Awal Kehancuran

Setelah kami menyelesaikan tugas kuliah di Perpustakaan, kami pun memutuskan untuk pulang. Tetapi tidak dengan Ega yang harus bekerja, sedangkan aku ikut bersama Neysa pulang ke Rumahnya.

Sampailah kami di Rumah mewah milih Neysa, iya bagiku Rumah ini sangat mewah dari pada Rumah kecil ku. Namun aku selalu bersyukur, masih memilik tempat untuk berteduh dan aku sama sekali tidak iri dengan apa yang di miliki sahabat ku ini.

Ceklek. . .

"Ayo masuk, anggap aja Rumah sendiri." Ucap Neysa sambil menarik tangan ku, agar masuk ke dalam.

Kami pun masuk ke dalam Rumah menuju kamar Neysa yang berada di lantai 2, menggunakan tangga.

Ceklek. . .

"Selamat datang di kamar kesayangan ku." Ucap Neysa sambil membuka pintu.

"Aku kira kamu mau bilang 'Selamat datang, selamat berbelanja.' hahaha. . ." Ucap ku tertawa.

"Lah dikira aku karyawan ind****t." Ucap Neysa mendengus kesal, namun kemudian ikut tertawa.

"Habisnya setiap aku dan Ega ke sini, pasti kamu bilangnya gitu." Ucap ku yang masih tertawa.

"Iya kan biar seru aja kali." Ucap Neysa tertawa dan kemudian merebahkan badannya di karpet berbulu yang tebal dan nyaman sekali.

"Udah ah. . . Ketawa terus, aku mau bersih-bersih dulu. Numpang ke kamar mandi dulu iya, badan ku lengket banget." Ucap ku meminta izin kepada Neysa.

"Iya ampun! Ke kamar mandi aja minta izin segala! Tinggal buka pintu, masuk deh ke dalem kamar mandi! Udah beres!" Ucap Neysa mendengus.

"Hahaha. . . Iya iya harus dong! Ini Rumah kamu, aku harus minta izin dulu." Ucap ku sambil cekikikan.

"Udah sana! Aku mau rebahan dulu." Ucap Neysa yang sedang memejamkan mata.

Setelah beberapa saat aku bersih-bersih, aku pun keluar dan melihat Neysa yang sedang tertidur pulas.

"Ney. . . Ney. . . Bangun." Panggil ku kepada Neysa, sambil menggoyangkan bahu nya.

"Ehmmm. . ." Gumam Neysa.

"Ayo! Bangun, bersih-bersih dulu. Ngga boleh jorok, ayo bangun!" Ucap ku sambil menarik-narik tangan Neysa agar bangun.

"Iya ini bangun." Ucap Neysa serak, sambil duduk dan mengucek mata nya.

"Iya udah sana, takut ke buru magrib." Ucap ku.

"Iya. . . Iya bawel!' Ucap Neysa yang berjalan menuju kamar mandi dengan malas.

"Ngapain iya sekarang?" Ucap ku bingung.

"Lebih baik telpon Ibu." Gumam ku, kemudian mengambil handphone dan menghubungi Ibu.

Tut. . . Tut. . . Tut. . .

[Assalamualaikum.] Ucap Ibu.

[Wa'alaikum salam, Bu. Ibu lagi apa? Aku udah sampai di Rumah Neysa Bu.] Ucap Ku.

[Ibu habis beres-beres, syukur kalau kamu sudah sampai. Ingat tidak boleh merepotkan Neysa iya!" Ucap Ibu.

[Iya, Ibu tenang aja. Ibu sudah makan?] Tanya ku.

[Tadi siang Ibu sudah makan, kamu sendiri sudah makan Nak?] Tanya Ibu.

[Aku juga sudah makan tadi siang Bu.] Ucap ku.

[Sudah dulu iya Nak, Ibu mau siap-siap ke Mesjid. Ingat kamu hati-hati dan jaga diri baik-baik iya Nak. Ibu akan selalu menyayangi mu hingga akhir hayat Ibu.] Ucap Ibu.

[Iya Bu, Eva juga sayang banget sama Ibu. Iya sudah, assalamualaikum.] Ucap ku.

[Wa'alaikum salam.] Ucap Ibu kemudian mematikan telepon.

Setelah mematikan sambungan telepon, aku pun merebahkan badan di karpet bulu Neysa sambil menonton televisi. Tak lama Neysa pun keluar dengan wajah yang lebih fresh.

Malam hari. . .

Kami bersantai di Ruang TV Rumah Neysa, sambil menonton Film dan bersenda gurau. Rumah mewah milik Neysa ini, jika malam hari sangat sunyi.

Karena semua pekerja sudah beristirahat, di jam seperti ini. Pantas saja setiap kali Orang Tua Neysa Dinas luar, Neysa pasti meminta aku atau Ega untuk menginap.

"Va, kita pesan makan saja iya?" Ucap Neysa, tanpa mengalihkan pandangan dari televisi besar di hadapan kami.

"Memangnya Mba yang kerja ngga membuat makan malam?" Tanya ku heran, karena biasanya makanan akan selalu ada di meja makan milih Neysa.

"Aku yang nyuruh jangan masak, hehe. . ." Ucap Neysa cengegesan.

"Iya udah kita aja yang masak, ngga perlu beli." Ucap ku memberikan saran.

"Ngga usah lah! Beli aja, aku pengen makanan yang kaya di TV itu. Kaya nya enak, kamu mau yang mana? Nih pilih." Ucap

Neysa yang ternyata sudah membuka aplikasi makanan online dan memberikan handphonenya kepada ku, untuk aku memilih.

"Buat kamu aja! Aku bisa bikin mie aja nanti." Ucap ku menolak dan menyerahkan kembali handphone nya.

"Ngga seru deh! Iya udah aku pesan kan sama dengan punya aku iya? Ingat ngga boleh nolak rezeki tau! Nanti kamu dosa." Ucap Neysa memaksa dan aku hanya mengangguk.

Setelah menunggu beberapa saat, makanan pun datang. Kami makan malam berdua, kemudian kami melanjutkan menonton Film yang tadi kamu tonton.

"Pindah ke kamar yuk! Ngantuk nih!" Ucap Neysa sambil menguap.

"Iya sama, aku juga ngantuk." Ucap ku dan kami pun berjalan menuju kamar Neysa untuk beristirahat.

Pukul 01.20

Aku terbangun dari tidur, karena haus. Saat melihat nakas, ternyata air putih sudah habis. Mau tidak mau aku pun keluar dari kamar menuju dapur, meski pun takut.

Sesampainya aku di dapur, segera ku ambil air minum dan mengisinya sampai penuh.

Namun tiba-tiba aku mendengar suara orang yang mengoceh tidak jelas, karena takut.

Aku pun bergegas kembali menuju kamar Neysa, namun tiba-tiba tangan ku di tarik. Mulut ku di bekap, badan ku di peluk erat dan gelas yang aku pegang pun terjatuh.

PRANKK. . .

Aku di seret paksa menuju sebuah kamar, dan badan ku di hempaskan dengan kasar ke ranjang. Kemudian dia mencengkram wajah ku dengan kasar, aku yang tak tau apa-apa merasa bingung dan takut.

"Kenapa? Kenapa kamu selingkuh? Kurang aku apa? Selama ini kamu mau apa pun, aku selalu menuruti nya! KENAPAA??" Teriak lelaki yang ternyata itu Kakak laki-laki Neysa, Nathan.

"Le-pas! To-lo-ng. . . Ney-sa To-lo-ng! Ucap ku tak jelas dengan air mata yang mengalir karena ketakutan dan aku berusaha memberontak.

"DIAM! KAMU PIKIR AKU LAKI-LAKI BODOH? YANG AKAN PERCAYA UCAPAN KAMU? SETELAH AKU MELIHAT DENGAN MATA KEPALA KU! KAMU SELINGKUH! DASAR ******." Teriak nya, kemudian menampar wajah ku.

"Sa-kit! A-ku mo-hon le-pas kan a-ku!" Ucap ku memohon, dengan berlinang air mata. Namun tak di gubrisnya dan mencengkram kuat wajah ku.

"Sakit? Aku akan memberi tahu apa itu SAKIT yang SESUNGGUHNYA!" Teriak nya kepada ku, yang sedang sesegukan menangis ketakutan.

Sekuat tenaga aku memberontak, namun tenaga ku tidak ada apa-apa di bandingkan dengan laki-laki ini. Malam kelam yang sangat menyakitkan pun terjadi, yang akan merubah segala sesuatunya. Pikiran ku kosong, air mata yang tak berhenti mengalir. Hingga akhirnya aku tak sadarkan diri dan tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Yang ku harapkan ini semua hanyalah mimpi buruk, dan saat aku terbangun semua akan baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

Rika Anggraeni

Rika Anggraeni

kasian banget eva

2023-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!