Sulit wajah ini berpaling darimu
Entah ada apa dan kenapa
Rasanya hnya ada dirimu disorot pandang mataku
Mungkinkah aku jatuh cinta?
***
"Turuti pinta Papa Dear untuk kali ini saja jangan membuat papa kecewa lagi sudah cukup papa menahan kekecewaan dengan tingkahmu yang tak berguna itu. Sore ini juga papa akan mengantarmu ke Airport menuju Tokyo. Papa harap kau tidak akan keberatan dengan orang kepercayaan papa yang akan mengawasimu setiap waktu," ucap Samuel pada putrinya yang duduk bersedekap di kursi penumpang samping istrinya, terlihat Karania acuh tak acuh pada ayahnya ia pun tak melirik pada ibunya yang berada tepat di sampingnya ia hanya memperhatikan sekitar lewat kaca mobil sambil mengunyah permen karet di mulutnya.
Penampilan Karania kali ini benar-benar seperti seorang wanita sungguhan, tapi kelakuan tomboynya sulit diubah seperti saat ini, meskipun ia menggunakan gaun, tapi satu kakinya tetap ia lipat bertumpu pada kaki kirinya untung saja gaunnya panjang. Jessika dan Samuel hnya geleng-geleng kepala melihatnya.
"Pa, Ma, Membosankan sekali siihh, ini kapan sampai nya?Pak sopir cepat sedikit kenapa?" dumel Karania.
"Bersikap sopan pada siapapun, Kara. Pak Manta memang sopir, tapi jangan terlihat membentaknya jika kau menyuruhnya," sahut Samuel melirik tajam putrinya. Mulut Karania komat kamit mengikuti ucapan papanya meski tanpa suara.
"Sebentar lagi kita akan sampai. Bersikap sopan pada tamu papa!"
'Tamu papa? ngapain?' bisik Karania di hati, seperti ada kejanggalan dengan keadaan saat saat ini.
"Ngapain juga Kara harus ikut kalian cuma pengen ketemu teman papa gitu? Mending Kara--"
"Ugal-ugalan?" sergah Samuel. "Kau itu wanita bukan laki-laki. Papa sangat tidak suka kau selalu berlaku seperti itu, Papa harap setelah hari ini kau bisa berubah!"
"Maksud papa?"
"Sudahlah, Pa. Tidak perlu mengencangkan uratmu," nasehat Jessika pada suaminya lalu ia beralih menatap putrinya.
"Kau akan mengerti nanti, sopanlah pada tamu kami, Kara!"
Karaniamengembuskan napas jengah. Ingin rasanya ia kabur saja dari sisi orang tuanya, tapi ada rasa bersalah juga jika ia sampai melakukan hal itu.
"Ma, Kara lepas highelsnya, ya? Sakit nih pake sepatu aja kalok gak ada mulus aja deh," rengek Kara pda Mamanya yang menatapnya. Jessika tersenyum melihat Karania meringis kesal akibat harus berpenampilan sesuai keinginan Jessika.
"Kau bleh melepasnya setelah acara nanti!"
"Tapi, Ma! Ini tidak mudah buatku. Ayolah, Ma!" rengek Kara memohon. Ia menggoyang-goyangkan lengan ibunya berharap ada kata 'IYA' tapi sebaliknya Jessika menghiraukan rengekan putrinya itu.
Sanuel tersenyum dengan tingkah Karania yang dari tadi merengek-rengek minta ganti baju dan sepatu. Itulah sifat Karania yang membuat Samuel smakin menyayangi putri semata wayangnya itu, terkadang Kara selalu bermanja pada Papanya dia tidak segan-segan minta gendong saat Samuel pulang kerja meskipun bobot idielnya sudah melewati masa anak-anak, tapi ia tetap suka bermanja pada Samuel maupun Jessika sang istri.
"Pa, kapan sampainya? Kara gak sabar pengen pulang!" rengek Karania kali ini pada Papanya.
"Kau sdah besar, sayang! Jangan merengek seperti kekanak-kanakan!" sergah Samuel. Karania menampakkan wajah kesalnya pada Samuel.
"Jangan bersikap seperti ini saat acara nanti berlangsung. Tersenyumlah atau fasilitasmu Papa sita!" Seketika Karania menampakan sebuah senyum dari bibir indahnya walau nampak terpaksa, 'Lebih baik tersenyum dari pada tanpa fasilitas,' pikirnya.
"Bagus! Jangan berpikir ancaman Papa tidak berlaku, Papa akan menghukummu segera. Jadi bersiaplah dan jangan membantah apapun atau kau akan Papa kurung di kamar satu tahun dan hidup tanpa fasilitas layak. Papa tau kau tak bisa tanpa fasilitas dari Papa," ucap Samuel tanpa menatap anaknya yang komat kamit tak karuan.
'Menyebalkan!' batin Karania mengomel.
.
.
"Pa, Ma tempat apa ini? Aku tak suka di sini. Aku tunggu Papa sama Mama di luar aja deh," ucap Karania yang hendak berbalik arah kembali menuju parkiran padahal mereka sdah mulai memasuki bangunan megah itu.
"Jangan macam-macam, Kara!" seru Papanya garang dan mau tidak mau Karania terpaksa menurut.
"Papa Mama gak lama, kan?" tanya Kara sambil mengekori orang tuanya menuju ruangan itu lebih dalam.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments