Part 2

Dalam Diamnya Nara

Bab 2

"Ya, udah. Gue minta kirim sama tante gue dulu," jawab Yudha sambil mengeluarkan ponsel dengan logo apel tergigit keluaran terbaru.

"Dasar gigolo," sindir Sonya.

"Diam, Lu, pecun!" Yudha membalas sindiran Sonya sehingga membuat Sonya kena mental.

Tidak lama, SMS notifikasi masuk ke ponsel Yudha, uang sepuluh juta yang dimintanya telah dikirim oleh Tante Olivia.

Yudha yang sudah akrab dengan Sonya, memakerkan transferan tersebut. "Dikirim, kan?" Yudha menunjukkan layar ponsel kepada Sonya.

"Bodoh banget Tante, Lu?" ledek Sonya.

"Dia sekarang nggak berani protes, lakinya pulang. Takut dia, gue nemuin dia," jelas Yudha dengan senyum kemenangan.

Yudha merasa menang karena dapat menaklukkan Tante Olivia yang sudah lama membiayai hidup dia. Imbalannya juga terbilang nikmat, Yudha hanya sebagai pemuas nafsu Tante Olivia saja di saat suaminya kembali berlayar.

"Yakin Lu mau dia?" Sonya kembali ke topik awal.

Yudha dan Sonya sama-sama memperhatikan Nara yang terlihat canggung.

"Biasalah, ya, anak baru begitu," ujar Sonya. "Kirim ke rekening mami sekarang!" perintah Sonya kepada Yudha yang ingin membooking Nara untuk malam ini. 

Yudha menunjukkan bukti transfer sudah berhasil kelapa Sonya. Sonya menarik Nara keluar dari ruang pajangan. 

"Nih, selamat menikmati!" Sonya menyodorkan Nara kepada Yudha dengan sedikit mendorongnya. "Namanya Nara. Nama hotel dan bukti reservasi udah gue kirim ke WA lu," sambung Sonya lalu pergi mengurus wanita yang lain.

Untung saja Yudha sempat penyambut Nara saat didorong Sonya tadi. Kalau tidak mungkin Nara sudah tersungkur di lantai.

"Lu repot dengan sepatu lu? Copotin aja!" suruh Yudha.

Nara melakukannya, kini dia berjalan tanpa alas kaki keluar dari ruangan. Yudha malah tertawa. Maksud hati, tadi hanya menyindir. Ternyata benar-benar dilakukan Nara.

"Lugu banget lu," semprot Yudha.

Tibalah mereka di parkiran. Di dalam mobil Nara langsung mengatupkan kedua tangannya. Dia memohon tanpa suara. Yudha yang tidak tahu dia bisu menjadi bingung. 

Tidak itu saja, Nara memegang lengan baju Yudha, terlihat seperti anak kecil meminta sesuatu kepada ayahnya.

"Lu kenapa? Ngomong!"

Nara menunjuk ke arah mulutnya, lalu dia menggerakkan tangan isyarat "tidak"

"Lu bisu?" tanya Yudha hati-hati.

Nara mengangguk.

"Shittt, gue nambah masalah hidup," upat Yudha. 

Niat hati ingin senang-senang malah dapatnya begini. Yang ada, Yudha akan iba.

Nara membalikkan telapak tangan kirinya lalu tangan kanan seolah sedang memegang alat tulis. Lalu dia memberi isyarat bahwa dia sedang butuh keras dan pena.

Yudha membuka laci mobil berharap menemukan apa yang dia cari. Ternyata dia hanya menemukan pena. Pengganti kertas, Yudha menarik beberapa lembar tisu. Dengan sabar Yudha menunggu Nara selesai menulis.

"Lu dijual Abang tiri lu? Yudha terkejut membacanya.

Tolong keluarkan saya dari tempat itu. Saya rela jadi pembantu bapak tanpa digaji asal saya tidak di situ lagi.

"Kenapa harus gue?" upat Yudha sambil menjalankan mobilnya. "Nanti saja kita pikirkan itu!"

Nara menarik nafas, ada rasa kecewa di dalamnya. Karena dia melihat Yudha tidak ada niat ingin membantunya. Nara duduk lurus, memandang ke depan. Wajahnya menggambarkan kesedihan tetapi, tidak ada air mata yang menetes seperti kebanyakan wanita. 

Saat lampu merah menyala, Nara mencoba mencari-cari cara bagaimana bisa pintu ini terbuka. Yudha menyadari itu lalu menekan tombol lock, sehingga seluruh pintu terkunci otomatis. 

"Jangan berpikir untuk kabur, Nara!" 

Nara menoleh ke arah Yudha. 

Mobil mereka memasuki hotel berbintang yang telah menjadi langganan mami. Mereka meminta kunci kamar kepada resepsionis dengan menunjukan kode booking yang dikirim  Sonya tadi.

Nara masih sibuk dengan pakaian yang dia rasa terlalu pendek. Sifat kemanusiaan Yudha muncul, dia membuka jaketnya lalu memberikan kepada Nara. 

Nara tersenyum dan mengikatnya di pinggang, agar bisa menutupi paha putih Nara yang ter-expose dari tadi.

"Istirahatlah!" suruh Yudha kepada Nara saat mereka sudah tiba di kamar.

Nara menggeleng–dia takut. Jangankan untuk istirahat, untuk melangkah jauh dari pintu saja dia tidak berani.

"Jangan takut! Gue nggak bakalan apa-apain lu. Selera gue bukan," ujar Yudha sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Nara!" bentak Yudha kesal yang melihat Nara masih saja berdiri di depan pintu.

Nara terlonjak kaget mendengar suara besar Yudha, mulai melangkahkan kakinya perlahan mendekati tempat tidur. Sementara Yudha melihatnya dari sofa di mana dia duduk.

"Mau makan apa?" tanya Yudha yang kini sudah berdiri berjalan mendekati Nara.

Nara masih duduk di ujung tempat tidur menatap Yudha takut. Yudha semakin mendekat ke arah Nara. Nara menggeleng, terlihat dia mencoba teriak tetapi, hanya lenguhan kecil yang keluar. 

"Ini." Yudha menyodorkan buku memo kepada Nara. 

Memo hotel dan pensil yang sudah tersedia di meja kamar.

"Makan apa?" ulang Yudha bertanya.

Nara menggeleng.

Kesal menunggu jawaban Nara, Yudha mengambil inisiatif sendiri memesan makanan online untuk dia dan Nara. 

"Lu haus?" Yudha menyodorkan botol air mineral yang sudah tersedia.

Nara kembali menggeleng.

"Eh, cewek kampung, ini botol masih tersegel, jadi gue nggak bakalan ngeracunin lu," maki Yudha yang sudah kesal.

Akhirnya Nara menerima pemberian minum itu. Dengan cepat dia memutar tutup botol lalu meneguk air di botol hingga setengah.

"Ternyata lu haus, kan?" tanya Yudha.

Nara mengangguk sambil tersipu malu. 

Sepuluh juta dihabiskan Yudha hanya untuk memberi kesempatan Nara tidur. 

Sementara dia sibuk bermain main bareng game online sesama komunitas game mereka.

Saat subuh, tanpa alarm Nara bisa terbangun sendiri. Saat Nara bangun, ternyata Yudha yang tertidur di sofa. Nara mengambil selimut lalu menyelimuti Yudha.

Nara berpikir ini kesempatan untuk dia kabur. Nara mengambil jaket Yudha dan kembali melilitnya di pinggang. Menggunakan sandal hotel dia menyusup keluar kamar. Walaupun tidak tahu mau kemana tetapi, dia nekat untuk kabur.  

Yudha tersentak, melihat ada selimut di tubuhnya. Dia langsung mencari Nara di kamar mandi karena di tempat tidur suda tidak ada Nara. Menyadari Nara kabur, Yudha berlari keluar kamar mencari Nara.

Di meja resepsionis dia menanyakan apakah mereka melihat Nara. Salah seorang mengatakan bahwa sejam yang lalu Nara berjalan keluar hotel. 

"Ah, bikin repot aja," upat Yudha sambil berlari mencoba mencari Nara.

Yudha takut, Nara entah akan kemana karena dari hasil cerita tadi malam, Nara bukanlah berasal dari kota. Dia tinggal di kabupaten yang belum pernah ke kota ini sama sekali.

Hampir setengah jam Yudha berlari mencari-cari Nara tanpa tujuan. Hingga dia melihat Nara sedang berdiri di halte bis dan sedang diganggu tiga laki-laki bertampang preman.

Terlihat Nara ingin mencoba lari tetapi, dihalang-halangi oleh mereka.

"Woi!?" teriak yudha kepada preman tersebut.

Ketiga preman menoleh ke arah Yudha, sat mereka lengah itulah kesempatan Nara lari ke arah Yudha dan bersembunyi di balik punggung Yudha.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!