“Fred,” panggil Anna saat melihat putra semata wayangnya menuruni anak tangga. “Sini, ada yang ingin Mama dan Papa bicarakan.”
Tanpa memberikan jawaban, Fredo mengikuti langkah Ibunya menuju ke ruang keluarga, Gidion Pranaja sudah duduk di sofa sambil membaca sebuah Koran. Anna langsung menghampiri sang suami lalu duduk di sebelahnya diikuti Fredo yang duduk di hadapan mereka berdua.
“Sekarang ada masalah apa lagi Pa, bukankah kemarin aku sudah mengiyakan akan pindah ke kantor pusat, tunggu tugasku selesai. Beri aku sedikit waktu,” pinta Fredo memohon.
Fredo sama sekali tidak suka menjadi pimpinan di kantor pusat, ia ingin merintis usahanya dari nol tetapi keluarganya tidak mengizinkan.
“Kami tidak pernah menganggap pembicaraan Papa tempo lalu itu suatu masalah, kamu saja yang menganggapnya seperti itu, ini juga demi kebaikanmu Sayang,” sanggah Anna.
“Oh, c’mon Ma, aku bukan anak kecil lagi yang harus diatur sana-sini, aku sudah dewasa, aku perlu mandiri.”
Gidion menutup koran, meletakkannya di depan meja, lalu menatap Fredo. Atmosfer di ruangan tiba-tiba berubah, sifat Fredo yang sangat irit berbicara itu turunan dari Ayahnya, jika memang tidak penting mereka tidak akan mengeluarkan sepatah kata pun.
“Papa dan Mama ingin cucu,” kata Gideon to the point.
Mendengar hal itu Fredo seperti tersambar petir. “Apa-apaan itu! Aku tidak tertarik sama sekali.”
“Apa? Kenapa? Jangan bercanda, Fred. Mau sampai kapan kamu sendiri terus, Papa dan Mama sudah semakin tua. Kami khawatir sama percintaan mu, kami juga tidak pernah mendengar kabar kamu dekat dengan perempuan mana pun. Jangan bilang anak Mama suka sama jeruk!” protes Anna panjang lebar.
“Anna, jangan terlalu mendramatisir!” sanggah Gideon lalu menatap anaknya kembali. “Papa akan mengenalkan mu sama anak kolega Papa.”
“Pa…” protes Fredo tidak terima. “Masa depanku bukan permainan!”
“Kalau kamu tidak mau, bawa perempuan pilihanmu sendiri dan kenalkan pada Papa dan Mama, kami tidak akan ikut campur urusan asmaramu lagi.” Gideon pun mengalah. “Tapi ada syaratnya,”
“Jangan membawa gadis sembarangan!” timpal Anna menyetujui juga.
Fredo menghela napas, permintaan ini pasti tidak bisa diabaikan begitu saja.
“Ok.”
“Pokoknya kamu harus segera mengenalkannya.” pinta Anna.
“Iya.”
Kedua orang tuanya memang selalu memaksakan kehendak. Meskipun itu demi kebaikan anak semata wayangnya tetapi yang akan menjalaninya bukan berarti menyukainya. Sebegitu inginkan orang tua Fredo menginginkan seorang cucu.
"Janji loh, ya."
“Iya, Mama Anna tersayang,”
Fredo mulai berpikir serius untuk menemukan perempuan mana yang akan dijadikan partner tanpa banyak orang yang mengenalnya, berarti harus perempuan biasa saja.
...****...
Sebuah mobil sport berwarna merah menyalah baru saja berhenti di depan pintu masuk Pranaja Corporation. Tak lama sang pengemudi pun menampakkan diri, rambut yang dibuat model quiff berkilat di bawah sinar matahari menambah kesan sempurna.
Tanpa perintah atau permintaan, seorang security langsung menghampiri Fredo dan menerima kunci mobil itu.
“Astaga, siapa dia? benar-benar tampan, tipe laki-laki impianku.”
“Kau gila, dia CEO baru kita, jangan sembarangan kalau bicara.”
“Benarkah? Ah, aku tidak bisa bernapas, dari ujung kaki sampai kepala tidak ada yang cacat, beliau sempurna sekali. Aku bakal betah bekerja di sini.”
Fredo sudah bosan mendengar pujian-pujian dari perempuan yang selalu mengaguminya, setiap hari selalu ada yang membicarakan penampilannya namun Fredo tidak mungkin menyumpal mulut wanita itu satu persatu.
Sebenarnya kabar dirinya akan memimpin perusahaan pusat sudah tersebar sejak tiga bulan yang lalu namun Fredo baru menginjakkan kakinya sekarang, itu pun karena paksaan dari Presdir Pranaja yang tak lain adalah Ayahnya sendiri.
“I’M HERE FOR YOU, JUST FOR YOU PRANAJA GROUP!” batin Fredo.
...*****...
05:00
Kringggg… kringggg…. Kringggg….
Sebenarnya, sebelum jam waker itu berdering, Allea sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia perlu mengantisipasi agar tidak terlambat, pasalnya hari ini ada rapat pertemuan dengan para pekerja perusahaan menengah untuk menyalurkan idenya agar para investor tertarik untuk menjalin kerjasama.
Setelah kejadian beberapa bulan lalu, akhirnya Allea tersadar oleh nasihat pemuda waktu itu. Ia memutuskan untuk langsung keluar dari masa kelamnya dan memulai lembaran baru dengan bekerja ditempat yang lebih baik, pasti akan ada jalan keluar.
Allea kilaf, Ibunya kalau tahu pun pasti tidak ingin sembuh dari uang seperti itu. Sekarang ia mendapat pekerjaan tetap di sebuah perusahaan berskala menengah hampir satu bulan ini, Allea sangat bersyukur meskipun gaji yang ia peroleh tidak sebesar uang kemarin. Tidak hanya itu, Allea juga punya banyak pekerjaan part time untuk menambah penghasilannya.
“Semangat untuk hari ini.”
Allea memperbaiki penampilannya, ia memakai baju putih lengan panjang bertali dikombinasikan dengan rok sepan hitam selutut dan rambut diikat ponytail, tak lupa menambahkan make-up senatural mungkin sebagai pemanis.
“Aku pasti bisa,” kata Allea tersenyum tipis di depan cermin. Tiba-tiba dering telefon berbunyi, ia segera mengangkat panggilannya.
“Lea, kamu sudah bangun?” tanya seorang wanita di seberang sana.
“Sudah, ini mau berangkat,” jawab Allea.
“Oke deh, aku kira kamu masih molor,” katanya diselangi tawa. “Beruntungnya kamu bisa bertemu dengan cowok-cowok tajir, Lea.”
“Terra, aku ke sana bukan untuk tebar pesona tapi memenangkan tender."
"Tetap saja kau bisa mengait salah satu dari mereka."
"Doakan aku berhasil menenangkan tendernya!"
*“Pasti, aku percaya kemampuanmu*, tapi jangan lewatkan yang bening-bening juga ya, Le....”
"Terra!!!"
"Hahahah..."
Setelah panggilan diakhiri, Allea mengambil tas dan mengenakan sepatu pantofel lalu keluar dari kamar kost yang baru ditempatinya tiga hari, ia pindah karena sangat dekat dengan tempatnya bekerja dan rumah sakit ibunya.
“Naik gocar aja deh,”
Allea sengaja memesan go-car karena tempatnya memang agak jauh, kalau naik kendaraan umum sebenarnya tidak masalah tetapi penampilannya pasti akan berantakan.
Hampir satu jam perjalanan membelah kemacetan, Allea pun tiba di sebuah gedung pencakar langit, ia sangat antusias, akhirnya Allea dapat menginjakkan kaki ke sebuah perusahaan paling bergengsi dan ternama di Indonesia.
“Mohon maaf, kami periksa terlebih dahulu,” kata seorang security perempuan.
“Baik.”
Sebelum memasuki perusahaan setiap orang harus melewati pemeriksaan yang sangat detail, mulai pemeriksaan tubuh, tidak membawa benda tajam dan berbahaya, menunjukkan kartu identitas, dan surat kepentingan jika bukan pegawai tetap. Sangat sulit untuk menerobos keamanan perusahaan itu.
"Silahkan, masuk."
"Terima kasih." jawab Allea.
Ketika Allea sudah berada di sebuah ballroom, ada begitu banyak pegawai dari perusahaan-perusahaan lain yang siap beradu untuk menjadi pemenang. Mendadak ia ragu dan minder dengan makalahnya.
“Banyak sekali orang yang ikut berpartisipasi,”
Allea menghela napas, tiba-tiba semua undangan dipersilahkan untuk menuju ke sebuah auditorium besar untuk menampung semuanya. Allea pun melihat kursi kosong yang di sebelahnya ada perempuan cantik berambut pirang.
“Permisi, apakah saya boleh duduk di sebelah Anda?” tanya Allea.
Gadis itu menganggukkan kepala sambil tersenyum. “Silakan,”
Saat Allea sudah duduk dengan nyaman ia menyempatkan untuk menyapa gadis itu sebelum acaranya dimulai.
“Salam kenal, saya Allea Sukma perwakilan dari perusahaan Gaston.”
“Salam kenal juga, saya Clara Diandra dari Andra group. Semoga kita bisa bersaing dengan sehat dan menjadi teman,”
“Tentu saja, senang berkenan dengan Clara,” kata Allea tersenyum lega, setidaknya ia tidak akan seperti orang hilang yang tidak punya teman mengobrol.
“Test... satu, dua, tiga, test…”
Pengecekan alat-alat suara mulai dilakukan agar tidak terjadi kesalahan, sudah dapat dipasti sebentar lagi rapat akan segera dimulai. Semua orang pun mendadak terdiam lalu seorang manager memberikan salam sambutan dan menyampaikan informasi penting.
“Hadirin dimohon berdiri, Tuan muda Pranaja akan ikut bergabung bersama kita.”
Semua mata langsung tertuju pada pintu yang terbuka, tak lama kemudian seorang pemuda bersetelan jas berwarna bau-abu diikuti beberapa orang memasuki ruang rapat lantas menuju kursi utama.
“Perkenalkan, saya Fredo Aditama Pranaja selaku pimpinan di perusahaan ini. Tolong jangan buang-buang waktu saya untuk mendengarkan proposal kalian yang tidak bermutu, berikan saya sesuatu yang menakjubkan.”
Mata Allea membulat sempurna, mendapati wajah yang tak asing baginya. “Si ganteng,” ucapnya tanpa sadar.
Pemuda yang selama ini tidak ingin dilihat Allea lagi, namun kenapa justru saling berhadapan. Allea tidak punya muka untuk bertemu dengan pemuda itu. Dunia memang sempit, saat suatu hal tidak diinginkan takdir justru mengiyakan, memang tidak ada yang bisa ditebak.
“Kenapa harus si Ganteng!!! Semoga dia tidak ingat padaku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
harusnya "wajah yang tidak asing baginya"
2021-03-11
0
Fadila nur
kalo jodoh emang gk keman ya....... pindah kemana aja masih tetep ketemu.......
2020-10-15
3
Imma Juhamzah
good allea harusnya kamu mmng tdk perlu bekerja di bar
2020-10-15
2