Hera demgan tenang memasuki ruangan yang diberitahukan oleh sekertaris cantik dan seksi itu.
Tapi dia celingukan karena ruangan itu kosong, ngga ada orang.
Sepi? batinnya.
Sialan, gue dikerjain, umpatnya dalam hati. Saat dia akan berbalik, dia ngga bisa menyembunyikan rasa terkejutnya melihat laki laki yang sudah berdiri tegak di depannya.
Rasanya matanya ngga siwer.
Ini laki laki yang berada di kolam renang itu, kan?
Ngapain dia ada di sini, batin Hera masih lola dengan tetap beradu tatap dengan mata elang laki laki itu.
Sebentar sebentar, ngga mungkin dia ngga di sini kalo dia bukan si Ashlan Indra Wijaya itu, kan?
Sekarang batinnya mulai nyambung dengan pikirannya.
Tadi sempat kolaps.
Selain kaget karena ada orang di bekalangnya, juga tambah kaget karena orang itu laki laki yang menatapnya tajam saat berenang, juga semakin kaget karena dalam balutan jas dan rambut yang tertata rapi, dia ternyata sangat tampan. Lebih tampan dari kemarin malam. Padahal Hera kurang suka dengan laki laki berambut kaku karena pomade.
Sialaaaaan... Hera langsung mencoret dengan garis tebal isi pikiran terakhirnya yang tiba tiba muncul begitu saja.
Tanpa sadar kakinya mundur satu langkah.
"Kamu mencari saya?"
Gila! Harum sekali nafasnya yang tercium hidung Hera saat dia berbicara. Jarak mereka pun cukup dekat.
Hera masih seperti orang bego. Dia masih terdiam dan terkesima. Tepatnya terkesima seperti melihat pangeran dari negeri disney yang siap menjemputnya. Seperti dongeng yang selalu dibacakan mamanya dulu.
Laki laki itu maju selangkah membuat jarak mereka semakin dekat.
"Ehem... Bisa ngga jangan terlalu dekat," katanya memperingatkan. Dia mulai tersadar dari keterpesonaannya.
Ingat Hera. Kamu ngga butuh laki laki dalam hidupmu, batin Hera mengingatkan moto hidupnya.
"Kenapa," tantang laki laki itu semakin mendekat.
Hera sampai menahan nafasnya. Aroma maskulinnya semakin kuat tercium.
Tangannya sampai menahan dada laki laki di depannya yang hampir ngga berjarak dengannya. Tentu saja agar ngga menempel dengan dadanya.
Laki laki di depannya tersenyum smirk melihat Hera tampak panik dan ngga tenang.
"Kenapa? Kemarin adikmu berani sekali merayuku," kekehnya sambil melangkah meninggalkan Hera yang masih berusaha mengatur nafasnya saking gugupnya.
"Aku beda dengan dia," bantah Hera kesal sambil melototi laki laki nyebelin itu yang tampak santai berjalan ke arah kursinya.
"Padahal kalo kamu mau tidur semalam denganku, aku akan kembalikan semua aset aset milik keluargamu," katanya sambil menatap geli pada bola mata di depannya yang hampir keluar. Terlihat marah dan seksi.
Apa katanya?
Kenapa harus dirinya?
Gedek Hera dalam hati.
"Ngga sudi," tolaknya kesal.
Laki laki tampan itu tertawa kecil membuatnya semakin tampan
Gila. Gila. Otaknya sudah konslet ternyata.
Dia, Hera si pembenci laki malah mengagumi laki laki yang jelas jelas sudah bekerja sama dengan penipu itu.
"Katakan bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan aset aset keluargaku lagi," ucap Hera tegas. Dia semakin yakin kalo laki laki di depannya adalah si Ashlan Indra Wijaya..Si pembeli aset keluarganya dengan harga murah.
Hati Hera tergetar ketika mata mereka beradu pandang. Hera teringat perkataan Papa Daru, pengacara papanya, kalo laki laki ini pernah jadi teman SMAnya.
Tapi siapa? Hera sama sekali ngga bisa mengingatnya.
Dia malas harus bertanya pada Daru. Bukan jawaban nanti yang akan dia dapatkan. Pasti kemarahan.
Hera ngga mengerti kenapa Elsa bisa bertahan dengan Daru. Ribuan kali Hera sudah menyuruhnya putus dan mencari laki laki lain saja, tapi sahabatnya hanya menanggapinya dengan tertawa tawa saja. Tetap ngga mau putus.
"Seperti yang ku katakan tadi. Kamu hanya perlu semalam tidur denganku."
"Kenapa bukan dengan adikku saja. Bukannya dia sudah menawarkan," cibir Hera kesal. Jika dia ngga dalam posisi memohon, sudah dihajarnya laki laki ini habis habian.
Tampan, sih, tampan. Tapi no akhlak.
"Aku ngga berselera dengannya. You are my type," jawab laki.laki itu enteng.
"Jangan mimpi," tegas Hera menolak
Laki laki tampan itu tertawa. Tampak senang, ngga terlihat marah dengan penolakan Hera.
Hera mengeraskan hatinya agar jangan lumer karena melihatnya yang semakin tampan.
Seingat Hera, ngga ada korban bullynya yang setampan ini waktu SMA. Hatinya jadi sedikit lega.
"Kalo begitu, silakan kosongkan rumahmu segera. Pengacaraku akan memulai tugasnya untuk penarikan aset."
Dengan tenang dia meraih ponselnya dan mulai menelpom
"Pak Hilton--."
Hera tau siapa itu Pak Hilton. Dia juga pengacara hebat seperti Papa Daru.
"Tiga bulan. Berikan aku waktu tiga bulan,' potong Hera cepat. Memberikan penawaran.
"Terlalu lama," tolaknya sambil menggeleng.
"Oke. Dua bulan," tawar Hera lagi.
Laki laki ini keras kepala. Ngga punya perasaan, rutuknya dalam hati.
"Satu bulan. Aku ngga bisa menunggu lama. Dengan konsekuensi harga aset jadi tiga kali lipat," jawabnya tanpa beban.
"Apa! Kamu sudah gila ya?!" bentak Hera mulai emosi. Dia sudah melupakan sopan santunnya. Laki laki terlalu pintar berdagang dan memanfaat titik lemah lawan. Dia tau Hera ngga akan bisa berkutik.
Dengan harga murah saja sudah cukup susah Hera mencari duitnya. Apalagi dengan harga yang dinaekkan tiga kali lipat.
"Terserah kamu. Sudah dikasih cara gampang, tapi ditolak. Padahal tinggal tidur saja, besok pagi semua asetmu kembali," katanya dengan seringai mengejeknya.
Kepala Hera rasanya sudah mau lepas dari lehernya, saking besarnya amarah yang sudah tersulut di dalamnya
"Tidur sama adikku saja. Dia yang mau sama kamu," sinis Hera balas mengejek.
GLEK
Mata tajam laki laki itu menyorot ke dalam manik Hera. Sangat menghunjam. Rahangnya terlihat mengeras.
"Ngga sembarangan yang tidur denganku. Aku bebas memilih dan mencampakkannya," sentaknya dingin.
Hera agak shock mendengarnya. Kata kata laki laki itu seperti tertuju untuknya.
Emang kita pernah kenal? Benci banget kelihatannya, omelnya membatin.
"Kalo ngga mau ya, sudah," katanya dingin. Tangannya kembali meraih ponselnya. Seolah mengancam.
Arrrgghh... Hera rasanya geregetan sekali. Ingin rasanya menimpuk kepala laki laki ini dengan sepatunya berkali kali saking emosinya.
"Deal," Seru Hera yang sudah ngga bisa berpikir lagi. Otaknya buntu. Dia terpaksa menerimanya. Ngga mungkin dia akan tidur di jalanan. Elsa mungkin bisa menampungnya selamanya. Tapi harga dirinya menolak.
Soal mama dan adik tirinya ngga pernah dia pikirkan. Bodoh amat mau tidur dimana.
Dia juga perlu memikirkan biaya besar untuk pengobatan papanya. Selain tanggung jawab sebagai anak, juga dia merasa bersalah telah menyarankan solusi ngga benar pada papanya.
Ini keputusan paling gila yang pernah Hera ambil. Dan yang paling mustahil untuk dia diwujudkan.
Tapi bagaimana lagi, dia lebih baik memporsir otaknya dari pada memberikan tubuhnya secara gampang pada laki laki mesum di depannya ini.
Entah bagaimana caranya. Tapi yang jelas dia harus bisa bertahan selama satu bulan ini.
Laki tampan berkharisma itu tersenyum smirk. Nampak senang melihat wajah pias tapi tetap sombong di depannya.
"Kita buat perjanjian hitam di atas putih," katanya kemudian menelpon pengacaranya, Om Hilton untuk pengesahan secara hukum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Deandra Putri
kayaknya ini penderitaan tak ada henti buat hera...
2024-07-02
1
Uba Muhammad Al-varo
kisah sedih hidupnya Hera ditinggal oleh mama karena papinya selingkuh sekarang sakit.
2024-05-30
1