Di mansion kepemilikan keluarga Deacon, aula kebesaran keluarga tampak ramai. Beberapa pernak pernik megah menghiasi ruangan tersebut. Ditengah ruangan terdapat meja bundar yang cukup besar dan dikelilingi kurang lebih hampir 20 kursi. Kursi sudah diisi dengan beberapa anggota keluarga Deacon yakni: Grandpa Gabriel Deacon, Grandma Elvin Deacon, Mama dan Papa Alvin, yaitu Daniel Deacon dan Callie Deacon dan Alvin sendiri, juga dihadiri beberapa kerabat dari atasan anak perusaan milik Deacon.
Ada alasan dalam tradisi keluarga Deacon dengan menata bentuk tempat duduk seperti ini. Sudah 10 menit berlalu, semua tampak baik di sekeliling meja bundar itu. Masih hening dengan beberapa staf yang masih sibuk menata sudut ruangan yang dikelilingi bunga-bunga berwarna pink muda perpaduan warna putih. Suara alunan musik mulai di kecilkan.
Sesaat setelahnya ada rombongan dengan kira-kira 10 orang tampak lenggang dan anggun memasuki ruangan tersebut. Mereka adalah keluarga besar Steward. Keluarga Steward adalah keluarga bangsawan dengan status perusaan yang terbaik kedua setelah perusahan milik Deacon. Kedua keluarga tersebut saling memberi salam satu sama lain. Alvin terlihat santai dengan setelan jas biru dengan bawahan yang senada, tampak tak ada reaksi bahagia yang dia tunjukan. Tatapan dinginnya masih mendominasi. Bahkan yang tak terduga lagi bahwa saat ini tangan kekar mulus miliknya sedang sibuk dengan iPad yang tidak lain lagi adalah urusan pekerjaan. Karena acara kali ini adalah acara yang dilakukan oleh wanita yang akrab dipanggil grandma. Ia bersih keras tanpa persetujuan cucu kebanggaannya itu untuk melakukan perjodohan.
"Baiklah, selamat siang para hadirin yang kami hormati...."
MC wanita terlihat mulai membuka acara.
"Eemm... seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa pertemuan kita pada hari ini bukanlah pertemuan kerja sama antar perusaan."
"Acara yang cukup membawa kita pada suatu masa yang akan menjadi kenangan terindah seumur hidup."
"Tidak perlu kita berlama-lama lagi, mari kita sambut ini dia gadis cantik ALANA STEWARD...."
"PRAK.... PRAK.... PRAK..."
Gemuruh tepuk tangan menggema memenuhi ruangan aula kebesaran.
Detik kemudian muncul dari balik pintu, seorang gadis berparas cantik dengan bertubuh langsing. Kulit putihnya nampak bersinar dibalik terusan mewah berwarna cream coklat mendominasi. Make up-nya yang tampak tidak berlebihan, rambut pirang lurus dibiarkan terurai sebahu dengan poni tipis menutupi are dahinya.
Semua yang hadir mulai berbisik mengagumi kecantikan tuan puteri yang kini sudah berada dekat dengan meja kebesaran. Kehadiran Alana Steward bukanlah hal langka bagi Alvin si pria dingin itu. Hal ini karena keduanya bukanlah orang asing lagi melainkan mereka adalah teman dekat sejak kecil. Saat itu Alvin berumur 13 tahun. Umur Alvin hanya berpaut 6 tahun lebih tua dari Alana. Pertemuan mereka saat itu karena hubungan persahabatan antara Grandpanya Alvin dengan Grandpa Alana Piter Steward yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Kedua tangan Alana digandeng oleh Ibunya Briana Steward (kanan) dan ayahnya Albern Steward (kiri). Ketiganya memberikan senyuman terbaiknya saat ini. Mereka dipersilakan duduk. Alana mengambil tempat disamping kanan Alvin dengan didampingi orang tua dari kedua belah pihak.
"Hhuu.... acara ini digelar untuk perjodohan pasangan nan anggun bersama pria tampan yang seperti sudah kita ketahui bersama."
Yah.... hari ini adalah hari digelarnya perjodohan Alvin Brian Deacon dan Alana steward yang tentunya bukan dari kemauan Alvin, namun ini adalah kemauan pasangan Grandpa dan Grandma dari pihak Alvin mengingat pesan sahabatnya Piter Steward sebelum Ia meninggal dunia. Bukan Alvin Gabriel Deacon namanya kalau dari jauh sebelumnya ia sudah wanti-wanti dengan acara hari ini. Dia bahkan sudah menyita rencana untuk bisa kabur tanpa harus mengecewakan semua pihak yang hadir. Namun siapa sangka tiba-tiba.....
"dring...dring...dring...."
Ada suara panggilan masuk untuk Alvin dari nama yang tertulis dilayar datar itu "JAY". Dia memang tidak diikut sertakan oleh Alvin hari itu, karena Jay ditetapkan Alvin untuk mengurus perusahaan selama acara berlangsung. Suasana menjadi hening seketika.
"Halo, Tuan Muda..."
Suara khawatir Jay diujung telepon.
"Iya, Jay. ada apa?"
Alvin masih santai menanggapinya.
"Tuan Allan dan Nona Natalia..."
"Ada apa?!"
"ada laporan dari kepolisian dan sudah saya pastikan kebenarannya, bahwa keduanya mengalami kecelakaan setengah jam yang lalu. Dan semua itu terjadi karena mereka dalam keadaan mabuk."
Alvin kaget. Sontak membuatnya berdiri.
Semua mata memandanginya dengan terheran. Namun, penasaran dengan apa yang terjadi. Semua yang dikatakan oleh Jay adalah kebenaran yang mutlak bagi seorang Alvin untuk percaya. Karena menjadi Jay adalah orang yang harus memastikan kebenaran informasi apapun itu terlebih dahulu sebelum melaporkan kepada Atasannya Alvin.
"Baiklah. Dimana mereka saat ini?"
"Dirumah sakit DEACON HOSPITAL. Selengkapnya akan saya kirimkan ke WhatsApp pribadi pak bos."
"Lakukan yang terbaik Jay! Berikan penanganan intensif segera. aku akan segera kesana."
"semua sedang diusahakan, pak."
"Pastikan tidak ada penayangan berita tentang kasus ini!"
"maaf pak. sepertinya setelah kejadian itu... ada seorang yang sudah meliput berita ini. saya sedikit terlambat. Dari informasi yang saya ketahui kecelakaan itu terjadi saat seorang reporter sedang meliput berita pembangunan bundaran di daerah tersebut. Dia bahkan bersih keras untuk tidak menghapus data informasinya, meskipun sudah diancam oleh beberapa bawahan kita. saya akan segera mengirim gambar reporter itu juga ."
"Akan saya pastikan sendiri orang itu. berani-beraninya dia bermain api dengan keluarga Deacon. Terimakasih, Jay untuk informasinya."
Alvin langsung mematikan panggilan sebelah pihak. Ia langsung memeriksa pesan yang sudah dikirimkan oleh Jay baru saja. Raut wajahnya penuh kekhawatiran. Pesan itu adalah detail kejadian dengan beberapa foto keduanya termasuk juga foto reporter yang dimaksud Jay.
"Maaf untuk semuanya. Acara ini akan saya hentikan secara sebelah pihak. karena baru saja ada informasi dari sekertaris pribadi saya, bahwa paman dan bibi mengalami kecelakaan tunggal."
Alvin memperlihatkan beberapa foto kejadian naas tersebut dari layar handphonenya. Grandpa dan Grandma terkejut mendengar informasi tersebut. Grandma Elvin Deacon langsung syok seketika mendengar berita tersebut, sehingga beberapa maid yang ada disitu buru-buru merangkulnya setelah melihat kode dari Daniel ayah Alvin dan membawanya kembali ke kamarnya ditemani oleh Grandpa.
"Untuk itu, dari pihak keluarga Deacon meminta maaf yang tulus atas semua kejadian ini. kasus ini murni kecelakaan dan sepertinya saya akan segera meninggalkan ruangan ini."
Alana dan ibunya mulai terlihat panik. Kapan lagi jika bukan hari ini. Setelah ini mungkin tidak ada lagi harapan untuk bisa membujuk Alvin kembali, sebab dari awal perjodohan ini hanya disetujui oleh keluarga Steward dan Deacon tanpa persetujuan Alvin sendiri.
"Alvin, tunggu!"
Alana menahan tangan Alvin yang ingin meninggalkan ruangan. Alvin berbalik.
"Bisakah itu ditangani oleh bawahan mu yang lain. Disini cukup butuh kamu saja, aku mohon untuk sekali ini, huh?..."
Air mata Alana sudah tampak akan segera keluar. Alana tampak tulus dengan perasaannya terhadap Alvin yang diam-diam sudah ada sejak dia berusia 16 tahun. Entah kenapa, tetapi semua itu hadir begitu saja.
Alvin melepaskan genggaman itu perlahan dengan menggeleng tanda tak setuju tanpa ada sedikit harapan untuk Alana. Alih-alih mencintai Alana dia hanya ingin menjaganya sebagai teman tidak lebih. Itu juga karena masih ada satu sosok wanita yang Pria tampan itu nantikan.
"Tidak, Alana! Paman dan bibi membutuhkan kami saat ini."
Dengan alasan halus berharap agar teman kecilnya itu tidak tersakiti.
Bak malaikat disiang bolong, berkat kasus ini Alvin akhirnya terlepas dari perjodohan yang tidak diinginkannya, namun bukan yang seperti ini yang dia harapkan. Bahkan, tanpa menggunakan rencana yang sudah dia siapkan sebelumnya. Apapun itu dia harus segera menemui mereka.
Sebelum Alvin berlari meninggalkan ruang aula, ia memandang sebentar ke ayah dan ibunya seakan memberi isyarat untuk membereskan semuanya.
......................
Di ruangan perpustakaan pribadinya, ia menyalahkan TV melihat berita untuk memastikan.Dan benar saja seperti yang dia duga, Stasiun TV itu sedang menayangkan berita naas tersebut. sesaat kemudian Alvin segera melihat gambar yang dikirimkan oleh Jay tadi dan memastikan wajah yang ternyata memang sangat mirip dengan presenter yang sedang memandu berita itu. Dan nama yang tertulis dibawa layar keterangan adalah " pembawa acara: GILDA MARCIA."
......................
...****************...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments