Bab 5: Bersama Di kantin

Bab 5: Bersama di kantin

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

Keputusan kadang tak pernah di pikirkan akan seperti apa kedepannya. Terjadi yang tak di inginkan bukanlah pilihan diri sendiri melainkan keinginan takdir.

Hidup akan terasa tenang bila menutup mata tanpa pikiran. Namun akan terasa berat jika banyak pikiran.

Genggaman tangan erat, perasaan jadi semakin tak nyaman. Hati ingin menolak tapi tak tega pada pria tersebut.

"Brayen, kita kembali ke kantin, teman-teman ku pasti sedang menunggu," ajak Dea menoleh.

"Sebentar lagi. Aku ingin seperti ini sayang. Tiduran di paha mu, dengan menggenggam tangan wanita yang ku cinta," tolak Brayen masih betah.

"Tidak, bangun lah atau aku akan marah padamu," tegas Dea, menghadapi pria tersebut harus memiliki banyak tenaga.

"Sayang... "

"Ayolah Brayen jangan seperti ini. Aku tidak enak meninggalkan teman-teman ku."

"Ok. Boleh aku minta satu permintaan padamu? tapi berjanjilah untuk menepati."

"Katakan dulu apa itu? aku tidak mungkin langsung mengiyakan tanpa tau permintaan mu."

"Iyakan saja sayang. Ini bukan hal aneh, please," mohon Brayen memeluk perut rata Dea.

Erat kedua tangan memeluk, Dea salah tingkah. Sikap Brayen seperti seorang suami yang sedang bermanja-manja dengan sang istri.

Tubuh Dea kembali mematung mengingat kejadian saat itu. Cepat-cepat menggeleng kepala, menjernihkan pikiran sudah terjerumus pada sesuatu yang kotor.

Hitam tanah lebih baik dari pada bau sampah. Hitam tanah di siram air kotor nya hilang, belum tentu bau sampah di bilas air juga hilang.

"Brayen... baiklah katakan sekarang apa yang kau inginkan? aku akan menepati asal itu bisa ku lakukan," menyerah Dea menurut. Brayen tersenyum puas.

"Tidur lah dengan ku."

"Apa!" kaget Dea tidak mengontrol nada suara saking terkejut pada permintaan Brayen.

"Kau gila apa? aku tidak bisa menepati permintaan mu itu. Kau pikir aku wanita apaan? jika seperti ini mending kita tidak usah bersama. Aku tidak mau berhubungan dengan pria yang otak nya hanya memikirkan ranjang," marah Dea membenci pria liar.

"Tidak seperti itu sayang. Dengar kan dulu perkataan ku, kau salah paham. Aku meminta mu menemani ku tidur bukan untuk anu anu. Tapi sekedar tidur seperti ini. Aku tidak segila itu memaksakan kehendak ku pada wanita ku cinta. Tapi aku akan melakukan disaat kamu mau," jelas Brayen bangun dan duduk di samping menyakinkan Dea.

Mendengar itu, Dea menggeleng kepala. Ada rasa lega dan juga bingung. Pria di depan membuat nya banyak bertanya-tanya dalam benak. Tak di pungkiri pikiran yang pendek asal bicara tidak pernah di saring.

"Sudah, cepat bangun," tidak peduli Dea mengangkat kepala Brayen dari pangkuannya.

"Tapi sa-"

"Masih protes, sudahi semua," ancam Dea serius.

Seperti ini terus batas kesabaran nya akan habis. Dia tidak memiliki banyak stok. Gula saja yang memiliki banyak stok kalau terus-terusan di pakai pasti habis dan pasti ambil stok baru.

Dea lelah, pergi meninggalkan Brayen. Pria tersebut melihat sang kekasih pergi cepat bangun mengejar.

"Baru kembali, ngobrol apa aja sih? lama amat deh," tanya Evi kepo.

"Brayen mana?" tanya Jery melihat Dea datang seorang diri.

Baru saja Dea ingin menjawab, orang yang di bicarakan datang.

"Sayang kok aku di tinggal," kesal Brayen Dea tidak ada manis-manis pada nya.

Namun Dea wanita yang tidak pernah dekat dengan pria, bukan tidak pernah. Hanya saja membatasi. Semua pria yang berteman dengan nya tidak ada yang tulus.

Mungkin faktor tak memiliki harta, hidup pas-pasan. Tapi terserah, Dea tidak memikirkan semua. Harta bisa di cari tapi tidak dengan kesempatan.

Dea duduk tidak menggubris Brayen, kembali mengunyah makan di meja makan. Sikap malas tau menjadi sorotan mata para pria yang berada satu meja dengan nya.

"Sayang... " panggil Brayen manja tidak henti, perasaan Dea tidak usah di tanyakan lagi, kesal bukan main sikap Brayen bukan membuat dirinya di lihat oleh teman-teman satu meja nya tapi juga meja lain yang berada di kantin.

Tatapan tajam seolah mengatakan dirinya wanita tidak benar sudah membuat Brayen manja, terus mengejar nya.

Dea tidak mengenal siapa Brayen, meski sering mendengar nama All Stars, bukan berarti dia mengetahui semua wajah para anggota nya.

"Brayen, jika kau lapar pesan makanan mu sendiri," tegur Dea tidak suka makanan di ambil begitu saja. Untung saja dia sudah berhasil menyendok dan hanya ingin memasuki sendok ke mulut.

"Tidak, aku ingin makan makanan mu," tolak Brayen merampas sendok di tangan Dea.

"Astaga Brayen. Kau bisa meminta padaku. Tidak perlu mengambil seperti ini," kesal Dea menghadapi Brayen lama-lama membuat nyaman gila.

Orang yang di marahin tidak peduli. Makanan di meja di santap dengan santai tanpa dosa.

Dea memandang pria tersebut menggeleng kepala menghela nafas panjang.

Ke empat pria duduk memandang bos All Stars mengerut kening. Perubahan Brayen berubah drastis tidak pernah di lihat sebelum nya.

Lagi dan lagi mereka di buat terkejut melongo melihat Brayen yang merampas minum Dea saat wanita tersebut ingin minum.

pertanyaan demi pertanyaan hadir di benak masing-masing, seperti tebakan mereka ketua geng motor All Stars sedang jatuh cinta pada Dea.

"Brayen," kesal Dea minum nya di ambil begitu saja.

"Ini ku kembali kan," Brayen menyodorkan gelas di tangan setelah merasa lega di tenggorokan.

"Tidak, aku akan memesan baru. Ambil saja untuk mu," tolak Dea tidak mau terima.

Minum dari bekas orang tidak pernah dia lakukan, meski itu awal milik nya, tetap saja rasanya aneh gimana gitu.

"Kenapa? apa kamu merasa jijik? aku minum dari bekas mu tidak jijik," tidak terima Bryan menghentikan Dea ingin beranjak pergi.

"Bukan seperti itu. Aku bukan jijik, tapi tidak terbiasa," ucap Dea.

"Itu sama saja jijik."

"Jelas beda Brayen. Sudah lah, aku tidak mau berdebat," malas Dea adu argumen hanya membuat dirinya lelah.

Teman-teman Bryan melihat ketua mulai mereka menunjukkan keras kepala nya menggeleng kepala.

Dea menghabiskan minum dan meletakkan gelas di meja, tidak ada senyum di wajah melainkan kekesalan pada pria gila tersebut.

"Cobaan apa ini Ya Allah? kenapa aku harus kembali di pertemukan dengan pria tak waras dan suka memaksa ini? berikan aku ketabahan banyak-banyak dalam menyikapi tingkah anehnya atau aku khilaf pria ini bisa ku lempar ke tengah laut menjadi santapan ikan hiu," monolog Dea kesal.

Dia merasa benar-benar di uji sekarang, dan ujian ini lebih sulit dari skripsi yang di buat selama sebulan.

...**Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ**......

...**✨\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_ 🌼🌼\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_✨**...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!