Orang-orang pasti akan berkata bahwa Larisa adalah perempuan bodoh yang sukarela kembali ke pelukan mantannya meskipun sudah dipermalukan luar biasa.
Larisa masih ingat bagaimana orang-orang menertawakannya, bahkan mereka yang dekat dengan Larisa, karena dicampakkan tanpa alasan oleh Demetrio.
Bahkan setelah pembatalan itu, Larisa mendengar kabar bahwa Demetrio menjalin hubungan cinta dengan seorang artis cantik sekaligus sutradara film.
Hubungan mereka dikabarkan sangat harmonis. Demetrio kerap kali mengumbar kemesraan lewat sosial media dan memberikan jawaban penuh cinta pada wartawan dalam liputan soal hubungan mereka.
Tapi ....
"Aku tahu itu palsu." Larisa tertawa kecil mengingat bagaimana hubungan mereka berakhir beberapa hari lalu. "Dia cuma bosan."
Pada akhirnya, Demetrio memang hanya suka mempermainkan semua orang. Dia suka ketika dia bertindak penuh kendali, menguasai sesuatu yang dia mau, lalu membuangnya ketika dia merasa itu akan lucu.
Demetrio sudah membuang hati nuraninya sejak lama. Larisa bergumam saat ia turun dari mobil tepat di depan pintu kediaman megah Lawrence.
Maka dari itu ini bukan permainan hati. Ini permainan antar orang gila.
Larisa tertawa kecil melangkahkan kakinya kembali ke kediaman itu. Ia sedikitpun tidak marah. Larisa malah senang.
Sekarang entah apa yang Demetrio pikirkan, yang jelas dia telah memberi Larisa kesempatan untuk menghancurkannya.
"Selamat datang, Nona." Seorang pelayan menyambut Larisa begitu pintu raksasa itu terbuka. "Tuan Muda menunggu Nona di taman belakang. Mari saya antarkan."
"Ya." Larisa tersenyum manis. "Ayo pergi."
Mereka berjalan menuju taman belakang di mana Demetrio menunggu. Bahkan dari kejauhan, sudah bisa terlihat sosoknya yang duduk tenang menikmati kedamaian dunianya itu.
Orang yang mempunyai segala yang ingin dipunyai di dunia. Tentu saja dia sangat damai.
"Tuan Muda, Nona Larisa sudah tiba."
Mata Larisa tertuju pada senyum Demetrio yang masih terasa sama bahkan setelah dua tahun.
Wajahnya terlihat lebih tampan dari terakhir kali. Larisa melihat Demetrio mengganti warna rambutnya menjadi grey saat berpacaran dengan artis itu, tapi sekarang rambutnya sudah terlihat hitam lagi.
Anting yang terpasang di telinganya dan bagaimana dia duduk benar-benar memberi kesan bahwa dia Demetrio.
Si angkuh yang tahu dunia menyembahnya.
"Kamu sudah datang. Lebih cepat dari dugaan." Demetrio menarik senyum ceria. "Lama tidak bertemu, Larisa."
Justru sikap tak tahu malu itu membuat Larisa ingin tertawa puas.
Aku mengerti perasaan Demetrio sekarang, ucap Larisa penuh kesadaran dalam dirinya. Perasaan ingin membuat orang berlutut dan tercekik karena diriku, aku mengerti.
Aku mau membuatnya berlutut.
"Lama tidak bertemu, Tuan Muda." Larisa ikut memberi senyum cerah. "Kamu sepertinya jadi semakin tampan. Punya hubungan dengan artis pasti memberi suasana yang menyenangkan."
Larisa yang dulu tidak akan tersenyum pada musuhnya. Larisa yang dulu adalah gadis serius dan membosankan seperti kata Demetrio.
Tapi sekarang berbeda.
Naif sudah bukan diri Larisa lagi.
"Hmmm." Demetrio tersenyum seolah dia sedikit terkejut pada balasan Larisa.
Walau kemudian dia kembali memainkan peran. "Aku juga melihat kamu semakin cantik dan menawan. Senyummu jadi seperti bunga mawar merah muda."
"Benarkah? Aku memakai warna lipstik yang alami agar tidak terlalu mencolok."
"Itu cukup mencolok di bibirmu."
"Terima kasih." Larisa tersenyum manis. "Lalu, kapan pernikahannya berlangsung?"
"Langsung membicarakan itu?"
"Itu hal penting, Tuan Muda."
Demetrio terkekeh. "Benar juga. Kalau begitu, bagaimana menurutmu? Kapan tepatnya pernikahan itu harus berlangsung?"
"Empat hari."
Senyum Demetrio hilang digantikan seraut wajah kaget. "Apa?"
Tapi senyum Larisa masih terulas sempurna. "Ayo lakukan dalam empat hari, di kediaman utama keluargamu."
Untuk pertama kali tatapan Demetrio berubah. Dia nampaknya waspada pada apa yang dipikirkan Larisa, tapi ia cuma tersenyum seperti perempuan bodoh yang tidak bisa hidup jika tidak dinikahi oleh sang Tuan Muda.
"Empat hari, kah? Itu mendadak."
"Kamu tidak senang?"
Demetrio kembali tersenyum. "Tidak. Itu menarik dilakukan. Empat hari akan kusiapkan sesempurna mungkin."
"Kamu sangat murah hari, Tuan Muda." Larisa beranjak. "Kalau begitu aku permisi. Aku harus segera kembali untuk membawa kabar. Bagaimana pernikahan berlangsung, tolong lakukan terserah kamu saja."
Larisa berjalan pergi tanpa sedikitpun menyentuh teh yang diseduhkan untuknya.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments