FOUR

Zayden memberikan segelas kopi kepada Kirei, dia duduk disampingnya, memperhatikan Kirei yang masih saja melamun sembari menatap taman fakultas bahasa.

"Nanti kita temuin Yaffa. Jangan sedih lagi." bujuk Zayden.

Kirei menggeleng pelan, "Ojisan sama Obasan pulang hari ini." jawab Kirei pelan. Hari ini akan menjadi satu hari yang tidak tenang bagi Kirei karena kakek dan tantenya akan datang bersamaan. Terlebih Okaasan dan Otousan nya sedang menjalankan bisnis di luar kota.

Zayden paham apa maksud dari ucapan Kirei, teman kecilnya memang sering kali di distract oleh kakek dan tatenya. Jadi setiap kakek dan tante Kirei berkunjung, Kirei biasanya akan mengajak Zayden menghabiskan waktu. Mencoba menghilangkan pikiran buruknya setelah bertemu dengan keluarga dari sang Okaasan.

Zayden tahu Kirei sedang memikirkan Yaffa, apalagi Kirei sudah menganggap Yaffa sebagai adiknya.

"Yaudah, nanti aku minta izin ke Ojisan buat bawa kamu. Sehabis jenguk Yaffa kita keliling dulu sebentar." usul Zayden lembut. Dia tidak mau Kirei tertekan karena kakek dan tante perempuan itu jadi sebisa mungkin setiap mereka datang Zayden akan menemani Kirei.

Kirei mengangguk pelan, menyandarkan kepalanya di dinding dan menatap Zayden sayu, "Tapi nanti temenin aku ke psikolog ya, zay." permintaan Kirei tentu diiyakan oleh Zayden.

Zayden tidak bisa menolak permintaan Kirei, kecuali untuk meninggalkan perempuan itu. Meski tubuhnya kesulitan melakukan pembekuan darah, Zayden akan selalu siap membantu dan menjaga Kirei.

Kirei sangat menyayangi Zayden begitu pula sebaliknya, Kirei sangat ingin Zayden bahagia begitupun dengan Zayden. Mereka berdua rela saling berkorban untuk satu sama lain. Pengorbanan yang cukup membuat mereka lelah namun bahagia disaat yang bersamaan. Zayden yang berjanji untuk tidak melukai dirinya dan Kirei yang berjanji untuk tidak lagi berteman dengan butiran obat tidak jelasnya itu.

Mereka lah definisi teman, tidak menyakiti satu sama lain atau satu pihak mengkhianati pihak lainnya. Simbiosis mutualisme, itu yang mereka lakukan sedari kecil sampai saat ini. Satu jatuh, yang lain jatuh. Satu sakit, temannya juga ikut merasakan sakitnya. Itulah mereka.

Persahabatan antar perempuan dan laki-laki dengan benefit nya masing-masing.

...----------------...

"Jiě Jesse." panggilan Jeremy di malam itu membuat Jesselyn menoleh.

Jeremy melihat kepanikan Jesselyn. Matanya menangkap gerakan tangan Jesselyn yang membuang sesuatu ke tempat sampah didekat perempuan yang mengenakan dress simple berwarna hijau tosca itu. Saat kakinya melangkah mendekat, Jeremy dapat mencium bau yang tidak asing bagi dirinya.

"Je, tumben ke taman malem-malem gini?" pertanyaan basa-basi Jesselyn dibalas anggukan tipis Jeremy. Lelaki itu mendapat jawaban tentang benda yang dibuang oleh Jesselyn dan membuat Jesselyn sepanik ini.

Jeremy mendudukkan dirinya di bangku taman, menatap Jesselyn yang masih terlihat gugup, "Kenapa rokoknya dibuang?" tanya Jeremy santai. Bahkan Jeremy mengeluarkan vape yang selalu dibawa kemana-mana. Dengan santai pula, Jeremy mulai menghisap benda itu dan mengeluarkan asapnya tepat di samping Jesselyn.

"Kamu marah?" Jesselyn memberanikan diri untuk menatap Jeremy yang masih menghisap vape berliquid mangga itu.

Gelengan kecil Jeremy membuat Jesselyn memicingkan matanya. Jeremy tidak mungkin begini jika dia tidak marah. Itu yang Jesselyn tau dan hal itu tidak pernah berubah.

Jesselyn dibuat terkejut kala Jeremy menarik bahunya kemudian menyodorkan vape didepan bibir Jesselyn. Tentu Jesselyn menolak dengan paniknya. Beberapa detik Jeremy hanya memandang Jesselyn sebelum menarik kembali benda itu dari depan bibir Jesselyn. Dia melepas jaketnya dan menyampirkan jaket hijau matcha itu dibagian rok.

Jesselyn merasakan wajahnya panas setelah mendapat perlakuan seperti ini dari Jeremy. Lelaki yang selama ini dia sukai namun terhalang oleh orangtua dan neneknya sendiri. Hanya Jeremy yang bisa melakukan hal ini dan hanya Jeremy yang bisa menerima Jesselyn apa adanya, membebaskan Jesselyn namun masih ada batasnya. Tidak seperti banyaknya Lelaki yang dijodohkan dengannya.

"Kamu boleh ngerokok jiě, tapi ngga sendirian dan ditempat begini juga. Kamu bisa manggil aku." ujar Jeremy tanpa menatap Jesselyn. Tapi tangan lelaki itu terulur untuk merangkul bahu Jesselyn secara hati-hati.

Jesselyn lantas merehatkan kepalanya dibahu lebar Jeremy. Menutup matanya seolah bahu Jeremy adalah tempat yang paling nyaman baginya. Bahkan tangan Jeremy yang merambat naik mengusap rambutnya semakin menambah kenyamanannya. Dia perlahan melupakan masalah yang sempat terjadi tadi. Permasalahan yang lagi-lagi disebabkan oleh sang Nenek yang ingin Jesselyn segera menikah dengan lelaki pilihan neneknya itu. Lelaki yang Jesselyn labeli dengan lelaki aneh yang suka merendahkan perempuan. Itu sebabnya dia melawan kali ini.

"Je, kita pindah negara yuk?"

...----------------...

"Kondisi Yaffa makin buruk kak." Carel memberitahu kabar si bungsu Andromous pada Shanaya, Abian, Keenan dan Ayyara yang tidak sengaja bertemu saat di pusat perbelanjaan tadi.

Kabar itu tentu membuat semuanya murung. Yaffa, sudah hampir 1 minggu dia tidak sadarkan diri. Alat medis yang terpasang ditubuhnya juga makin bertambah dan sekarang kondisi Yaffa makin buruk. Sejujurnya mereka benar-benar sedih mendengar berita itu. Padahal sebentar lagi Yaffa akan menghadapi ujian tengah semester.

Shanaya mencubit tangan Carel pelan. Merasa kesal karena sang kekasih memberikan informasi ini diwaktu yang salah. Sebelum membahas Yaffa mereka heboh karena pertemuan tidak disengaja ini tapi Carel malah membawa topik yang salah.

"Udah yuk, jangan dipikirin. Optimis kalau Yaffa sebentar lagi sembuh ya?" Ayyara berusaha memecahkan suasana sedih ini meski sebenarnya dia paling terluka karena bungsu Andromous itu yang selalu mendengar ceritanya tapi dia jarang bahkan hampir tidak pernah mendengar cerita Yaffa. Tapi dia tidak bisa menyalahkan siapapun disini.

Keenan hanya mengangguk. Sedangkan Abian terlihat memikirkan hal lain, "Orangtua Yaffa ngga pernah keliatan selama Yaffa dirawat. Setiap ke ruang rawat Yaffa pasti selalu ada Galen sama bang Mahesa kadang." celetuk Abian seraya menerawang keluar jendela restoran cepat saji yang mereka kunjungi sekarang.

Mendengar perkataan Abian, 4 orang lainnya ikut menerawang dan memikirkannya. Kalau dipikir-pikir benar juga. Karena selama ini mereka tidak pernah melihat orangtua Yaffa, dan hanya Galen juga Mahesa yang menemani Yaffa didalam ruang rawat. Pernah sekali Brian menemui sepasang orang dewasa paruh baya didepan ruang rawat Yaffa, dia mengira bahwa itu adalah orangtua Yaffa tapi ternyata bukan. Itu adalah orangtua Galen, dan kejadian yang sama juga dialami oleh Richard dan Hikaru. Bedanya yang mereka lihat adalah orangtua Mahesa.

Jadi selama proses perawatan Yaffa ini, kedua orangtua gadis SMK itu belum juga menunjukkan diri. Entah kemana mereka pergi karena saat Mahesa menemukan Yaffa tergeletak di kasur tidak ada tanda-tanda keberadaan paman dan bibinya.

"Ternyata yang problematic bukan ortu gue doang rel. Gue kira mereka udah paling problematic." sahut Shanaya bercanda. Tidak jauh beda dengan pemikiran Keenan pada beberapa waktu lalu. Sama-sama berpikir orangtua mereka sangat problematic dan tidak ada orangtua yang jauh lebih problematic dari orangtua keduanya.

"Yaa namanya juga hidup Nay, lagian bapak Keenan juga problematic kok."

Mulut Abian lantas dibekap oleh Keenan dengan sepotong sosis pesanannya.

Problematic, nyatanya orangtua dari kebanyakan anggota Andromous sama-sama problematic, hanya berbeda konteks saja. Maka dari itu mereka saling melengkapi satu sama lain. Mereka paham perasaan anggota lain karena mengalami sendiri dan membayangkan bagaimana keadaan mereka jika menjadi orang tersebut. Pertemanan yang sempurna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!