"Akh. Gue cape." Maya duduk di sembarang tempat. Tubuhnya penuh dengan keringat begitu juga dengan Hana dan Pitri.
"Gue rasa, hari ini kebaikan sedang tidak berpihak pada kita." ucap Hana.
"Gue rasa juga begitu." Sambung Pitri, Kemudian Ia tarik nafas. "Kira-kira bagaimana nya pak Sanip. Kok Gue jadi ngerasa berdosa nya... ." Pitri menyesal karena ikut menaruh sambel di mangkuk tersebut.
"Gue mah bodonamat. Malahan hati gue masih kesal. Soalnya, duit buat beli bengsin habis buat itu aki-aki. Gue sumpahin sakit perut tuh si Sanip." Cerocos Maya. Dan kini, tenggorokan nya mulai mengering karena haus .
Maya menyenderkan tubuhnya di tembok. Kaki nya menjulur di atas lantai membentuk huruf v. Ia benar-benar terlihat sangat menyedihkan. Kevin tiba-tiba datang dan menyodorkan sebotol minuman ke pada Maya.
Seketika bola mata Maya melebar selebar-lebarnya. Melihat botol minuman berada di depan matanya. Ia segera mengambil botol minuman tersebut dan meminumnya. "Glek... Glek... ". Kini air tersebut hanya tinggal seperempatnya saja.
"Haus?" Tanya Kevin. Maya menengadahkan wajahnya ke atas. Dan menangkap wajah tampan Kevin. Hingga, hatinya kembali berdetak sangat kencang. Bahkan, lebih kencang dari motor yang sering Ia bawa ngebut. Saat Ia berangkat kesekolah jika sedang kesiangan.
"Ambil minuman kalian." suruh Kevin pada Hana dan Pitri. Mereka pun mengambil minuman tersebut dari tangan Kevin.
"Terimakasih Pak." ucap Hana dan Pitri secara bersamaan.
"Mulai besok, Saya tidak mau melihat kalian bolos lagi. Kecuali, jika kalian betah di sekolah ini." Tegas Kevin pada ke tiga muridnya.
"Maaf Pak, kalau boleh saya tahu. Bapak siapanya?" tanya Hana.
"Saya wali kelas baru kalian.Ini adalah bentuk hukuman dari Saya. Jika kalian masih berani bolos lagi. Saya yakin, hukuman yang akan kalian dapatkan nanti lebih dari ini. Mengerti?" Jelas Kevin.
Mereka pun menjawab dengan kompak nya, "Mengerti Pak... ."
Namun tidak dengan Maya. Sepertinya otaknya tidak akan berpungsi jika berada di dekat Kevin.
"Kalau begitu sekarang kalian sudah boleh pulang. Kalau nanti, takut kalian kesorean pulangnya." Kevin melihat jam di tangannya.
"Baik Pak." jawab Pitri.
Lalu, Pitri dan Hana menarik kembali lengan Maya,
"Apaan sih Lo main tarik-tarik segala." ucap Maya kesal. Karena, dua sahabatnya telah mengganggu nya yang saat itu sedang menikmati keindahan wajah sang guru.
"Lo mau pulang tidak?" Tanya Pitri.
"Ya mau lah." jawab maya spontan.
Lalu, Maya melambaikan tangannya pada Kevin yang masih berdiri di tempat tadi, "Dadah Pak ganteng... ." full smile.
Maya gadis yang berparas cantik. Kulitnya tubuhnya yang begitu putih. Dan memiliki tubuh yang jenjang. Sehingga, laki-laki mana yang tidak tertarik jika melihatnya. Kevin hanya bisa tersenyum dan menggeleng -gelengkan kepalanya. Karena, melihat tingkah Maya yang nampak menggemaskan.
Kini, ke tiga gadis itu mulai menghidupkan kuda besi mereka masing-masing. Pitri dan Hana keluar lebih dulu. Lalu disusul Maya dari belakang.
Roda dua itu terus berputar. Baru saja setengah perjalanan. Motor yang Maya tumpangi tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
"Sial! pasti karena habis bengsin." Lalu Maya melihat Tangki bensin. Dan benar, bengsin nya kosong.
"Ini gara-gara si Sanip. Haduh... gimana nih, Mana masih jauh lagi." Maya nampak kebingungan. Lalu, Ia mengambil ponsel di dalam tasnya. Dan menghubungi Pitri, "Tut... Tut... ."
Namun sayang, Pitri tidak menjawab panggilan tersebut. "Mungkin Pitri masih mengendarai motor." ucap Maya dalam hati.
Kemudian Ia mencoba menghubungi Hana. Dan ternyata sama saja. Hana juga tidak menjawab panggilan dari dirinya. Maya semakin takut. Pasalnya, Bagaimana Ia pulang.
Saat ini hatinya ingin sekali menangis. Lalu ada sebuah mobil hitam berhenti tidak jauh dari motornya. Saat kaca mobil itu terbuka. Ternyata, itu mobil Kevin.
"Kenapa motornya?" tanya Kevin di balik jendela mobil.
"Habis bengsing PAK." Maya menjawab dengan sangat hati-hati dan pelan.
Sejujurnya Maya sangat malu untuk mengatakannya. Tapi mau bagaimana lagi. Dan di dalam hatinya, Maya berharap Kevin mau menolongnya.
Namun, semua itu hanya lah imajinasinya saja. Dan pada kenyataannya, guru tersebut tidak menolongnya. Kevin pergi begitu saja meninggalkan Maya yang kini berdiri di pinggir jalan. Pipinya yang merah merona. Seketika berubah menjadi gelap karena rasa kecewa. Dan air matanya mulai lolos dari sudut matanya. "aaaaa... ." Teriak Maya.
Maya menjerit sejadi-jadinya. Bahkan Ia tak perduli dengan orang-orang di sekitarnya. Meskipun mereka menganggapnya gila. Yang jelas Ia ingin mengeluarkan kekesalannya pada sang guru yang tega meninggalkan nya begitu saja.
"Apa Dia tidak takut jika murid secantik Gue di tinggal disini sendirian. Terus, Bagaimana kalau Gue ada yang nyulik." Ia bicara sendiri.
"Tídak. Tidak. Gue tidak sanggup membayangkan nya. Mamah tolong lah anakmu ini." teriak Maya.
Tak lama kemudian, mobil hitam itu berhenti di sebrang jalan. Kevin keluar dari mobilnya. Membawa 1 botol berisi bengsin dan menuangkan bengsin tersebut ke dalam tangki motor.
Wajah Maya yang tadi suram kini mulai memudar berubah menjadi ping merona. Seyum manis terukir dari bibirnya. Jangtungnya kembali berdetak kencang. Seakan Berimana layaknya musik disnco "Jadag, Jedug, Jedag, Jedug."
Dia mencubit pipinya sendiri. Karena Ia merasa bersalah telah menuduh guru tersebut. Ia berpikir Kevin tidak memperdulikannya.
"Kamu kenapa?" tanya Kevin. "Lihat pipimu sampai memerah gara-gara kamu tarik-tarik." Sambung Kevin.
Kevin pun tersenyum melihat tingkah aneh maya. Maya benar-benar terlihat imut di mata Kevin. Maya meremas tangannya sendiri,
"Ti- Tidak Pak." Terbata-bata. "Bodoh, Bodoh... ." ucapnya dalam hati.
"Cepat naik, Dan segera lah pulang." Ucap Kevin. Lalu Kevin pergi menuju mobilnya sendiri.
"Terimakasih Pak!" Teriak Maya.
Kevin menoleh ke arah Maya Dan mengangkat tangannya dari balik jendela mobil. Lalu, mobil milik Kevin mulai melaju dan pergi. Tak lama kemudian disusul Maya dari belakang.
...********...
Sesampainya di depan rumah. Maya melihat Ibunya yang tengah berdiri di depan pintu.
"Assalamualaikum." ucap Maya mencium punggung tangan Ibunya.
"Wa'alaikum salam." jawab Bu Hesti.
"Ari kamu teh dari mana saja? Jam segini baru pulang." Tanya Hesti. "Pasti kamu mah Ulin heula da. Pulang sekolah itu langsung pulang ke rumah. Belajar beres-beres di rumah. Bukan main." Cerocos Bu Hesti.
"Siapa juga yang main?" Jawab Maya.
"Itu kamu buktinya jam segini baru pulang. Kalau buka main apa lagi?" tanya Hesti sambil menyapu lantai.
"Maya gak main mah. Emang dari sekolahnya pulang jam segini." jelas Maya pada Ibunya.
"Biasanya juga gak sesore ini. Kamu di hukumnya?" Hesti Curiga.
"Insting seorang Ibu memang kuat. Tau aja kalau Gue habis di hukum." Dalam hati maya.
"Gak lah mah. Sok tahu banget." Jawab Maya.
"Ya siapa tahu. Kamu sama teman-teman mu itu emang suka bikin masalah." ucap Hesti.
"Kalau gak percaya, tanya aja sana sama wali kelas Maya." Maya masuk ke dalam kamarnya.
"Awasnya kalau bohong!" Teriak Hesti.
"Tau akh, Cerewet." teriak Maya dalam kamar.
"Kamu ya, kalau ngomong sama orang tua gak ada sompan santunnya." Cerocos Hesti.
"Tau akh, Maya baru pulang juga. Bukanya di masih makan. Malah di kasih Omelan." Kesal Maya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
j.l945
iya,, terimakasih likenya
2023-05-17
0
Aurora
Mampir juga di karya ku ya kak yang berjudul
Pacarku seorang gengster
2023-05-17
1