Setelah pulang ke rumah, Hera ngga mempedulikan suasana rumah yang sangat sepi. Sudah terbiasa karena dia kalo pulang pasti lewat jam dua belas malam. Orang orang rumahnya juga sudah tidur dan ngga ada yang menyambutnya kecuali satpam.
“Baru pulang, sayang?"
Hera menoleh. Ternyata papanya yang menyapanya dengan masih mengenakan piyamanya. Wajah papanya terlihat pucat.
“Tumben papa belum tidur," jawab Hera acuh ngga acuh. Bahkan dia melewati papanya begitu saja.
Terdengar helaan nafas berat.
“Ya udah. Kamu tidur, ya. Jangan sampai sakit.”
“Hemm….” Hera terus menjalankan kakinya. Sama sekali ngga mempedulikan papanya, apa masih berada di situ atau sudah kembali ke kamar istri mudanya.
Hera berjalan ke arah dapur. Dia merasa haus.
“Nona, kok, masih di sini?” seru pembantunya yang sudah tua, mbok Sumiati kaget dan bingung.
“Kenapa, mbok? Reseh banget,” sarkas Hera sambil membuka kulkas.
Mbok Sumiati terdiam.
“Non Hera belum tau?”
Hera meneguk minumnya sambil melihat cuek pada pembantunya yang nampak gelisah.
“Tau apa?” tanya Hera sambil meletakkan gelasnya di atas meja.
“Tuan besar, Non. Papa non Hera….” Ucap Mbok Sumiati panik.
“Hemm…..," gumam Hera ngga minat.
Drama banget, batinnya.
Baru aja tadi ketemu, batinnya lagi.
“Tuan besar dibawa ke rumah sakit, non. Kata nyonya mau ngabari non. Apa belum, non?” tanya Mbok Sumiati dalam satu nafas. Jelas sangat panik dan bingung melihat nonanya tenang tenang saja.
Hera tertawa kecil.
“Becandanya jangan kelewatan, mbok,” ucapmya sambil berbalik pergi. Sementara tawanya masih terdengar renyah.
Lumayan hiburan tengah malam, batinnya geli.
“Non Hera, mbok serius,” kejar Mbok Sumiati sambil menghadang Hera.
“Mbok, tadi aku barusan ketemu papa di sini,” tunjuk Hera pada tempat papanya tadi berdiri saat menyapanya.
Mbok Sumiati ternganga, menatap nonanya ngga percaya. Dia menatap nonanya lekat.
“Ngga mungkin, non. Tuan tadi pingsan di kamar, non. Seperti nyonya dulu,” kata Mbok Sumiati bersikeras.
DEG
Hera terdiam. Ingatannya melayang saat melihat mamanya terkulai lemas ngga berdaya dengan pil pil yang berserakan di sekitar tubuhnya. Mamanya ngga tertolong lagi.
“Ayo, non. Tuan katanya kritis,” seru Mbok Sumiati membuyarkan lamunannya. Bahkan berani mendorong pelan punggungnya.
Hera menatap Mbok Sumiati tajam. Pembantu tuanya terlihat sangat serius. Ngga ada tanda tanda dia bohong. Tapi dia juga barusan ketemu papanya. Mana yang benar.
Hera teringat kata kata papanya saat mereka berada di ruangan papanya.
Dengan jantung berdebar keras bertalu talu, Hera berjalan cepat ke arah kamar papa dan mama tirinya. Dia ngga mempedulikan teriakan keras Mbok Sumiati memangil manggil namanya tiada henti.
“Non! Non!”
Dengan ngga sabar Hera membuka pintu kamar yang dia yakini papanya pasti berada di sana.
CEKLEK
“Papa!” serunya sambil masuk ke dalam kamar. Tapi kamar itu kosong. Hera pun sampai membuka pintu kamar mandi buat memastikan.
“Non Hera ngapain?” tanya Mbok Sumiati ngga ngerti. Bahkan karena suara teriakan Mbok Sumiati, beberapa pembantu mereka yang lain juga kini sudah berada di dalam kamar papanya juga.
“Papa!” seru Hera kesal dan mulai cemas. Dia pun sampai jongkok, ingin memeriksa di bawah kolong tempat tidur. Apalagi mata tajam Hera melihat sebuah pil yang tergeletak di bawah tempat tidur.
DEG
Hera memegang pil itu dengan tangan gemetar.
De ja vu.
Hera seakan berada di sepuluh tahun yang lalu saat dia menemukan mamanya yang pingsan dengan pil pil yang berserakan di dekat tubuhnya.
“Non Hera,” panggil Mbok Sumiati lembut sambil memegang lengan Hera yang terlihat gemetar. Mbok Sumiati tentu saja ingat kejadian pilu sepuluh tahun yang lalu. Matanya berkaca kaca. Si mbok tau kalo sejak itulah nonanya yang lembut dan baik hati mulai berubah jad kasar dan ngga bisa di atur. Karena papanya membawa nyonya baru dan anak perempuan yang lebih muda beberapa tahun dari nonanya.
“Ayo, non, lihat tuan,” kata mbok Sumiati agak terisak. Begitu juga pembantunya yang lain. Jadi ikutan menangis.
“Kenapa pada nangis, sih. Tadi Hera barusan ketemu papa. Mungkin papa lagi di luar,” sergah Hera bersikeras.
Masa ketemu Roh, sangkalnya dalam hati dengan perasaan ngga enak.
Tangisan terdengar semakin kencang dari para pembantunya.
“Non, saya dari tadi di luar. Ngga lihat tuan. Tuan di rumah sakit, non,” suara tegas Pak Jon membuat Hera tertegun.
“Mungkin tuan kangen sama non, pengen ketemu dulu sebentar,” isak Mbok Sumiati membuat jantung Hera berdegup keras dan dadanya terasa sangat sakit.
“Papa.....,” gumamnya sambil berdiri. Dia masih nampak bengong. Seperti orang bingung.
“Ayo, non, saya anterin ke rumah sakit,” ujar Pak Jon lembut.
Hera ngga menyahut. Dia masih diam sambil berjalan mengikuti langkah Pak Jon ke garasi mobil.
Dia beneran ketemu roh?
*
*
*
Sekarang baru Hera percaya kalo papanya memang berada di rumah sakit. Papanya koma dengan tubuh dipenuhi alat alat rumah sakit. Termasuk monitor denyut jantung. Dan garis jantung papnya terlihat lemah.
“Katakan, siapa yang harus aku temui,” potong Hera saat mama tirinya merepet mengomelinya karena ngga bisa dihubungi saat papanya dilarikan ke rumah sakit.
“Ashlan Indra Wijaya. Dia pengusaha tajir dan sangat kaya raya. Tapi aku ngga yakin kamu bisa. Aku aja ditolaknya,” sinis adiknya dengan tatapan meremehkannya.
“Ashlan?” gumam Hera pelan. Rasanya dia pernah dengar nama itu.
“Orang yang menipu papa dan menjual semua aset kita padanya,” sambungnya lagi.
Hera balas menatap meremehkan adik tirinya yang menurutnya sok cantik dan sok seksi. Tapi merayu laki laki aja ngga becus.
Tanpa mempedulikan keduanya, Hera pun melangkah pergi.
Mama tiri dan adik tirinya menatapnya marah karena sikap ngga pedulinya. Padahal yang terbaring koma adalah papanya juga.
*
*
*
Hera merenung sambil menatap foto mamanya di dalam kamarnya. Dia ngga mempedulikan tatapan dan pertanyaan Pak Jon, Bik Sumiati yang heran karena dia sudah kembali lagi ke rumah.
Tadi sebelum masuk ke kamar, dia berdiri persis sama posisinya seperti saat bertemu papanya. Sebentar saja, kemudian melangkah pergi.
Ma, apa papa menuruti permintaan Hera? batinnya getir.
Sudah terlambat juga kalo mau nyusul mama, tanggapmya lagi. Berusaha mengeraskan hati.
Menghilangkan sedikit rasa bersalahnya karena sudah memberikan saran gila pada papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Deandra Putri
kasih hitam diatas putih dulu antara kamu sama ibu tiri dan adik tirimu hera... isinya klo kamu berhasil maka mereka harus menyerahkan semuanya dibawah kakimu,..
2024-07-02
1
Lenkzher Thea
Agak berbau bau mistis
2023-05-10
2