Karina Angelo, wanita berparas cantik yang selalu nyaman dengan rambut hitam pendek yang hanya menutupi bagian belakang lehernya. Wanita berhati lembut ini adalah sahabat Gilda Marcia sejak mereka berada dibangku SMA. Persahabatan mereka pun terus berjalan hingga saat ini. keputusan untuk bekerja di perusahaan stasiun TV ini adalah impian mereka berdua ketika masuk Universitas semester awal. Ada beberapa alasan yang datang dari Gilda yang memiliki permasalahan dengan keluarga besarnya, sehingga memutuskan untuk membiayai sekolahnya sambil bekerja. Dan pada akhirnya Karina yang memang dari kalangan menengah pun menyetujui ide Gilda. Keduanya berhasil diterima dan lolos tes interview di perusahaan stasiun TV ternama AMERICAN NEWS TV sebagai reporter.
Namun, karena perkembangan potensi yang cukup bagus dimiliki oleh Gilda, sehingga dia diberi kesempatan dipromosikan sebagai presenter setelah berhasil menyelesaikan kuliah 1 tahun yang lalu.Sementara Karina masih memegang gelar sebagai Reporter.
Karina hadir di kantor lebih awal, karena mendapat tugas pemeriksaan semua berkas berita yang akan ditayangkan jam 08.00 dengan PEWARAnya adalah GILDA MERCIA dan memang kebetulan keduanya berada di tim yang sama. Penayangan berita hari ini adalah berita kedua setelah berita pertama berhasil ditayangkan kemarin siang. Hari ini juga akan dihadirkan secara langsung saksi yang melihat kejadian tersebut. kebetulan orang tersebut adalah GILDA sendiri, karena kejadian tersebut terjadi bersamaan dengan waktu istirahatnya setelah meliput tentang pembangunan bundaran ditengah kota negeri Paman Sam itu.
......................
Dirumah sakit pribadi milik Deacon semua keluarga sedang berkumpul disana untuk memastikan keadaan paman dan bibi.Meski mobil yang mereka tumpangi menabrak pohon kelapa yang berada disimpang jalan tersebut, hanya depan mobil bagian tengah yang rusak parah. Sementara keduanya hanya mengalami luka akibat benturan keras pada kepala mereka yang mengenai bagian pembatas antara kaca dan bodi mobil. Setelah melihat berita kemarin Alvin bersih keras untuk tidak mengizinkan reporter atau wartawan satupun mencuri informasi tentang keadaan paman dan bibi yang saat ini sudah berhasil ditangani dengan baik. Bagaimana tidak menjadi incaran berita, keluarga Deacon adalah keluarga terpandang dan selalu dicari cela hanya untuk menjatuhi atau incaran cibiran dari perusahaan pesaing.
Keduanya diduga tampak menghadiri pesta pernikahan teman seprofesi dari Natalia Edward dengan berpesta minuman. Tujuan pulang mereka saat itu adalah ingin mengikuti acara perjodohan ponakannya, namun sayang kejadian naas itu malah menimpa keduanya. Alvin tidak ingin berita keluarganya menjadi perbincangan publik lebih lama, karena saat ini sudah menjadi topik utama meskipun baru sehari diberitakan.
"Jay, ikut saya!"
Perintah Alvin segera meninggalkan ruang rawat. Callie Deacon tampak menatap khawatir kepada anak semata wayangnya itu. Alvin menyadarinya.Ia menatap dalam wajah ibunda kebanggaannya yang tampak sudah mulai terlihat menua.Senyuman terbaik ia berikan untuk menenangkan hati wanita yang sudah berusia 55 tahun, namun masih terlihat cantik bagi yang memandangnya.
"It's ok, mom."
Mengangguk memohon pengertian ibunda. Daniel mendekati puteranya lalu menepuk pundak Alvin memberikan kekuatan untuk puteranya yang tanpa disadari sudah berusia 30 tahun itu.
"I believe you, son."
Alvin mengangguk paham dan berlalu meninggalkan mereka. Jay mengikuti dari belakang Alvin dengan dua orang bodyguard yang lain.
......................
Di gedung American News TV:
"Cari tau informasi tentang wanita itu dari karyawan lainnya! Aku tidak peduli detailnya, Jay. Cukup nama lengkapnya dan jangan lupa sertakan dengan nama keluarga besarnya."
"Akan kuberi pelajaran yang setimpal."
Perintah Alvin kali ini tidak main-main dengan ucapannya. Jay pun memahami sikap kompeten bosnya. Jika dia sudah bertekad dengan keputusannya apapun itu, tidak akan bisa menghalanginya.
"Baik, Tuan Muda."
"Lakukan dengan benar, Jay. Gedung ini akan menjadi milik ku saat ini juga. Akan kutemui pimpinannya."
Perbincangan mereka melewati ruang resepsionis. Tidak perlu kesusahan, hanya dengan menunjukan kartu namanya saja Alvin sudah berhasil masuk ke gedung mewah berlantai sepuluh tersebut dan mulai melakukan aksinya demikian juga Jay.
......................
Dengan beberapa berkas yang masih ditinjau, Karina dikejutkan dengan kedatangan sosok lelaki bertubuh atletis yang tiba-tiba membuka pintu dengan sedikit keras. Mata biru pria itu menatapnya santai namun penuh arti. Lain halnya dengan Karina. Hatinya yang lembut itu masih bertanya-tanya akan apa yang terjadi dengan dirinya selanjutnya. Jay mula mendekat.
"Apakah ini ruangan tim A?"
Dengan beberapa petunjuk yang dia ketahui dari laporan bawahannya, setelah mengancam beberapa karyawan stasiun TV ini.
"Aaa... emm... ya, benar!"
Jawab Karina terbata.
"Good, Itu berarti anda kenal nona Gilda Mercia?"
"Sa..sa...saya kenal. ya, benar saya kenal."
Jay menatap Karina dengan binar mata keberhasilan dengan sedikit tersenyum sinis.
"oh, ternya ini kandang mu nona reporter."
Benak Jay yang sudah mulai menemukan Mangsanya. Ruangan masih sepi. Hanya Karina seorang yang berada di ruangan itu.
"Siapa nama anda, nona?"
"Ka...ka... Karina, tuan."
Tangan Karina menarik beberapa berkas guna melindungi dirinya.
"Katakan nama lengkap nona Gilda mu itu."
"Gi...gi... Gilda Mercia."
"Saya tau. Yang saya maksud adalah dari keluarga mana dia berasal?"
Karina menengadah menatap wajah Jay yang kini hanya berjarak tiga puluh centi darinya, namun buru-buru ia menunduk kembali.
"Untuk apa dia bertanya? apakah dia salah satu musuhnya om Brayen?"
"Bukankah om Brayen sudah berjanji untuk tidak menggangu kehidupan Gilda lagi, lalu ada apa ini?"
"Apakah kali ini Gilda benar-benar jadi tumbal untuk musuh-musuhnya? tidak... tidak.... tidak..."
"Mampus aku.Tuhan... tolong Gilda kali ini saja, ku mohon...."
Karina berkata-kata sendiri mengajak kompromi antara hati dan otaknya sambil menggigit bibir bawahnya frustasi.Om Brayen adalah ayah Gilda yang telah menelantarkan Gilda empat tahun yang lalu.
"Jawab!"
Bentakan Jay menyadarkan Karina dari lamunannya.
"hah? emm, maksud saya..."
"Katakan nama keluarga besarnya!"
"Braylen. Gilda Marcia Braylen, Tuan."
"I get it. Heh, berani-beraninya dia bermain api dengan keluarga Deacon."
"Nona, lupakan berkas-berkas anda ini. Dan pastikan semua ini terbakar tuntas hari ini, anda mengerti!"
Karina menyadari hal tersebut. Ia mengingat kembali tentang rumor yang mengatakan bahwa, 'jangan mencoba bermain api dengan keluarga Deacon'. Dan kali ini mereka benar-benar sedang dibakar. Dan saat itu Karina tau bahwa pria tampan dihadapannya sekarang adalah asisten pribadi Alvin Gabriel Deacon.
"Antarkan dia ke ruangan pimpinan kalau dia sudah datang!"
"Ba...baik Tuan"
"Dia Pasti sudah menyelesaikan tugasnya."
Jay kembali memamerkan senyum kemenangannya. Sesaat kemudian Jay mengetik beberapa kalimat di layar handphonenya lalu mengirimkannya kepada seseorang.
"Pesan sudah saya kirim, Tuan Muda."
Ponsel dimatikan dari seberang. Jay pun berlalu meninggalkan Karina yang masih tampak ketakutan.
Flashback off
......................
...****************...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments