Bab 2: Memaksa
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
"Menarik. Aku jadi ingin tau seberapa kuat kau terus menolak ku sayang," goda Brayen mencium tengkuk Dea.
"Lepaskan!"
Tenaga Dea terkuras habis menghadapi tingkah keras kepala pria tersebut. Berusaha kabur dari dekapan nya tidak pernah berhasil.
Ruangan kini sudah tidak berbentuk, banyak benda melayang di buat Dea. Tapi tidak di pedulikan Brayen, dia malah tersenyum membiarkan saja memandang wajah kesal Dea.
Entah kenapa pertama kali bertemu wanita tersebut hati nya tersentuh, bergetar dan bahagia.
Lantai penuh barang tergeletak.
"Buka pintu nya, saya ingin keluar. Kenapa anda terus menghalangi saya? kita tidak saling kenal, ini pertemuan pertama tapi kenapa kau seolah mengenal ku?" marah Dea tidak suka di perlakukan seperti tahanan oleh pria yang duduk menyilang kaki di tepi kasur.
"Aku akan membuka pintu untuk mu setelah pembicaraan kita selesai. Dan ubah nama panggilan mu itu. Nama ku Brayen bukan anda," kata Brayen tidak suka mendengar panggilan Dea untuk nya.
"Saya tidak peduli nama anda. Sekarang buka pintu nya saya ingin keluar."
"Semakin kamu ngotot ingin keluar, semakin suka saya ingin bersamamu sayang."
"Duduk lah di sini, aku tidak akan bersikap di luar batas tanpa ijin mu. Aku hanya ingin mengenal mu lebih dalam."
"Tidak. Saya tidak mau," tolak Dea tidak sudi.
"Ya sudah kalau seperti itu kita di sini sampai besok. Aku tidak keberatan malah senang di temani wanita cantik seperti mu," senyum Brayen menjatuhkan diri di kasur, kedua tangan di rentang mengelus kasur.
Melihat hal itu, Dea jadi geram. Bisanya pria yang menahan nya bersikap santai tanpa rasa bersalah.
Dengan langkah berat, mau tidak mau harus di lakukan. Satu persatu kaki melangkah maju mendekati pria tersebut.
Hati tidak tenang, deg-degan, seketika itu tangan nya ditarik hingga terjatuh menimpa Brayen.
Wajah kedua berdekatan tangan melingkar menahan pinggang. Tatapan dalam membalikkan tubuh dalam hitungan detik mengunci pergerakannya.
"Apa yang anda lakukan? jangan macam-macam. Saya akan membenci anda berani menyentuh," ancam Dea gugup.
"Aku tidak memiliki banyak macam. Hanya satu macam sayang," menyelipkan anak rambut ke samping daun telinga, Brayen mengelus pipi lembut mengemaskan itu.
"Mulai hari ini kamu adalah kekasih ku," putus Brayen sepihak.
"Tidak saya tidak mau. Siapa anda memaksa saya seperti ini," protes Dea menolak mentah.
"Mau tidak mau harus mau. Kamu tidak memiliki pilihan lain sayang. Dan sudah berapa kali aku katakan panggil namaku bukan anda. Sekali lagi masih tetap maka kita akan langsung melakukan malam pertama di sini," menakut-nakuti Dea yang di tebak tidak mau hal itu terjadi.
Dea terdiam. Dia tidak memiliki pilihan lain untuk saat ini. Keberadaan nya sangat memojokkan.
"Oke. Baik, saya mau. Sekarang lepaskan biarkan saya pulang," ucap Dea. "Setelah ini kita tidak akan pernah bertemu. Semoga ini pertama dan terakhir," doa nya dalam batin. penuh harap.
"Pilihan yang tepat. Mulai hari ini kamu adalah kekasih ku," bahagia Brayen.
Cup.
Satu kecupan melayang di kening wanita nya.
Di luar ruangan teman-teman satu geng Brayen pada bertanya-tanya saling pandang memandang wanita di depan mereka.
Brayen saat ini bersama wanita mana? sedangkan wanita yang di sewa bersama mereka.
Bibi datang membawa minum mempersilahkan wanita yang baru datang beberapa menit untuk minum.
"Brayen bersama siapa di dalam? kenapa dua jam tidak kunjung keluar? apa dia menyewa wanita lain lebih mempesona dari ini?" lirik Jery pada wanita di samping dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh nya.
"Entahlah. Mungkin seperti. Tapi siapapun wanita yang di sewa Brayen saat ini pasti memuaskan," kata Egin.
"Sudah jangan bisik-bisik. Lihat orang nya sudah datang," tegur pria satu nya lagi bernama Fredo.
Dari arah depan kedua orang beda jenis kelamin saling bergandengan tangan. Ralat, tepatnya Brayen sih pria itu terus menggandeng tangan Dea.
Ke empat pria teman satu geng Brayen di buat melongo. Baru sekali ini mereka secara live melihat seorang Brayen menggandeng wanita begitu mesra, setau mereka Brayen adalah tipikal pria yang tidak suka bermesraan di luar dari kata ranjang.
Jika sudah seperti ini berarti dapat di tebak di antara kedua sedang menjalin hubungan serius.
"Brayen, siapa wanita ini?" tanya wanita sewaan Brayen menunjuk wanita di samping pria pujaan nya.
"Dia Dea. Kekasih ku," jawab Brayen santai memperkenalkan.
"Kekasih? bagaimana bisa? bukannya kau jomblo?" kaget nya tentu tidak percaya.
"Memang kenapa? apa ada yang salah kalau saya sudah memiliki kekasih?" tanya Brayen menggeleng kepala melihat ekspresi wanita di depan nya berlebihan.
"Guys. Kenalkan Dia Dea, kekasih ku. Mulai hari ini Dea akan menjadi anggota baru di keluarga kita dan kalian wajib menghormati serta melindungi Dea dari bahaya, mengerti?" tegas Brayen merangkul Dea erat.
Hal gila tidak pernah di pikirkan Dea terjadi sungguh waw. Membayangkan saja tidak pernah sekarang malah kejadian, kata-kata rasanya tidak sanggup untuk di keluarkan.
Berdiri di tengah-tengah semua orang yang memandang tajam, Dea merasa tidak nyaman. Pandangan lekat seolah dirinya adalah mangsa, AC mengeluarkan dingin suhu mendadak panas.
"Brayen aku ingin pulang sekarang," bisik Dea tidak nyaman terus berada di sini di pandang aneh.
"Sebentar sayang, aku masih ingin kamu di sini," sahut Brayen tidak mengizinkan sang kekasih pulang awal.
"Jangan memaksa ku seperti ini. Aku tidak suka Brayen. Jika tidak ingin mengantar ku tidak masalah. Aku bisa ojol," tidak peduli Dea lebih keras tidak takut pada Brayen.
Tentu mendengar ancaman Dea, Brayen tidak berani menolak. Hati dan pertahan terasa lemah, goyang jika sudah menyangkut Dea.
Satu hal yang belum pernah di rasakan kini di rasakan. Seorang wanita menjadi kekuatan sekaligus kelemahan. Amazing.
"Baiklah aku akan mengantar mu."
"Tunggu... sebelum itu, wanita sewaan mu harus di suruh pulang. Jika masih mau menjadi pacar ku ikut aturan ku. Jangan berdekatan dengan wanita manapun atau berhubungan badan di belakang ku. Berani melanggar aku akan marah besar tidak mau bertemu dengan mu selama nya," serius Dea wajah terpancar kesungguhan tidak menunjukkan palsu peduli.
Menanggapi dengan senyum tak jelas, Dea menaikan alis bertanya.
"Ada apa? aku sedang tidak memberi lelucon untuk apa tersenyum?"
"Sepertinya aku benaran jatuh cinta padamu, kamu hanya milik ku, tidak akan ku lepaskan sekali berada di dekapan ku," ucap Brayen bahagia. Dia tidak menganggap perkataan Dea ancaman tapi kata-kata peringatan seseorang yang takut kehilangan.
...**Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ**......
...**✨\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_ 🌼🌼\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_✨**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments