalau ia penyuka sesama jenis alias Gay karena memang Fredo jarang sekali terlihat dekat dengan perempuan mana pun walaupun hanya sekedar foto tetapi banyak juga scandal yang menyelimuti asmaranya dengan perempuan-perempuan papan atas.
Publik mau membicarakan apa tentang dirinya, Fredo tidak akan ambil pusing, toh ia tidak melakukan tindak kejahatan.
“Tuan, saya sudah memastikan semuanya aman,” ujar Ariska tersenyum tipis. “Dia sudah menunggu Anda di dalam.”
Fredo mengangguk kecil. “Kau boleh pergi.”
“Baik, Tuan muda. Semoga kali ini Anda menyukainya.”
“....”
Lagi-lagi Fredo hanya diam, memang ia terkenal pemuda sadis—tak banyak bicara—mulutnya seperti ada lem perekat. Jika jawabannya sudah pasti, ia tidak akan membuka mulutnya barang secelah pun.
Fredo juga dicap pemuda berdarah dingin, ia tidak akan berbelas kasih kepada orang yang berani mengkhianatinya, bahkan Fredo bisa langsung menghancurkan orang tersebut dalam genggaman tangannya. Maka dari itu, banyak orang yang segan dan menghormati Fredo walaupun umurnya masih sangat muda untuk para kalangan Investor.
Mereka pun tidak berani menyulut kobaran api, karena akibatnya sudah dapat dipastikan. Mungkin perusahaan yang dikelolah mereka bisa saja bangkrut dalam sekejap mata tanpa tahu apa penyebabnya. Dan pasti dalang dibalik itu semua adalah kaki tangan Fredo yang sangat handal dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sudah banyak perusahaan yang kelimpungan karena berani menusuk Fredo, pada akhirnya mereka semua tidak dapat bertahan lama dalam persaingan bisnis.
Krekk....
Pintu perlahan terbuka kemudian tertutup dengan sendirinya. Fredo berjalan santai bak pangeran yang menuju ke singgasana.
“Tuan, kenapa Ariska baru menghubungiku? Apakah Anda tidak tertarik padaku?” kata Jessica sambil memeluk tubuh Fredo sangat erat.
Seperti biasa, tak ada jawaban yang keluar dari pita suara milik Fredo meskipun hanya sehuruf pun.
“Kau tahu seberapa tersiksanya aku saat menginginkan belaian mu, Tuan?”
Fredo masih bergeming oleh tingkah Jessica yang sedang duduk di atas pangkuannya sambil bergelut manja dan meraba-raba bagian dadanya bahkan gadis itu tak segan-segan mengecup leher Fredo agar mendapat respons atau mungkin bisa sampai membalas perlakuannya dengan lebih agresif namun sayang seribu sayang, pemuda itu tak berminat membalas cumbuan itu.
“Sebentar lagi aku akan membuatmu senang, Tuan,” ujar Jessica seraya membuka satu persatu kancing kemeja milik Fredo.
“Sialan,” batin Fredo kesal.
“Jangan seperti ini Tuan, kenapa Anda hanya diam saja,” seru Jessica menatap manik mata Fredo yang memancarkan ketidaksukaan. “Kali ini Anda pasti puas dengan saya,” lanjutnya sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Fredo. “Saya lebih jago dibandingkan yang lain.”
Bruk..
Belum sempat bibir mereka saling bersentuhan, Fredo sudah menurunkan tubuh Jessica dengan paksa, membuat gadis itu tersentak dan bingung.
Kenapa Fredo tidak beraksi oleh sentuhan lembut yang diberikan Jessica. Biasanya pemuda lain akan langsung menyerang dirinya jika hanya digoda sedikit.
“Sebenarnya ada apa Anda Tuan?”
Fredo kembali mengancingkan kemeja putihnya lantas menyahut jas berwarna navy yang sama dengan setelan celananya.
“Beristirahatlah dengan nyaman!”
Kedua alis Jessica menyatu. “Bagaimana Anda memintaku beristirahat dengan nyaman kalau tubuhku sudah beraksi seperti ini pada Anda.”
Smirk evil tercetak di bibir Fredo. “Mau bagaimana lagi, carilah laki-laki lain untuk memuaskan nafsumu.”
“Kenapa Anda berbicara seperti itu, Tuan. Selama ini saya hanya menginginkan Anda,” kata Jessica sendu. “Kenapa Anda jahat sekali pada saya.”
Fredo memakai kembali jasnya lalu menatap Jessica sekilas dan pergi tanpa berucap.
“Tuan Muda Fredo," teriak Jessica lantang. "Jangan tinggalin saya!”
Tangis Jesica pecah saat Fredo benar-benar keluar dari kamarnya. Ia akan berusaha untuk membuat pemuda itu tertarik kepadanya meski dengan cara apa pun. Jessica tidak peduli karena sekarang baginya Fredo adalah ladang kepuasan lahir batin dan sumber keuangannya.
“Aku harus mendapatkannya!”
Sedangkan dibalik pintu, Fredo masih mematung di tempat. Ia merasa sangat gelisah, kenapa tubuhnya tidak bereaksi pada perempuan mana pun.
“Sial, apa mungkin kejantananku tidak berfungsi”
...*****...
Pagi mulai menyapa, cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden hingga memenuhi sudut-sudut ruangan. Perlahan segala kebisingan dan hiruk pikuk yang terjadi di luar ruangan mulai terdengar.
Nampaknya bukan hanya cahaya matahari saja yang mengusik tidur nyenyak seorang gadis, tetapi ada dering ponsel yang entah datang dari mana, suara itu benar-benar sangat mengganggu. Dan anehnya, itu bukan suara ringtone handphone miliknya, pikir gadis itu.
“Hoamm...” Allea menguap sangat lebar. “Sekarang jam berapa?”
Gadis itu meraba-raba tempat tidurnya dengan kelopak mata masih tertutup rapat dan dalam hitungan detik ia berhasil menemukan sumber suara.
Allea menekan salah satu tombol hingga ponsel pun menyalah, menampakkan wallpaper pemandangan laut biru yang sangat menenangkan.
05:09 AM
Sebagian orang jam segitu masih dibilang kepagian untuk beraktifitas akan tetapi untuk Allea sendiri sudah sangat terlambat baginya untuk bekerja, prinsipnya sekarang waktu adalah uang.
“Astaga, aku terlambat!”
Nyawa Allea mulai terkumpul semua, jidatnya mengernyit menyadari ponsel yang sedang ia pegang bukan miliknya.
“Ini handphone siapa?”
Allea mengalihkan pandangannya, menatap langit-langit ruangan, ada sebuah lampu kristal yang sangat indah tergantung di atas kepalannya, lemari besar yang terisi barang-barang antik di depannya. Jelas ini bukan tempat tinggal Allea, jadi bagaimana bisa ia ada ditempat semewah ini.
“Ah, kepalaku,” lirih Allea karena mendadak kepalanya berdenyut-denyut lagi.
Allea memegang kepalanya lantas menegakan tubuhnya. Selimut yang menutupi tubuhnya tadi pun jatuh di atas paha.
“Tunggu sebentar...” ucap Allea tercengang.
Kepalanya tertunduk ke bawah, iris matanya kembali melihat ulang apa yang sebenarnya tidak ingin ia lihat.
Jedar.....
Bagi tersambar petir di siang bolong. Bagian tubuh Allea terekspos semua, ia hanya mengenakan Bra berwarna hitam. Netranya terbelalak, hingga bola matanya serasa hampir lepas.
“Kenapa aku tidak berpakaian? Bajuku ke mana?”
Allea panik dan bertanya-tanya pada diri sendiri seperti orang bodoh. Ia mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.
"Semalam Mami Clau membawaku pada Tuan-tuan muda kemudian aku minum beberapa gelas alkohol, lalu..."
Allea berusaha merangkai setiap adegan yang terlintas di otaknya saat masih tersadar.
"Mampus, aku membuat kesalahan.” serunya sambil menutup mulut. “Aku mutah di tubuh salah satu Tuan lalu melarikan diri, habis itu…”
Flashback on
Setelah Allea berhasil lolos dan bersembunyi di sebuah ruangan yang sangat gelap, ia berjalan dengan tangan dijulurkan ke depan untuk meraba-raba agar dirinya tidak terantuk benda keras hingga akhirnya Allea merasakan sesuatu yang sangat lembut dan empuk.
Sepatu heels yang membuat kaki Allea bengkak dan terasa sakit langsung dilepas kemudian dilemparkan ke sembarang tempat. Allea pun merangkak ke atas ranjang, dan langsung merebahkan tubuhnya dengan nyaman.
"Aku akan beristirahat di sini sebentar,"
Baru menempelkan kepala, Allea sudah terlelap namun beberapa menit berlalu, ia terbangun karena merasakan hawa tubuhnya yang sangat panas.
“Kenapa panas banget. Apa pendingin kamarku rusak lagi?!" teriak Allea yang mulai terpengaruh obat perangsang yang dimasukan Galang tanpa sepengatahuannya.
Perlahan tapi pasti Allea menanggalkan pakaiannya satu persatu lalu membuangnya entah ke mana, ia benar-benar tidak sadar dengan apa yang sekarang dilakukannya. Memang benar alkohol dan obat terlarang dapat merusak segalanya, termasuk sistem kerja otak.
"Ranjang ku kenapa bisa seenak ini," gumam Allea kembali merebahkan tubuhnya. Ia pikir berada di kontrakannya.
Flashback off
“Aku benar-benar sudah gila!" ujar Allea menyadari sesuatu.
“Arghh," Terdengar lengkungan yang membuat Allea menoleh ke samping kanannya. Iris matanya menangkap sesosok pemuda yang sedang tengkurap dengan kepala menghadap dirinya.
Untuk beberapa detik Allea terpaku oleh karya Tuhan yang sangat indah. Wajah yang sedang ia tatap ini seperti sebuah porselin dengan harga bermiliaran dollar, terlihat sangat menawan tanpa ada cacat sedikitpun.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Di detik ke lima Allea berteriak keras.
"AAA...... DASAR CABULLL! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADAKU!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
MamaSipit
waduhh apa yg terjadi Alea
2023-06-12
0
ˢˢᵃ•༂Hoℕҽყ🍯❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂✴️
jodoh namanya itu
2020-11-05
1
Lia Eka Pratama
kynya dijebak
2020-10-25
1