Ditengah hujan yang lebat. Dalton berpura-pura menabrak pria pembunuh orang tuanya itu, lalu mengambil dompetnya dengan cepat.
Untung saja aksinya tidak ketahuan. Setelah itu Dalton langsung melihat identitasnya, hanya identitas. Dia tidak tertarik dengan uangnya.
Keesokannya, Dalton mencari alamat rumah pria itu dengan menggunakan bus dan berjalan kaki.
"Perumahan elit, pengemis dan pemulung dilarang masuk," gumam Dalton melihat informasi di depan gerbang
"Hey nak, mau apa kau? Tidak lihat tulisan itu atau kau tidak bisa membacanya? Pengemis atau pemulung dilarang masuk, kau pengemis kan? Pergi sana, " cibir satpam komplek yang berperut buncit
"Hemm saya hanya ingin mengembalikan dompet ini," ucap Dalton
"Sini berikan padaku, aku akan memberikan pada yang punya," ucap satpam itu
"Maaf, meskipun anda memakai seragam Satpam. Saya tidak percaya dengan anda. Seperti halnya Anda yang mengira saya pengemis dan tidak mempercayai saya. Saya akan memberikannya sendiri. Saya harus memastikan jika dompet ini kembali pada pemiliknya. Pemerintah saja bisa mengambil uang masyarakat, tidak menutup kemungkinan orang seperti anda juga kan," ujar Dalton dengan berani
"Kurang ajar sekali kau," geram satpam itu lalu dihentikan oleh satpam yang satunya, bertubuh lebih langsing.
"Kalau begitu kau ikut aku. Aku akan mengantarmu kerumah pemilik dompet itu. Agar kita sama-sama percaya," ucap Satpam bertubuh langsing
Setelah itu Dalton mengikuti langkah sang satpam sembari memperhatikan rumah-rumah yang begitu luas dan besar .
Tak berapa lama tibalah mereka di sebuah rumah yang mewah, seorang pria keluar dan menemui mereka.
"Apakah ini dompet mu?" tanya Satpam itu
Lalu si pria itu mengernyitkan dahinya dan membuka dompet itu sembari berkata, "Oh My God, betul sekali. Terimakasih telah menemukan dompet saya,"
"Dia yang menemukannya," ucap Satpam
"Oh terimakasih nak," ucap pria itu itu seraya menyodorkan uang kepada Dalton lalu Dalton menolaknya.
Ingin rasanya Dalton menembak mati pria itu, namun dengan apa? Dia tidak memiliki pistol
"Tidak terimakasih. Kalau begitu saya permisi," pamit Dalton
Pria itu iba melihat keadaan Dalton yang cacat juga mengira Dalton seorang pengemis.
"Ambillah, kau membutuhkan ini," ucap pria itu memaksa namun Dalton tetap tidak mau
"Lebih baik cek kembali isinya, saya takut dia telah mengambil isinya," ujar satpam yang masih tidak memercayai Dalton
"Isinya benar, hanya ada 100 dollar di dalam dompet ini. Yang terpenting kartu identitas ku sudah kembali,"
Si satpam merasa dongkol dengan pembenaran pria itu.
Mulai saat itu Dalton mengawasinya, pria misterius yang bernama Michael. Belum saatnya membalas dendam. Dia harus tumbuh besar dan memiliki banyak uang. Lalu mencari tahu apa hubungannya dengan orang tuanya.
Karena menjadi orang kecil sangat mudah ditindas.
.
.
.
Delapan belas tahun kemudian.
Dalton dewasa, 25 tahun usianya kini bukanlah pria miskin lagi. Dia memiliki segalanya. Pengusaha muda yang sukses, tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Tidak perlu bekerja dengan orang lain karena dialah pemiliknya.
Kemampuannya belajar secara mandiri dan otodidak, mengandalkan kecanggihan internet di jaman modern ini. Mengikuti segala kompetisi, mengandalkan kecerdasannya membuatnya mulai dihargai.
Siapa yang berani menyinggung namanya? Tidak ada seorangpun selama dia memiliki banyak uang dan menguasai semuanya. Bahkan harga diri seseorang pun dapat di beli
Tangannya yang cacat telah tergantikan oleh tangan besi. Kini Dalton terlihat sempurna di balik jas hitamnya. Dan inilah saatnya, memulai penyelidikan.
"Jadi, pria sering berganti nama dan dia hanyalah seorang pembunuh bayaran?" tanya Dalton kepada seorang detektif.
Informasi yang Dalton miliki saat itu sudah kadaluarsa. Jelas karena dia hanya fokus mencari uang setelah mengetahui identitas pembunuh Orang tuanya.
"Ya, tapi sudah 19 tahun dia telah meninggalkan pekerjaannya itu. Nama aslinya adalah Vir, kini dia menggunakan nama samaran Mark,"
"Untuk apa dia melakukan itu berganti nama, aku rasa percuma karena kau sendiri bisa melacaknya," cibir Dalton.
"Karena uangmu membuatku melakukan hal yang paling sulit dicari sekalipun," ungkap detektif Gangga seorang detektif asal India.
"Jadi setahun setelah membunuh orang tuaku, dia meninggalkan pekerjaannya. Dia tetap pembunuhnya. Dan aku akan mengesampingkan urusanku dengannya nanti, aku pastikan Mark dan keluarganya juga akan mati. Kini tinggal mencari tahu siapa dalang dari pembunuhan ini. Aku tidak bisa menunggumu, ijinkan aku ikut serta dalam pencarian," pinta Dalton
Usai pembicaraan serius dengan detektif itu, seseorang pria datang menemuinya.
"Permisi Bos, staff finance yang baru telah datang," ucap Rob asisten Dalton
"Suruh masuk," ucap Dalton
Seorang wanita masuk dengan langkah percaya diri. Pakaian ekslusif mengenakan kemeja yang memperlihatkan belahan dada dan rok setinggi atas lutut. Berkacamata dengan frame besar, rambut tergerai panjang.
"Permisi Pak, Saya Megan, staff finance yang baru," ucap wanita itu memperkenalkan diri. Dia mengulurkan tangan. Namun Dalton menyembunyikan tangannya.
Tangan kanannya menggunakan sarung tangan berwarna hitam sedangkan tangan satunya tidak. Karyawan baru, tidak akan tahu jika tangan kanannya adalah tangan Besi.
Sombong sekali dia, tidak ingin berjabat tangan, batin Megan
"Duduklah," perintah Dalton
Megan pun duduk dengan tersenyum setengah di paksa.
"Berpengalaman menjadi staff accounting, tetapi kau melamar sebagai Finance. Aku tidak mengerti mengapa HRD menerimamu. Maka dari itu aku memanggilmu kemari," ucap Dalton
"Karena tidak ada posisi di bidang accounting jadi saya mengisi di posisi tersebut. Saya tahu sedikit masalah Finance. Sebuah posisi yang mengisi untuk mengelola uang dan investasi untuk individu, perusahaan, dan pemerintah. Jadi, keuangan atau finance akan berhubungan dengan uang, kredit, aset, perbankan untuk bisa mendapatkan dana agar bisa mengelola perusahaan. Staff finance nantinya akan bertanggung jawab untuk memastikan adanya pendanaan atau modal yang cukup kebutuhan perusahaan dan mengalokasikan dana seoptimal mung...," ucapan Megan terhenti.
"Itu perkataan google. Aku tidak butuh robot. Apa kau paham membaca chart saham?" tanya Dalton
"Pa-paham," sejujurnya Megan tidak tahu. Sedikit tahu hanya tidak menguasai.
"Kenapa kau terbata? Gugup karena aku mengerikan atau kau ragu dengan jawabanmu?" tanya Dalton
Kenapa tiba-tiba hawanya mencekam seperti ini. Aku teringat tokoh novel sebelah The Big Boss For a Countess, kejam dan mengerikan, batin Megan
"Karena Anda mengerikan," jawab Megan berbohong padahal karena keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
Rasa nya ingin Dalton menembak mati orang itu, kalimat ini lucu loh wkwkwk.
2024-12-14
0
ViaNa
Alhamdulillah udah sukses ya sekarang.. keren...
2024-11-09
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
bener bener cerdas Dalton ini, keren
2024-12-14
0