"Assalamualaikum, Bu! Aku pulang." Ucap ku sambil melangkah masuk kedalam Rumah.
"Wa'alaikum salam, iya sayang." Teriak Ibu dari arah dapur.
Aku pun berjalan menghampiri Ibu ke dapur.
"Maaf iya Bu, aku telat. Tadi susah dapet Bis nya, pada penuh terus." Ucap ku sesal sambil mencium tangan Ibu, karena terlambat pulang ke Rumah dan tidak membantu Ibu berjualan.
"Tidak apa-apa sayang, Ibu mengerti. Alhamdulillah tadi dagangan kita laku cepat, jadi ibu sekarang bikin pesanan buat nanti Sore." Ucap Ibu sambil mengelus rambutku.
"Ibu sudah makan?" Tanya ku sambil ikut membantu mengaduk adonan kue.
"Sudah, Nak. Mending kamu ganti baju dan makan siang dulu, ini biar Ibu yang lanjut kan." Ucap Ibu menolak aku bantu.
"Tidak apa-apa, biar aku selesaikan dulu ini Bu. Habis itu aku ganti baju dan makan, ibu kerjakan yang lain saja." Ucap ku sambil tersenyum.
"Memang kamu tidak lapar, Nak? Ini sudah siang, kamu juga baru pulang kuliah." Ucap Ibu sendu.
"Tadi jam istirahat aku dan Ega di traktir makan sama Neysa, Bu. Jadi sekarang aku masih kenyang, Ibu tenang aja." Ucap ku.
"Alhamdulillah, baik sekali iya Neysa itu. Iya sudah ibu mau buat gorengannya iya." Ucap Ibu lembut.
"Iya Bu, Neysa memang baik sama aku dan Ega Bu. Padahal dia anak orang kaya, tapi ngga malu temanan sama kita." Ucap ku bangga punya teman seperti Neysa.
"Bagus dong kalau begitu, dia tidak memandang kasta. Kamu juga jangan memanfaatkan kesempatan iya, Nak. Walau kita tidak mampu, kita jangan mau di kasihani oleh orang lain. Lebih baik memberi dari pada di beri, ingat pesan Ibu iya Nak." Ucap Ibu menasehati.
"Iya Bu, aku akan ingat pesan Ibu." Ucap ku.
"Aku juga ngga akan memanfaatkan kebaikannya, Ibu tenang aja. Malah aku kasian ke dia." Ucap ku sendu.
"Kasian kenapa sayang?" Tanya Ibu penasaran.
"Neysa itu kasian Bu, Orang Tua nya sibuk kerja semua. Kadang Neysa di tinggal berhari-hari untuk Tugas Keluar Negeri, belum lagi hari-hari biasanya pun selalu pulang malam. Iya seperti kurang kasih sayang gitu Bu." Ucap ku menceritakan yang Neysa alami.
"Kasian sekali iya dia, pantesan kalau ke sini dia manja sekali sama Ibu. Ibu kira memang dia manja juga ke Orang Tua nya." Ucap Ibu dengan tangan yang memegang pisau, sambil memotong sayuran.
"Kalau di depan orang tuanya, dia ngga berani Bu bersikap manja. Sama Kakak laki-laki nya juga dia ngga bisa bersikap manja, kaya ke Ibu." Ucap ku, yang membayangkan saat kami sering mengerjakan tugas atau pun saat menginap di Rumah Neysa.
"Kasian banget iya dia, nanti kamu ajak dia main k sini lagi. Rasanya udah lama teman-teman kamu ngga main ke sini?" Ucap Ibu.
"Iya Bu, mereka semua sibuk. Jadi susah waktu untuk kumpulnya, kan kita lagi persiapan skripsi Bu." Ucap ku.
"Oh iya! Gimana skripsi kamu sayang? Sudah sampai mana?" Tanya Ibu.
"Aku udah nyiapin judul dan bahan Bu, cuman untuk jadwal pengajuan skripsi 2 mingguan lagi Bu. Tapi Ibu tenang aja, aku sudah nyicil sedikit-sedikit sekarang. Jadi nanti kalau ada revisi bisa cepet aku kerjain." Ucap ku sambil memasukan adonan ke dalam oven.
"Syukur Alhamdulillah, semoga skripsi kamu lancar dan kamu segera wisuda. Ibu ngga sabar lihat kamu pake baju wisuda." Ucap Ibu dengan mata berkaca-kaca, aku pun memeluk Ibu.
"Aku juga ngga sabar pengen cepet-cepet lulus dan bekerja. Supaya Ibu ngga perlu capek-capek jualan lagi, biar aku yang kerja buat ibu." Ucap ku sambil mengusap air mata Ibu.
"Terimakasih sayang, sudah berjuang selama ini demi ibu." Ucap Ibu dengan air mata.
"Aku yang harusnya berterimakasih sama Ibu, udah mau memberikan yang terbaik untuk aku dan mau banting tulang untuk aku. Aku sayang ibu." Ucap ku sambil memeluk ibu erat.
"Udah udah jangan nangis lagi, nanti gorengannya asin sama air mata ibu." Ucap ku terkekeh.
"Dasar kamu ini, sudah sana kamu ganti baju dan makan." Ucap Ibu.
"Siap komandan." Ucap ku kemudian aku mencium kening Ibu dan segera masuk ke dalam kamar.
Malam hari. . .
Kulihat ibu sedang duduk sambil memijat kakinya, aku pun menghampiri dan memijat kaki ibu.
"Capek iya Bu." Ucap ku sambil terus memijat kaki Ibu.
"Ngga Nak, sepertinya ini faktor umur." Ucap Ibu terkekeh.
"Maaf iya Bu, aku belum bisa bahagiain Ibu." Ucap ku sendu.
"Kamu ini bicara apa? Kamu itu sumber kebahagiaan Ibu, yang harus nya minta maaf itu Ibu. Karena kamu harus berjuang sendiri demi cita-cita kamu, jika bukan karena usaha kamu ikut beasiswa. Mungkin saat ini kami sudah putus sekolah." Ucap Ibu sendu dengan mata yang berkaca-kaca dan mengelus rambut Ku.
"Aku berusaha dapet beasiswa, biar aku bisa sekolah tinggi dan dapet kerja yang bagus. Aku pengen di masa tua Ibu ngga perlu capek-capek kaya gini lagi." Ucap ku dengan berlinangan air mata, mengingat perjuangan Ibu banting tulang demi aku.
"Ibu selalu mendoakan semoga kamu selalu sehat, banyak rezeki dan kelak kamu menjadi orang yang sukses. Ibu ngga tau apakah nanti Ibu masih bisa melihat kamu sukses atau tidak, tapi do'a ibu selalu menyertai kamu." Ucap Ibu sendu.
"Ibu jangan ngomong gitu! Ibu pasti sehat dan liat aku sukses nanti!" Ucap ku dan langsung ku peluk erat ibu, aku menangis tersedu-sedu.
"Umur ngga ada yang tau, Nak. Ingat selalu semua pesan-pesan Ibu iya sayang." Ucap Ibu sambil mengelus punggung ku yang bergetar.
"Ibu percaya, kamu anak baik. Pasti bisa jaga diri, Ibu akan selalu menyayangimu." Ucap Ibu kemudian mencium kening ku.
"Sudah jangan nangis lagi, itu liat mukanya jelek banget anak Ibu kalau lagi nangis." Ucap Ibu dengan senyum sambil memegang kedua pipi ku.
"Ada atau pun tidak ada Ibu, ingat selalu bahwa ibu akan selalu ada di hati kamu." Ucap Ibu sambil menyentuh dada ku.
"Eva sayang banget sama Ibu, temani Eva terus iya Bu. Maafkan jika Eva belum bisa bahagiain Ibu, terimakasih sudah berjuang sejauh ini demi Eva." Ucap ku sendu.
"Sama-sama sayang, sudah jangan menangis. Lebih baik kamu ceritakan apa yang kamu lakukan di kampus tadi?" Ucap Ibu kepada ku sambil mengelus rambut ku.
Meminta Izin
Kemudian aku pun menceritakan semua kegiatan ku di kampus, karena itu adalah kegiatan rutin kami. Setiap malam sebelum tidur, kami saling bercerita tentang kegiatan yang kami lakukan setiap hari nya.
"Oh iya Ibu, aku hampir lupa. Jadi besok itu orang tua Neysa pergi keluar Negeri lagi dan dia sendirian di Rumah, Kakak nya juga pergi ke Singapura Bu. Jadi dia minta aku dan Ega untuk menginap, tetapi Ega tidak bisa karena harus kerja." Ucap ku ragu untuk meminta izin.
"Iya sudah kamu saja yang menginap." Ucap Ibu.
"Ibu serius?" Ucap ku.
"Iya sayang, kamu temani Neysa saja. Ibu tidak apa di Rumah sendirian, lagi pula tidak setiap hari." Ucap Ibu.
"Tapi kan besok Ibu ada pesanan untuk pengajian?" Ucap ku.
"Pesanan nya tidak terlalu banyak sayang, lagi pula besok Ibu tidak jualan di depan. Jadi Ibu bisa mengerjakan semua sendiri, kamu pergilah." Ucap Ibu lembut dengan senyuman manis.
"Terimakasih banyak iya Bu." Ucap ku, kemudian memeluk Ibu.
"Sama-sama sayang, lihat sudah malam. Ayo kita tidur, Ibu juga sudah mengantuk." Ucap Ibu yang kemudian menguap kecil.
"Iya Bu, selamat tidur Ibu. Eva sayang banget sama Ibu." Ucap ku memeluk dan mencium Ibu.
"Selamat tidur juga anak Ibu yang cantik, Ibu juga sayang Eva." Ucap Ibu mencium kening ku, kemudian aku pun masuk kedalam kamar untuk beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Abdul Bozes
hebat
tidak malu membantu orang tua
2023-05-21
0