Kekhawatiran Ibu

Beberapa bulan berlalu. Karisma masih tetap bekerja di sebuah restoran yang terkenal itu. Karisma mulai merasa kelelahan karena waktu kerja yang terus bertambah. Semakin hari pengunjung yang berdatangan pun semakin ramai.

Untuk itu semakin hari Karisma harus semakin memberikan penampilan terbaiknya. Bahkan semakin malam pengunjung pun semakin ramai berdatangan.

Yang berdatangan di tempat itu tidak hanya anak muda saja. Pasangan-pasangan muda bahkan orang tua pun masih banyak berdatangan. Karisma merasa senang karena banyak yang menyukai penampilannya.

Tak terasa hampir semalaman Karisma bekerja kini tiba saatnya Karisma untuk pulang. Entah berapa banyak lagu yang sudah dia nyanyikan, yang jelas hari ini begitu melelahkan. Karisma pulang menggunakan taksi online yang sebelumnya ia pesan.

Sementara saat menunggu taksi, dari kejauhan Ferdi seperti melihat Karisma yang berada di depan restoran. Ferdi terus memandang wanita itu dari dalam mobilnya dan benar saja ternyata dia tidak salah melihat.

"Itu seperti Karisma, tapi sedang apa dia disini?" gumam batin Ferdi saat melihat Karisma sedang berada di depan restoran yang cukup terkenal itu.

"Tapi emang gue pikiran, dia mau ngapain kek gue ga perduli," umpat Ferdi yang kebetulan saat itu sedang melintas di daerah tempat Karisma bekerja.

Tanpa menyapa atau menghampirinya, Ferdi segera meninggalkan tempat itu. Ferdi memang tidak pernah suka terhadap Karisma meski dia adalah adiknya. Mungkin karena hanya adik tiri yang membuat Ferdi tidak menyukai Karisma.

Seharusnya sebagai kakak yang baik Ferdi menghampiri Karisma dan mengantarkannya pulang. Jangankan mengantarkan pulang bahkan menyapanya pun tidak.

"Bukannya tempat ini terkenal dengan penyanyinya. Apa dia bekerja disini? ah sudahlah," gumam batin Ferdi lagi yang segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.

Padahal Karisma tidak memiliki seorang kakak ataupun adik. Jika saja mereka akur mungkin kehidupan Karisma akan menjadi lebih indah. Tak berapa lama setelah beberapa menit menunggu akhirnya taksi Karisma datang.

Karisma segera menaiki mobil itu. Suasana yang semakin larut membuat jalanan terasa begitu sepi. Satu jam kemudian akhirnya Karisma tiba di halaman rumahnya.

"Terima kasih pa," ujar Karisma setelah turun dari mobilnya.

"Sama-sama neng," ucap supir itu sambil bergegas pergi.

Dewi yang sejak tadi menunggu kedatangan anaknya kembali terbangun saat mendengar suara mobil. Sejak tadi Dewi memang menunggu anaknya karena malam sudah semakin larut namun Karisma tak kunjung datang.

Entah sudah beberapa kali Dewi tertidur di ruang tamu. Namun untuk beberapa kali juga ia terbangun karena teringat dengan anaknya yang tak kunjung pulang. Bahkan waktu sudah menunjukan tengah malam tapi dimana Karisma.

Beberapa saat kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu.

Tok.. tok.

"Assalamualaikum bu," ujar Karisma saat mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam nak," jawab Dewi yang segera membukakan pintu.

"Kenapa jam segini baru pulang nak?" tanya Dewi sambil membawakan makanan dan minuman untuk anaknya.

"Tadi di restoran ramai sekali bu, makanya aku harus lembur," jawab Karisma yang segera menyantap makanan yang dibawa ibunya dari dapur.

Bekerja sejak sore sampai malam membuat Karisma merasa begitu lapar dan kelelahan. Ditambah perutnya begitu keroncongan karena ia tidak sempat makan. Sejak mulai bekerja Karisma terus saja bernyanyi.

"Ibu sendiri kenapa belum tidur? Kenapa harus nunggu aku bu?" tanya Karisma setelah menghabiskan makanannya.

"Ibu tidak bisa tidur nak. Sudah beberapa kali ibu mencoba memejamkan mata, tapi rasanya sulit sekali. Hati ibu tidak tenang memikirkan kamu yang belum pulang nak," tambah Dewi.

Mendengar hal itu membuat Karisma menjadi tidak enak pada ibunya. Gara-gara Karisma ibunya tidak bisa tidur nyenyak.

"Maafkan aku bu, gara-gara aku ibu jadi ga bisa tidur," ujar Karisma lirih.

"Tidak apa nak, ibu hanya merasa khawatir saja karena kamu belum pulang," tukas Dewi.

Sebagai seorang ibu, Dewi pasti akan merasa khawatir saat anaknya belum pulang. Meski anaknya sudah tumbuh dewasa tapi Dewi tetap merasa tidak tenang saat Karisma belum tiba di rumah.

Sementara di tempat lain Ferdi baru saja tiba di rumahnya. Dia segera bergegas menuju kamar Sinta hanya untuk berbincang sebentar.

tok.. tok..

"Sin, lagi apa? loe belum tidur?" tanya Ferdi sambil bergegas masuk ke dalam kamar Sinta.

"Belum kak, aku belum ngantuk. Ini lagi baca novel online," jawab Sinta yang sejak tadi anteng memegangi ponselnya sambil rebahan.

"Loe itu ya ga ada bosen-bosennya baca novel," pekik Ferdi.

"Biarin, rame tahu!" tukas Sinta.

"Eh loe tahu ga tadi gue liat Karisma di depan restoran yang terkenal itu. Ga tau deh lagi ngapain," ujar Ferdi sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang Sinta.

"Wah lagi ngapain kak? Terus kakak nanya ka Karisma?" tanya Sinta antusias.

"Males gue, nyamperin aja engga!" pekik Ferdi.

"Ih kakak kok gitu sama adik sendiri juga," lirih Sinta.

"Yeay, bagi gue cuma elo adik gue satu-satunya," tegas Ferdi.

Merasa kesal karena kakaknya berkata seperti itu, Sinta mengusir Ferdi dari kamarnya. Berbeda dengan Ferdi, Sinta tidak pernah membenci Karisma. Bahkan Sinta sudah menganggap Karisma sebagai kakak kandungnya sendiri.

"Awas loh ya besok kalau mau ikut," pekik Ferdi yang sudah berada di ambang pintu.

"Pokoknya kakak keluar. Biarin aku ga akan ikut juga!" tegas Sinta yang segera menutup pintu dan segera menguncinya dari dalam kamar.

Ferdi yang merasa kesal pun hanya bisa mengumpat sambil bergegas menuju kamarnya. Terkadang Ferdi merasa heran kenapa bisa-bisanya adiknya marah hanya karena gara-gara Ferdi tidak mengajak Karisma pulang.

"Dasar ya elo itu memang aneh!" umpat Ferdi.

Di dalam kamarnya Ferdi tak lantas cepat tidur, dia justru malah memainkan ponselnya dan menelpon sahabatnya Reza. Sejak kecil mereka sudah berteman dengan baik.

Bahkan hingga mereka tumbuh dewasa saat ini mereka masih berteman baik. Tak jarang Sinta pun selalu ikut bermain bersama mereka. Hingga akhirnya karena seringnya bertemu membuat Sinta menaruh perasaan pada Reza.

Keesokan harinya Reza sudah datang pagi-pagi sekali. Sinta yang melihat kedatangan Reza pun merasa senang. Hari ini Reza juga terlihat begitu rapi dan tampan.

"Wah kalian mau kemana sudah pada rapih begini?" tanya Sinta yang melihat kepergian mereka berdua.

"Kami mau jalan-jalan apa kamu mau ikut?" ajak Reza.

"Yah kok elu ngajak dia segala?" timpal Ferdi yang merasa keberatan.

"Biarin kali Fer, biar tambah seru!" tukas Reza.

"Ya udah kalau begitu aku siap-siap dulu ya," ujar Sinta yang merasa sangat senang dan segera menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Sinta merasa sangat senang sekali karena hari ini dia akan pergi jalan-jalan dengan Reza dan juga kakaknya Ferdi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!