FIVE

"Lu ngga bosen disini mulu?" Mahesa meletakkan tasnya seraya menatap heran Galen yang setiap hari selalu datang keruang rawat Yaffa. Bahkan tak jarang anak itu memilih untuk menginap setelah mengetahui bahwa Yaffa mengalami koma.

Mahesa yang merupakan sepupu Yaffa saja tidak serajin Galen hingga beberapa kali menginap di sini. Biasanya orangtua Mahesa yang akan mengecek kondisi Yaffa sebelum malam tiba makanya Mahesa merasa tersaingi oleh Galen. Malam ini dia berencana untuk menemani Yaffa hingga keesokan hari karena Mahesa tidak memiliki jadwal kelas. Tapi ternyata Galen sudah terlebih dahulu berada diruangan Yaffa, duduk di samping bed pasien dan menatap hangat adik sepupu Mahesa tersebut.

Galen menoleh sekilas dan menggeleng. Dia kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, "Gua mau tunggu sampai Yaffa bangun, bang." sahut Galen dengan suara yang terdengar lelah.

Mahesa berdecak malas. Selalu saja jawaban Galen seperti ini. Bahkan Galen tak perlu repot-repot untuk pulang kerumahnya terlebih dahulu, seusai dari kampus Galen langsung menuju rumah sakit ini. Mahesa sudah tau dari omongan Bunda Galen.

Tak jarang Galen melewati jam makannya untuk terus menjaga Yaffa. Hal ini yang membuat Mahesa malas dan kesal padanya dan untuk mengantisipasi kejadian seperti ini, Mahesa selalu membeli 2 porsi makanan yang setidaknya bisa Galen makan untuk mengisi perutnya. Berhubung Mahesa juga sering sibuk dengan urusannya, Andromous sudah dia wanti-wanti untuk menjaga Galen dan Yaffa disaat yang bersamaan.

"Gue bawain nasi goreng, tadi ngga nemu makanan lain jadi ya udah." Mahesa mengeluarkan bungkusan plastik yang berisi 2 styrofoam khas tukang nasi goreng dan memberikan salah satunya untuk Galen, "Makan, lu kalau ngga makan terus sakit sama aja bohong." tekan Mahesa kala Galen hendak menolak pemberiannya.

Galen mau tak mau menurut pada Mahesa. Mereka berdua makan dengan tenang di dekat Yaffa yang masih betah memejamkan matanya dan banyaknya alat medis yang terpasang apik ditubuh gadis itu. Kondisi Yaffa tidak bisa dibilang membaik. Karena nyaris setiap hari ada saja gejala kurang baik yang ditunjukkan tubuh Yaffa tersebut.

"Bang." Galen memanggil Mahesa tepat disuapannya yang ke-6. Dia menyimpan sendok diatas tutup styrofoam kemudian menatap Mahesa. Tak dapat dipungkiri oleh Mahesa bahwa Galen benar-benar kacau. Dia hancur karena Yaffa yang tak kunjung membuka matanya.

Mata Galen yang biasanya melempar tatapan menyebalkan ataupun konyol tidak lagi terlihat. Hanya ada mata sayu, lelah dan kosong pada mata anak itu setiap Mahesa meniliknya.

Mahesa diam dan menunggu Galen melanjutkan ucapannya yang sepertinya akan menjadi awal dari pembicaraan serius diantara mereka.

"Kalau Yaffa belum juga membaik, izinin gua buat cari orangtuanya dia ya bang?"

Permintaan Galen sontak membuat Mahesa terkejut. Matanya bahkan ikut melotot sesaat setelah mendengar hal tersebut.

Sudah kesekian kalinya Galen meminta izin untuk mencari orangtua Yaffa yang sampai saat ini juga Mahesa hanya mengetahui bahwa om dan tantenya sedang melanjutkan kontrak kerja. Selebihnya abu-abu. Mahesa tidak tau info apapun terkecuali tadi. Dia ragu untuk mengizinkan karena bagaimana juga Mahesa sudah hafal dengan sifat keluarga adik sang Mima.

Namun kali ini Mahesa mengangguk tegas. Mengiyakan permintaan Galen dan mencari orangtua Yaffa. Sudah cukup dengan keraguan Mahesa beberapa waktu lalu, kali ini dia hanya ingin membuat sang sepupu membaik.

"Tolong, tolong cari mereka Gal."

...----------------...

Abian menaruh barang-barang yang tadi dia bawa diatas meja makan milik Terra. Abian mencari keberadaan Mama dari kekasihnya itu sebelum suara Terra terdengar.

"Mama lagi dinas di luar kota, gue sendiri dari kemarin." suaranya berasal dari dapur. Entah bagaimana Abian tidak menyadari keberadaan Terra tadi, padahal jarak dapur dan ruang makan rumah keluarga Terra terbilang dekat. Dia segera berjalan kearah dapur untuk melihat sang kekasih dan memilih duduk di counter dapur saat mengetahui Terra sedang memasak.

Abian membuka salah satu buku resep yang terdapat di counter tersebut dan mulai membaca. Kemudian dia menyadari suatu hal bahwa ini bukan buku cetakan melainkan tulisan tangan dari Mama Terra yang terbilang sangat rapih. Sepertinya ini resep turun temurun atau mungkin resep masakan yang biasa dibuat untuk keluarga sehingga perempuan yang berprofesi sebagai business woman itu menulis seluruh resepnya di buku resep khusus.

"Bi, besok temenin gue ya." Abian menatap punggung Terra saat penyanyi itu berbicara tanpa menghadap dirinya, "Papa ngundang gue buat ikut ngerayain ulang tahun anaknya." lanjut Terra dengan intonasi yang datar.

"Lu kalau ngga mau dateng mending jangan deh. Nyakitin hati sendiri tau ngga?" Abian memang jarang menolak permintaan Terra, bahkan hampir tidak pernah. Tapi hal ini pengecualian karena Abian sudah tau seluk beluk Terra yang sebelumnya adalah teman masa kecil dirinya.

Papa Terra berselingkuh sejak Terra berusia 4 tahun. Beliau memiliki seorang anak laki-laki tepat diusia 10 bulan pernikahannya dengan sang selingkuhan. Tentunya Mama Terra tidak mengetahui apapun, sampai diusia Terra yang memasuki 17 tahun semua rahasia dari sang Papa terbongkar.

Terra tentu kecewa, terlebih Papa merupakan orang yang selalu bersamanya untuk menghibur Terra. Setelah perceraian orangtua Terra membuat pilihan untuk anak mereka yakni tetap tinggal bersama sang Mama atau ikut dengan sang Papa dan keluarga lainnya itu.

Terra jelas lebih memilih sang Mama. Dia tidak ingin meninggalkan Mamanya sendirian karena sang Mama tidak memiliki siapa-siapa kecuali dirinya. Sedangkan sang Papa masih memiliki Istri keduanya dan anak laki-lakinya itu. Terra tidak pernah mau repot-repot mengetahui urusan ataupun masalah keluarga baru sang Papa. Walau lelaki yang berusia hampir seperempat abad itu seringkali mengundang Terra atau mengajak Terra mengunjungi keluarganya.

Abian tahu bahwa Terra masih merasakan sakit itu sampai sekarang. Abian tahu dibalik kebahagiaan Terra yang berhasil menggapai impiannya, perempuan yang sudah mengisi hari-harinya itu tidak pernah berhenti memikirkan kejadian lampau tersebut. Abian sering menemukan Terra menangis sendirian saat Mama Terra melakukan perjalanan bisnis dan Abian tidak mau Terra menyakiti diri sendiri lagi dengan mendatangi undangan dari lelaki yang berstatus Papa kandung Terra itu.

"Tapi sayang ngga sih, Bi?" basi. Terra pasti akan membujuknya hingga menuruti permintaan Terra walau berujung dengan Terra yang menangis setelah mengunjungi keluarga baru sang Papa.

Maka dari itu, Abian memilih untuk diam dan tidak lagi menjawab. Dia kembali membaca resep resep tulisan tangan yang sedari tadi menarik perhatiannya.

"Bi—"

"Lebih sayang lu. Udah sakit hati kok masih maksain. Ujung-ujungnya juga lu bakalan nangis sendiri kan? Males gue." ketus Abian tanpa mempedulikan rengekan Terra.

"Abian, ini udah lewat dari 4 tahun. Gue janji gue ngga akan nangis. Sekali ini aja, gue mau ketemu Papa buat terakhir kalinya, gue mau nunjukin ke beliau kalau gue udah sukses sekarang. Ya, Bi?"

Abian menatap Terra kesal, tapi dia tetap mengiyakan keinginan sang kekasih. Dalam hatinya Abian terus berucap jika Terra sampai menangis dia tidak akan lagi memberikan izin kepada perempuan itu untuk menemui keluarga lain Terra tersebut.

Dia tidak ingin orang terkasihnya mengalami sakit lagi. Abian akan selalu melindungi Terra, Andromous dan keluarganya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!