"Teh seblaknya satu, esnya satu." ucap Maya yang baru saja tiba.
"Pasti bolos lagi yah?" Tanya Susi pada Maya dan kedua temannya Hana dan Pitri. Karena Susi sudah hapal betul. Sebab, warungnya sudah termasuk tempat persembunyian tiga sekawan itu.
"Kita mah gak bolos Teh, Cuma pulangnya aja lebih awal." jawab Hana yang baru saja tiba.
"Itu mah sama aja atuh neng. Ini teh baru jam 10.00. Kalau bukan bolos, apa lagi. hayo? Kalian mau pesan apa? Neng Maya mah udah pesen seblak sama es." kata Susi. Yang sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan seblak.
"Biasa Teh porsi komplit. Tapi, jangan pake kecap sama cuka Teh." jawab Pitri.
"Neng Pitri mah suka bercanda. Masa seblak pake kecap sama cuka." Susi terseyum.
"Maklum Teh, dia kan sisa Sunami." ledek Hana.
"Kenapa gak sekalian aja sisa Tornado gitu. Biar makin oleng." Kesal Pitri.
"Hahaha, bukan sisa apa-apa aja Lo udah oleng. Apalagi sisa Tornado." ucap Maya.
"Lu lagi, ikut-ikutan Wawan." Pitri makin kesal.
"Kenapa jadi bawa-bawa nama bapak Gue sih Rojak." Kesal Maya.
"Sudah-sudah, Rojak sama Wawan jangan berantem. Nggak baik, Dosa." Hana melerai kedua sahabatnya.
"Diam Asep." ucap Maya dan Pitri secara bersamaan. Dan membuat Hana terdiam seribu bahasa.
Sedang kan Susi yang sedang sibuk membuat seblak hanya bisa terseyum, melihat tingkah mereka bertiga. Warungnya selalu rame kalau ada mereka bertiga.Tak lama kemudian, Susi menyodorkan seblak yang baru selesai di buatnya ke atas meja Maya dan kawannya itu.
"Ini seblaknya Neng." Susi menyodorkan mangkuk berisi seblak.
"Makasih Teh." Maya mengambil mangkuk tersebut.
"Loh, kok cuma dua Teh? Terus aku mana?." tanya Hana kecewa.
"Lah, kirain neng Hana teh nggak mau. Soalnya nggak ngomong sih. Tunggu atuh yah, Saya buatkan dulu." Susi mulai membuat seblak.
"Teh sambelnya jangan banyak-banyak nya.1 sendok saja." ucap Hana.
"Iya neng Hana." jawab Susi.
...******...
Setelah dirasa perut mereka keyang, karena telah diisi seblak. Kini mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena memang sudah cukup lama juga mereka berada di sana. Waktu menunjukan pukul 12 siang.
"Guys, balik yu?" ajak Manya kepada 2 sahabatnya Hana dan Pitri.
Namun, baru beberapa langkah saja mereka ke luar dari warung Susi. Maya baru tersadar, kalau kuda besi miliknnya dan temannya masih di area sekolah.
"Bug." tubuh Hana menambrak punggung Maya.
"Aduh, Lo itu kalau mau berhenti kasih aba-aba dong. Jangan langsung ngerem gitu aja." Protes Hana.
"Makanya, kalau jalan itu liatnya kedepan. Bukan ke layar ponsel." Tegas Maya.
"Lagian Lo kenapa sih tiba-tiba berhenti. Lo belum bayar yah." Ledek Pitri.
"Enak aja, kalau soal bayar membayar Gue namber one. Yah, walau kadang-kadang suka lupa. hehehe..." seyum Tampa dosa.
"Lah, terus kenapa berhenti?" Tanya Pitri penasaran.
"Iya, kenapa sih?" Sambung Hana.
"Lo beneran pada nggak ingat?" Maya mengerutkan dahinya.
"Gak, apaan sih gak jelas banget." Ucap Pitri. Maya menepuk dahinya, "Motor kita masih di sekolah pe'a." Maya mengingatkan kedua sahabatnya.
"Terus kalian mau pulang gitu aja. Gue yakin Lo semua Auto di hapus dari daftar warisan." Ucap Maya.
"Astoge." Hana menepuk jidat.
"Kok Gue bisa lupa yah. Terus kita bagaimana dong." Hana mulai khawatir.
"Ya kita ambillah. Dari pada kita kena amuk ibu ratu di rumah." Ucap Maya.
Maya pun mulai mengatur strategi.Dia dan temannya kembali ke sekolah untuk mengambil kuda besi mereka secara diam-diam.
Maya dan kedua sahabatnya menunggu situasi sekolah sepi dulu. Karena, biasanya di jam-jam itu anak-anak sekolah mulai sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Paling hanya beberapa murid saja yang ada di sana.
"Ingat, ini pertarungan antara hidup dan mati." Ucap Maya sembari mengamati situasi sekitar.
"Iya." Ucap Hana dan Pitri, secara bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments