Kecupan Pagi

"Selamat pagi, Beb."

Begitulah yang dia ucapkan di pagi ini sambil memelukku dari belakang. Dia juga mencium pipiku dan melihat apa yang sedang kukerjakan di dapur ini.

"Aromanya enak sekali. Buat apa?" tanyanya sambil bergelayut manja di bahuku.

"Aku buat ayam asam manis. Kau mau?" tanyaku seraya mengoseng ayam di wajan.

Dia mencium bahuku. "Apapun yang kau buat, akan kumakan, Beb. Tapi sekarang kita mandi dulu." Dia memutar tubuhku dengan cepat ke arahnya.

"Jake!"

"Aku ingin. Tapi tidak di dalam." Dia berkata lagi sambil menatapku.

"Apa?! Ini masih pagi!" Aku pun kaget mendengar permintaannya.

"Kalau begitu bantu aku mengeluarkannya." Dia memohon padaku dengan wajah yang tidak menerima penolakan sama sekali.

"Dasar mesum!"

Aku pun seperti tak berdaya untuk menolaknya. Dia bagai magnet bumi yang tidak bisa kulawan. Lantas lekas-lekas kumatikan kompor masakku ini. Dia juga segera mengangkat tubuhku, menggendongku menuju kamar mandi. Beginilah tabiat asli dari seorang pengusaha kontraktor ternama. Dia adalah Jake Thompson.

Beberapa jam kemudian...

Sarapan pagi akhirnya telat kami lakukan karena kemauannya yang tidak bisa dinanti-nanti. Dan kini kami sedang makan bersama, menyantap hidangan yang aku masak tadi. Aku pun harus menghangatkannya kembali agar lebih enak dimakan. Dan ya, priaku begitu lahap sekali. Dia tidak ragu untuk menambahnya lagi.

"Hari ini aku berniat untuk mengantarkanmu ke Pulau Zura, tempat Jinny dan Petrus berada. Kau tidak keberatan, bukan?" tanyanya sambil mengunyah makanan.

"Aku ikut saja. Lagipula ini untuk kebaikan kita bersama." Aku pun menerima permintaannya.

Dia tersenyum padaku. Raut wajah muram dan cemberut itu tidak lagi kulihat darinya. Jake kini menghangatkan bagai mantel tebal di musim dingin. Dan aku menyukai sikapnya yang sekarang.

"Baiklah. Aku akan menghubungi tim rawajali nanti. Sekarang lekas habiskan sarapan dan berkemas untuk ke sana." Dia berkata lagi.

"Apa aku harus tetap membawa obatku?" tanyaku padanya.

Dia terdiam sejenak lalu meneguk air minumnya. "Beb, selama satu bulan ini kau harus meminum obat itu. Rahimmu lemah dan tidak bisa mengandung selku." Dia mengatakannya dengan tidak enak hati.

Aku mengerti. Aku juga sudah tahu bagaimana keadaanku yang sekarang. Dokter telah menjelaskan kepada kami jika aku belum bisa mengandung sementara waktu. Ya, walaupun Jake sangat menginginkannya. Tapi mungkin hal ini memang tidak boleh terjadi dulu. Karena nyatanya janji suci itu belum kami ucapkan bersama di altar pernikahan.

Ya. Aku dan Jake masih belum menikah. Tapi kami sudah terjerumus terlalu dalam ke palung cinta yang begitu besar. Semua tak lain karena transaksi yang pernah kulakukan bersama istrinya waktu itu. Yang mana lambat laun membuka hati kami untuk menjadikan nyata kepura-puraan. Dan sekarang aku merasa nyaman bersamanya. Sekalipun belum ada status resmi sebagai istri.

Mungkinkah aku gila? Mungkin saja iya. Logikaku tak lagi terpakai saat bersamanya. Jake telah membuatku jatuh cinta. Entah sampai kapan, aku harap jika mimpi tidak pernah tersadarkan.

Pukul sebelas siang waktu ibu kota dan sekitarnya...

"Lilia!"

"Nona Lilia, syukurlah Anda baik-baik saja."

"Lilia, aku sangat mengkhawatirkanmu."

Begitulah yang diucapkan oleh orang-orang di GOC saat kami mampir sebentar sebelum menyeberang pulau. Dan mereka semua mencemaskan keadaanku. Pemberitaan di televisi menjadi trending topik di kalangan para pengusaha besar. Bagaimana tidak, Sky Grup runtuh terkena ledakan bom waktu. Dan kini hanya tersisa puing-puingnya saja. Sedang kemarin malam aku masih berada di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!