Setresnya Hera

Pusing. Itulah yang Hera rasakan sekarang. Berapa kali dia membuat desain untuk web pesanan pelanggan, selalu di hapusnya. Sangat jauh dari konsep. Begitu terus berulang ulang.

Kepalanya rasanya buntu. Ngga bisa berpikir.

"Lebih baik kita berenang," ajak Elsa yang paham dengan kegusaran Hera. Memberikan ide gilanya membuat Hera mendelikkan matanya. Sekarang udah pukul sepuluh malam.

Sekarang mereka berada di salah satu cottage milik keluarga Elsa.

Tapi setelah dia pikir pikir lagi, ide gila sahabatnya boleh juga. Siapa tau stresnya akibat harus menuruti permintaan papanya berkurang.

"Oke," ucap Hera sambil menshutdown laptopnya membuat Elsa bersorak senang.

"Ngga ada yang nginap?' Hera menyimpan laptopnya di dalam tas.

"Dua kamar dekat kita ada. Tapi ibu ibu gitu. Katanya lagi marahan sama suaminya."

"Oooh," sahut Hera ngga acuh.

"Mau cere kali," tawa Elsa cekikikan.

"Yang satunya?" lanjut Hera sambil menatap ke arah kolam renang dari balik jendela tempat mereka berada.

"Laki laki, kata si Astro masih uda. Dua orang. Tapi biasanya sampai tengah malam baru balik ke cottage."

"Oooh."

"Lo ngga takut, kan, kalo kita ke gap mereka," tantang Elsa sambil bangkit berdiri.

"Siapa takut," jawab Hera cuek.

Elsa pun segera berjalan ke lemari pakaiannya dengan tawa kecilnya. Dia pun mengambil sesuatu di dalam lemari itu, kemudian melemparkannya pada Hera yang dengan sigap menangkapnya.

Bikini two piece!

"Lo pikir di pantai?" sarkas Hera sambil mencium bau bikini itu.

Masih bau pabrik.

"Baru ituuu..... ," protes Elsa ngga terima. Dia mengulurkan handuk yang juga masih baru.

Hera hanya nyengir.

"Ya udah," tukas Hera sambil membawa handuk dan bikini pemberian Elsa

Keduanya dengan santai membuka pakaian dan memakai langsung bikininya dengan saling memunggungi.

"Ayuh," kata Elsa yang sudah membelitkan handuk di pinggangnya.

"Oke."

"Siap ke gap?" tawa Elsa saat melangkahkan kaki ke arah kolam.

"Asiaap," balas Hera juga berderai derai.

Pusingnya mulai hilang. Apalgi saat dia sudah menceburkan tubuhnya ke kolam. Hanya ada lima cottage yang mengelilingi kolam renang yang sangat panjang ini.

Cottage eksklusif. Satunya diberikan buat Elsa oleh papa mamanya. Sedangkan empat lainnya disewakan.

Keduanya pun berenang ke sana ke mari sambil bercanda.

Ngga nyampe sejam, Elsa naik ke pinggir kolam karena sudah merasa dingin.

"Gue bilas dulu. Ntar gue bawakan makanan," katanya sambil menyampirkan handuknya di punggungnya.

"Oke," sahut Hera yang masih lanjut berenang. Dia merasa seluruh pikiran beratnya tenggelam di bawa segarnya air kolam.

Tapi dia masih ingin melakukannya beberapa menit lagi. Tubuh dan pikirannya mulai relax.

Elsa pun balik ke cottage untuk membilas tubuhnya dengan air hangat. Setelahnya dia akan menelpon untuk pemesanan makanan. Dia selalu berlaku seperti tuan rumah yang baik untuk Hera-sahabatnya.

Hera masih saja menikmati aktivitasnya berenang. Hingga saat Hera sedang berenang dengan gaya punggung dan menatap ke pinggir kolam, matanya beradu tatap dengan seorang laki laki muda yang tampaknya dari tadi sudah melihatnya.

Hera seperti merasa pernah melihatnya, tapi lupa dimana dan kapan.

Wajahnya sangat tampan dan tubuhnya atletis. Sangat menawan dan bisa membuat para hawa tergila gila. Tapi ngga buat Hera

No man in her life.

Kematian mamanya akibat depresi karena tau papanya menikah lagi membuat Hera mengalami trauma.yang sangat mendalam tentang hubungan suami istri.

Dia benci laki laki. Tapi bukan berarti dia beralih jadi penyuka perempuan. Itu lebih menjijikan lagi menurutnya.

Bagi Hera ngga ada cinta kasih yang tulus antara laki laki dan perempuan.

Laki laki muda itu masih mengenakan kemeja kerjanya yang dua kancing bajunya sudah dia lepaskan. Bahkan dia pun masih menggunakan celana kainnya.

Dia tampak menikmati pemandangan indah di depannya.

Saat pulang meeting, teman yang biasa menginap bersamanya sudah janjian dengan salah satu kliennya yang berwajah cantik dan seksi.

Sedangkan dia sendiri lebih memilih pulang ke cottage yang sudah dia sewa hampir lima hari untuk beristirahat.

Tapi suara kecipak air di kolam membuat langkah kakinya ngga bisa dihentikan.

Cantik sekali, batinnya terkesima melihat gadis yang sedang berenang menelentang itu sambil memejamkan matanya.

Seolah dia hanya hidup sendirian di planet ini.

Tapi dengan cuek Hera tetap meneruskan berenangnya, bahkan kini dia seolah sengaja lewat di depan laki laki itu. Seolah memang menantangnya.

Laki laki itu tiba tiba meloloskan celana kainnya setelah melepas gespernya dan hanya meninggalkan boxernya saja. Kemejanya pun dia buka, begitu juga kaos dalamnya. Hingga sekarang dia shirtless.

BYYUUUR!!

Hera yang sudah menjauh dan memejamkan mata sambil sesekali menggerakkan kakinya santai, terkejut mendapati gelombang keras yang diterima tubuhnya.

Posisinya jadi goyah akibat guncangan itu, sehingga dia pun sempat meminum sedikit air kolam hingga tersedak.

'Sialan," gumamnya kesal.

Tapi laki laki tadi terus saja berenang dengan mengacuhkannya.

Sudah ngga menyenangkan lagi, Hera pun segera naik ke pinggir kolam dan mengambil handuknya.

Tubuhnya tampak terpantul indah oleh sinar bulan empat belas hari.

Tanpa dia sadari, laki laki itu meliriknya saat Hera melangkah pergi ke cottagenya.

*

*

*

Hera melangkahkan kakinya memasuki loby perusahaan yang megah ini. Ternyata lebih megah dari perusahaan papanya.

Dia pun menemui resepsionis.

"Permisi, kak, mau ketemu Pak Ashlan Indra Wijaya," ucapnya ramah.

Pegawai cantik seusianya menatapnya ragu. Begitu juga temannya yang seorang lagi.

"Sudah ada janji buat ketemu?' tanyanya lagi.

Hera menghela nafas. Dia yang sudah berpenampilan anak baik baik saja diragukan untuk menemui laki laki itu. Tapi adiknya yang pasti berpenampilan seksi malah diijinkan masuk.

"Katakan padanya, Hera Rayssara putri sulung dari Ray Sena Barata ingin ketemu."

Terpaksa Hera menyebutkan nama papanya. Padahal selama ini dia ogah membawa bawa nama papanya dalam mencari proyek kerjaan sampingannya.

Dan ternyata cukup berhasil.

"Sebentar," senyumnya ramah sambil mengangkat telpon dan berbicara pada sekertaris bosnya.

Hera menunggu dengan sabar.

Ngga lama kemudian.

"Nona, tuan muda mau menemui anda. Silakan. Beliau di lantai empat belas," ucapnya pegawai resepsionis itu ramah.

"Makasih," sahutnya sambil melanjutkan langkahnya ke arah lift.

Dengan tenang Hera masuk ke dalam lift dan bergabung bersama beberapa orang pegawai yang bekerja di sana

"Mau ke lantai berapa, kak?" tanya salah seorang gadis muda yang seusia dengannya. menatap pada Hera.

"Empat belas."

"Oke."

"Terima kasih."

"Sama sama."

Rata rata para pegawai yang bersamanya turun beberapa lantai di bawah tujuannya.

Tinggalah dia sendiri. Ngga lama kemudian lantai empat belas yang dia tuju sudah tiba.

Begitu pintu *li*ft terbuka, Rihana melangkah keluar dengan sangat pe-de.

Seorang sekertaris menyambutnya dengan ramah. Seakan memang sudah menunggu kedatangannya.

Terpopuler

Comments

Royani Arofat

Royani Arofat

hera rihana

2023-11-10

1

Kustri

Kustri

rihana...siapa hayooo

2023-09-06

2

Slow ego

Slow ego

lumayan lah. buat selingan sambil nunggu novel favorit👌.

2023-07-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!