"Lagi?" suara berat Papi Yaffa mengawali pertemuan mereka di siang menuju sore ini. Tangan lelaki baya itu menunjukkan sebuah kertas ujian milik Yaffa didepan sang anak dan istrinya.
Mami Yaffa menghela nafas. Dia ikut menatap sang anak dengan tatapan tajamnya, "Bukannya Mami, Papi udah bilang ke Yaffa soal ini?" tanpa intonasi, sang Mami bertanya pada Yaffa yang kini sedang menunduk dalam, "Yaffa eleanor, angkat kepala kamu." perintah dari sang Mami lantas dituruti oleh Yaffa. Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya untuk menatap kedua orangtuanya.
Selain tatapan tajam dari sang Mami, Yaffa tahu bahwa kedua orangtuanya juga sangat kecewa dan marah padanya.
"95 dari 100, yang benar saja kamu Yaffa." Papi Yaffa mendengus. Lelaki itu melempar kertas ujian Yaffa ke tengah meja. Membiarkan sang Istri membaca hasil ujian anak bungsunya.
Ibu 2 anak itu membaca dengan cermat. Raut wajah dari perempuan paruh abad perlahan berubah. Soal pertama, kedua dan maniknya terus bergulir hingga soal terakhir. Yaffa menahan nafasnya karena seusai sang Mami membaca hasil ujiannya, tatapan tajam sang Mami kembali menghujam dirinya, "Kamu bodoh Yaffa. Mami ngga mau tau, mulai hari ini jam les kamu ditambah." ucapan mutlak sang Mami dibalas anggukan kaku Yaffa.
Setelah beberapa saat akhirnya dia diizinkan untuk masuk kedalam kamar. Yaffa bersyukur orangtuanya tidak lagi menggunakan cara yang kasar seperti dulu.
Didalam kamar, Yaffa terburu-buru mengganti pakaiannya. Dia mengambil buku pelajaran yang tertata rapih di rak buku, duduk dikursi menghadap meja belajar dan mulai mempelajari satu persatu materi yang tidak dia pahami. Percaya saja, dahulu sang kakak juga diperlakukan seperti ini. Dituntut sempurna perihal nilai, di didik dengan keras perihal tata krama.
Ini sudah kesekian kalinya Yaffa mendapat jam tambahan les karena nilainya yang kurang sedikit saja.
Dalam hatinya Yaffa terus merutuki dirinya yang tidak bisa mendapatkan nilai sempurna untuk ujian kali ini. Bagaimana jika dia mendapat nilai seperti ini terus-terusan? Apa yang akan dilakukan oleh orangtuanya nanti? Pemikiran itu terus menghantui Yaffa. Dia sangat tertekan. Baru beberapa minggu Yaffa dapat merasakan kebebasan tapi hari ini dia menghancurkan kebebasan itu sendiri.
Tanpa sadar darah segar mengalir dari hidung Yaffa. Darah itu menetes ke salah satu tulisan dibuku Yaffa yang membuat gadis itu panik. Dia berusaha menghapus darah dari bukunya. Yaffa takut tulisan dibukunya memudar dan menyebabkan nilainya turun lagi.
Saat menoleh kearah cermin kamarnya Yaffa tertawa pelan. Dia cepat-cepat menyelesaikan bacaannya dan merebahkan tubuh diatas kasur. Yaffa membiarkan darah itu tetap mengalir dari hidungnya. Pusing, mual dan perih pada lambung yang Yaffa rasakan. Tadi sebenarnya dia hendak mengambil makan siang karena tidak sempat mengisi perutnya saat di sekolah tapi ternyata kedua orangtuanya pulang cepat, membuat Yaffa menghentikan niatnya. Terlebih saat dia tahu sang Papi sudah memegang kertas ujiannya, nafsu makan Yaffa seketika hilang.
Sejujurnya dia sangat jarang bercerita tentang masalahnya pada Andromous. Yaffa hanya menceritakan inti dari masalah, bukan cerita mendetail seperti saat anggota lain bercerita.
Tidak ada yang tahu tentang kondisi kesehatan Yaffa yang kian memburuk. Tidak ada yang mengetahui tentang kondisi keluarganya yang terlihat harmonis didepan orang lain. Tidak ada yang tahu penderitaan Yaffa selama dia hidup terlebih dengan harapan besar dari kedua orangtuanya.
Yaffa lelah, dia ingin semuanya selesai. Yaffa sudah tidak lagi sanggup menghadapi masalah dan tuntutan orangtuanya.
Mata Yaffa perlahan terpejam. Nafasnya mulai teratur walau ada setitik air mata yang turun, dan jangan lupakan tentang darah segar itu, masih sedikit mengalir di wajah Yaffa.
Yaffa membiarkan kondisi wajahnya yang kacau. Dia hanya ingin beristirahat, tidak lebih.
...----------------...
"Yaffa kritis."
Saguna yang sedang bersantai di ruang tengah apartment nya terkejut. Dia menegakkan tubuhnya dan memasang telinga sebaik mungkin untuk mendengar jelas omongan Winola, "Win, kamu bercanda kan?" kenyataannya pertanyaan Saguna terjawab kala lelaki dengan jurusan psychology itu mendengar suara tangisan kakak Yaffa yang terus memanggil adiknya dengan lirih.
Winola disebrang sana menghela nafas, "Kakak kesini ya? Jangan ngebut, aku mau kabarin yang lain. Tolong jemput Galen juga ya kak." Winola berusaha menstabilkan suaranya agar Saguna tidak panik.
"Win—"
"Aku shock kak... Bang mahesa tiba-tiba nelpon aku, dia panik. Dia bilang nafasnya Yaffa sempet berhenti kak. Yaffa.." Winola tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena tangis yang pecah begitu saja. Winola teringat bagaimana Mahesa, sepupu dari Yaffa menelepon dan mengatakan bahwa kondisi Yaffa jauh dari kata baik. Wajahnya dipenuhi darah, nafasnya sempat berhenti tapi setelahnya nafas Yaffa terdengar teratur.
Saguna ikut menangis. Dia mencari jaket miliknya dan langsung mengambil kunci motor, "Win, ruang rawat mana?" Saguna bertanya pelan. Suaranya sudah tidak bisa terkontrol jadi terdengar sangat lirih.
"Dandelion 3, rumah sakit swasta dekat rumah bang mahes."
Kalimat Winola menjadi penutup pembicaraan mereka sebelum Saguna memutuskan sambungan teleponnya. Dia memakai tangga darurat dan berlari sampai di basement apartment lalu memacu motornya dengan kecepatan tinggi.
Tak sampai 5 menit, Saguna sudah sampai didepan rumah Galen. Dia beberapa kali mengetuk pintu rumah dihadapannya sampai diketukan kesembilan pintu rumah itu terbuka, menampilkan Galen dengan kondisi lebam di tangan dan beberapa titik wajahnya.
"Galen, Yaffa kritis." setelah Saguna berucap seperti itu, Galen menjadi panik. Dia mencengkram bahu yang lebih tua dan menatap Saguna serius.
"Bercanda lo ga lucu kali ini kak!" sentak Galen marah. Mana mungkin Yaffa kritis. Tadi dia sempat mengantar anak itu pulang sebelum akhirnya tubuh Galen dipenuhi lebam seperti saat ini.
Saguna menggeleng. Air matanya keluar, dia juga shock. Semalam Yaffa sempat bercanda dan menggoda Saguna bersama Kirei, saat pagi Yaffa sempat mengirim beberapa pesan konyol pada Saguna. Tapi siang menuju sore ini Yaffa dikabarkan kritis oleh Winola.
Setelah beberapa kali bujukan, Galen akhirnya mau di bonceng Saguna menuju rumah sakit tempat Yaffa dirawat.
Tepat didepan ruang rawat Yaffa, Saguna dan Galen menemukan anggota Andromous yang tertunduk lesu. Beberapa dari mereka berdiri didekat pintu ruang rawat, terduduk di kursi tunggu dan sisanya berada didalam ruang rawat Yaffa. Mereka bergantian masuk untuk melihat kondisi anggota termuda Andromous tersebut.
Satu hal yang Saguna sadari ialah orangtua Yaffa yang tidak ada disana.
"Yaffa ditemuin bang mahesa dikamar. Posisinya kayak tidur biasa, tapi wajahnya kacau. Sepertinya sesaat sebelum dia drop, Yaffa mimisan." penjelasan Terra, sebagai satu-satunya anggota yang lebih tenang dibandingkan anggota lain membuat tubuh seluruh anggota melemas.
Anggota yang jarang bercerita dan menunjukkan kesedihannya kecuali saat pertemuan pertama mereka mengalami kondisi seperti ini. Kondisi yang jauh dari kata baik.
Yaffa berusaha untuk tidak membuat Andromous dan keluarganya khawatir, tapi kondisinya saat ini malah membuat seluruh orang yang menemani Yaffa seketika lemas.
Adik kesayangan mereka, si lucu yang selalu menghibur, dia hanya ingin beristirahat lumayan lama. Tanpa ada yang mengganggu waktu istirahatnya walau sebenarnya sakit bagi mereka mendengar kabar Yaffa kritis, yang artinya Yaffa kini berada di ambang kematian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments