Dalam Diamnya Nara
Bab 3
Hampir setengah jam Yudha berlari mencari-cari Nara tanpa tujuan. Hingga dia melihat Nara sedang berdiri di halte bis dan sedang diganggu tiga laki-laki bertampang preman.
Terlihat Nara ingin mencoba lari tetapi, dihalang-halangi oleh mereka.
"Woi!?" teriak yudha kepada preman tersebut.
Ketiga preman menoleh ke arah Yudha, sat mereka lengah itulah kesempatan Nara lari ke arah Yudha dan bersembunyi di balik punggung Yudha.
Yudha mencari ide bagaimana caranya bisa kabur dari ketiga preman tersebut.
"Pak!" Yudha seolah menegur seorang polisi yang seolah-olah berdiri di belakang preman tersebut.
Padahal tidak ada siapapun di belakang mereka. Saat ketiga preman tersebut menoleh ke belakang, Yudha menarik tangan Nara dan mereka berlari ke arah hotel.
Untung saja ketiga preman tersebut tidak melanjutkan mengejar Yudha dan Nara karena mereka melihat ada security hotel yang berdiri di depan gerbang masuk.
Yudha tetap memegang tangan Nara dengan kencang sampai di kamar mereka. Kali ini Yudha sangat marah.
"Jangan macam-macam, deh, Lu! Untung aja Lu nggak diperkosa mereka. Masa gue yang bayar lu, mereka yang makai," maki Yudha dengan tangan di pinggang.
Nara menuliskan kata maaf di memo yang Yudha berikan semalam.
"Sekarang gue antar lu pulang," ujar Yudha.
Nara langsung berlutut di hadapan Yudha, memohon agar jangan kembalikan dia ketempat itu.
"Gue nggak punya uang untuk Nebus lu, Nara," ujar Yudha kesal.
Saya akan ganti dengan jadi pembantu Bapak seumur hidup saya.
Tulis Nara yang membuat hati Yudha bimbang.
"Kanapa gue memilih lu," upat Yudha pada dirinya sendiri.
Nara masih saja berlutut. Hal itu membuat Yudha tidak enak dan bingung. Dia terbayang akan adiknya jika hidup pasti akan seumuran dengan Nara, jika ini terjadi pada adiknya bagaimana?
"Bangunlah!" suruh Yudha sambil memegang kedua bahu Nara mencoba membimbingnya berdiri.
"Lu tunggu di sini. Jangan kemana-mana!" ujar Yudha di depan pintu kamar. "Jangan pergi-pergi sampai gue balik!" Kembali Yudha memberi titah kepada Nara.
Nara mengangguk tanda paham. Yudha pun pergi. Satu jam Yudha tidak juga kembali. Akhirnya Nara pergi meninggalkan kamar hotel.
Ini adalah ide dari Yudha, dibikin seolah Nara kabur saat dia keluar kamar hotel. Sebenarnya sudah rencana Yudha seperti itu, saat di dalam kamar yang tidak ada CCTV. Yudha menjelaskan ide tersebut kepada Nara.
Setelah satu jam kepergian Yudha, Nara keluar kamar hotel seperti orang yang sedang melarikan diri. Sebenarnya Yudha sudah menunggu di ujung jalan yang tidak terekam CCTV hotel.
Keputusan yang sangat berbahaya memang, Yudha harus berhadapan dengan mami yang sudah pasti berbahaya. Rasa kemanusiaannya terus mendesak untuk dia membantu Nara keluar dari neraka kecil itu.
"Good job!" seru Yudha dari dalam mobil.
Yudha tidak ingin mengambil resiko, dia menggunakan mobil lain, mobil temannya yang dia pinjam sementara dengan mengganti plat nomor palsu.
Sebelum pergi Yudha juga menyebutkan warna dan nomor polisi mobil yang harus Nara naiki.
"Nanti lu masuk aja ke dalam mobil yang udah gue sebut nomor polisinya itu! Gue nggak keluar dari mobil, entar ada yang lihat mati gue," jelas Yudha tadi.
Nara mengangguk dan mengangkat jempol tangan kanannya tanda paham.
Setelah Nara masuk, mobil langsung melaju menuju salah satu perumahan elit di kota ini. Di perumahan ini tidak mengenal tetangga, hidup masing-masing. Rumah berpagar-pagar tidak membuat mereka menjadi manusia individu.
"Ini rumah gue, untuk sementara Lu di sini aja!" terang Yudha saat mereka sudah sampai ke dalam pekarangan rumah.
Nara tercengang melihat rumah Yudha, rumahnya tidak terlalu besar tetapi, isi dalamnya sangat mewah. Menggambarkan bahwa Yudha adalah pemuda sukses.
"Yuk, gue tunjukkan kamar lu."
Nara berjalan mengikuti Yudha. Sebuah kamar yang letaknya dekat dengan dapur. Kamar yang disediakan khusus untuk pembantu. Kamar yang tidak buruk. Kamar ini berukuran dua kali tiga meter. Di dalamnya sudah ada tempat tidur single dan lemari pakaian kecil. Sangat cantik, berbeda jauh dari kamar Nara.
Setelah menunjukkan kamar untuk Nara, Yudha masuk ke kamar ke dua di rumah ini. Dia mengambil seluruh pakaian adik perempuannya yang masih tertata rapi, berharap pakaian adiknya tiga tahun lalu masih muat untuk Nara pakai. Jika dilihat, badan Nara tidak sebesar badan adiknya.
Nara sangat senang diberi pakaian yang masih cantik itu. Senyum sumringah terpancar dari wajah polosnya.
Terima kasih, Pak. Saya belum pernah dapat baju bagus-bagus seperti ini.
Tulis Nara membuat Yudha tercengang. Semalang apa hidup Nara sehingga pakaian begini saja dibilangnya bagus?
"Mandilah dan ganti pakaian kamu!" Yudha menyerahkan handuk untuk Nara.
"Gue akan menemui mami doakan gue pulang hidup," ceplos Yudha.
Maaf saya merepotkan bapak.
"Jangan panggil gue bapak! Tua amat gue dipanggil bapak. Panggil gue Mas Yudha!"
Baik Mas Yudha. Terima kasih sudah mau menolong saya.
"Gue pergi! Kalau Lu lapar, masak aja apa yang bisa Lu masak!"
Yudha pergi menggunakan mobil yang tadi dia harus menggunakan mobil miliknya untuk menemui mami. Sebelum ke tempat mami dia kembali menukar mobil ke rumah temanya.
"Gila Lu, Yud. Cari mati Lu!" ujar Soleh.
Namanya Soleh tetapi, orangnya tidak soleh. Judi online dan free *** adalah hobinya.
"Gue kasihan sama dia. Udahlah bisu. Dia anak baik-baik," bela Yudha.
"Terserah Lu! Semoga Lu selamat. Pulang nggak tinggal nama."
"Anjing, Lu!" carut Yudha.
Setelah kepergian Yudha, Nara melaksanakan Salat Dzuhur kebetulan ada mukenah di antara pakaian yang Yudha beri tadi dan waktu Dzuhur masih ada. Nara memohon keselamatan Yudha kepada Allah SWT.
Tidak henti-hentinya dia berzikir. Hanya itu yang dia lakukan untuk membantu Yudha yang begitu baik kepadanya.
"Mana mami?" tanya Yudha setelah dia sampai ke rumah mami dan anak-anaknya tinggal.
"Lagi di ruang makan," ujar salah seorang anak mami.
"Ada apa sayang?" sapa mami ramah.
Mami sudah cukup mengenal Yudha. Karena Yudha dulunya pemuas nafsu mami sebelum jatuh ke tangan Tante Olivia.
"Nara kabur, Mi." Yudha memasang wajah panik.
"Jangan main-main kamu!" bentak mami.
"Beneran, Mi. Yudha keluar kamar sebentar mau beli makan. Pulang pulang dia sudah nggak ada. Kalau mami nggak percaya cek aja CCTV hotel!"
"Mau cari mati namanya," ujar mami kesal.
Yudha duduk di sebelah mami. Tangannya mulai menempel di paha mami yang terpampang karena mami hanya menggunakan hotspant dan baju atasan kaos besar.
"Jangan marah, ya, Mi!" bisik mesra Yudha di telinga mami.
Yudha tahu kelemahan mami. Kalau sudah begini dia tidak akan marah-marah lagi.
"Saya rugi, kamu tau nggak?" jawab mami dengan nafas mulai sulit diatur.
"Gantinya, saya puasin mami selama satu bulan gratis." Yudha mengucapkan hal bodoh.
Setelah itu terucap, dia mengutuk dirinya, kenapa dia begitu berkorban demi Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments