Waktu demi waktu berlalu, kini sudah hampir dua minggu sang ibu tinggal di rumahnya. Dan selama itu pula Melati harus ekstra hati hati dalam menjaga Miko.
Ia tak boleh lalai sedikitpun dalam menjaga putranya. Karena sudah beberapa kali saat Miko melakukan kesalahan di depan sang nenek, selama itu juga Miko selalu mendapatkan jeweran dari neneknya.
Jika sampai hal itu terjadi, Melati hanya mampu menenangkan sang putra tanpa berani menegur perbuatan mertuanya tersebut.
Melati ikut merebahkan tubuhnya disamping sang suami. Ia benar benar lelah, punggung yang terasa pegal dan kaku karena sibuk beraktifitas seharian kini harus ia istirahatkan sejenak demi mendapatkan kepulihan tenaga untuk besok pagi.
"sayang.. kau kenapa?" tanya Reyhan saat mendengar Melati menghela nafas berat
"punggungku terasa pegal mas"
"kau lelah ya"
"ehem"
"apa ini karena ibu?"
"maksut mas?"
"apa kau kelelahan karena harus merawat ibuku?"
"tidak mas, bukan karena itu, aku lelah karena memang pekerjaan rumah sedang menumpuk hari ini"
"oh.. aku kira semua ini karena ibu"
"aku ikhlas merawat ibu mas, tapi..."
"tapi apa?"
"tapi aku tidak suka saat ibu sering menjewer telinga Miko mas"
"apa? menjewer telinga Miko? sejak kapan ibu sering melakukannya?" sahut Reyhan terlihat emosi
"sudah beberapa kali"
"aku akan mendatangi ibu sekarang"
"jangan mas!"
Saat Reyhan hendak berdiri, tiba tiba saja lengannya di cekal erat oleh Melati
"kenapa?"
"jangan malam ini mas, ibu sedang istirahat"
"baiklah, aku akan bicarakan dengan ibu besok"
...***...
Keesokan harinya, saat semua penghuni rumah masih asik bergelut di dalam mimpinya, Melati sudah harus bangun petang untuk mempersiapkan sarapan pagi.
Seperti biasa, setelah selesai memasak, tugas rutin Melati adalah memandikan sang ibu mertua.
Ya, semenjak ibu Sarah tinggal disini, semua tugas dan tanggung jawab Reyhan untuk merawat ibunya telah diambil alih oleh Melati.
Entah karena Reyhan terlalu sibuk atau Reyhan terlalu lelah. Yang pasti dan yang terjadi, Melati selalu mempersiapkan semua kebutuhan ibu Sarah tanpa bantuan Reyhan sedikitpun.
"ibu" teriak Reyhan yang tiba tiba menyelonong masuk ke kamar sang ibu dan tentunya mengagetkan Ibu Sarah dan Melati yang berada didalamnya
"Reyhan! kenapa kau memanggil ibu dengan berteriak seperti itu?"
"bu! jawab pertanyaanku! apa ibu sering menjewer telinga Miko?"
"tidak! ibu tidak menjewer telinga Miko"
"bohong!"
"apa maksutnya bohong? memangnya siapa yang mengatakan kalau ibu sering menjewer telinga miko?"
"Melati" "Melati yang mengatakannya padaku bu"
Dasar tukang ngadu! Ibu Sarah menatap tajam pada menantunya.
Sementara Melati yang dipandang nyalang seperti itu hanya mampu menunduk dan meremas jari jemarinya
"Memangnya istri kamu itu mengadukan apa saja padamu?"
"Melati tidak pernah mengadu apapun padaku. Yang penting saat ini ibu jawab dengan jujur pertanyaanku tadi? Apa ibu sering menjewer telinga Miko?"
"Ya, kemarin ibu memang menjewer telinga anakmu. Dan apa kau tau apa alasan ibu menjewernya?"
"memangnya apa alasan ibu?"
"apa kau tau? Karena kelalaian istrimu menjaga anakmu, Miko jadi liar dan tak beraturan. Dia itu berlarian di dalam rumah persis seperti berlarian di dalam hutan" ibu Sarah sembari menghela nafas berat seolah olah ia begitu lelah
"Dan asal kau tau, karena ulah anak nakalmu itu, ponsel ibu satu satunya harus rusak dan hancur lebur karenanya. Padahal kau tau sendiri kan Rey? ponsel itu untuk hiburan ibu kalau sedang jenuh.."
Reyhan nampak terdiam. Raut wajah yang tadinya penuh amarah dan emosi kini tiba tiba berubah menjadi muram dan lesu.
Ya, Wajah tampan itu seolah menunjukkan rasa bersalah yang mendalam terhadap sang ibu.
"ibu.. maafkan aku yang sudah membentak ibu tadi. Maafkan anakku bu.. maafkan Miko yang sudah merusak ponsel ibu"
"tidak apa apa nak.. ibu mengerti kok. Kau pasti asal menuduh ibu karena istrimu itu tidak menceritakan kejadian sepenuhnya"
"oh ya, ibu sudah mandi kan?"
"baru saja selesai"
"apa ibu sudah makan?"
"belum"
Mendengar jawaban sang ibu, Reyhan langsung menatap tajam pada Melati.
"setelah selesai mandi, ibu biasanya akan makan diruang tengah sambil menonton tv mas" jawab Melati dengan nada bergetar
"ya sudah, kalau begitu, aku siap siap dulu ya bu. Ibu jangan lupa makan yang banyak dan minum obat biar cepet sembuh ya bu?"
"iya Rey.. kamu hati hati ya.."
Setelah kepergian Reyhan dari kamar itu, ibu Sarah mencekal tangan Melati yang hendak ikut keluar.
"ada apa bu?"
"apa kau sengaja ingin Reyhan membenci ibu?"
"apa maksut ibu?"
"jangan menantangku jika kau masih ingin bersama dengan Reyhan"
"ibu.. aku tidak mengerti apa maksut ibu"
"hhh.. jangan berpura pura polos di depanku. Aku tau kau pasti tidak suka kan kalau Reyhan memperlakukan ibunya dengan istimewa?"
"tidak bu, justru aku sangat senang kalau mas Reyhan memuliakan seorang ibu"
"baguslah! sekarang crpat keluar dan siapkan sarapan untukku"
"baik bu"
Melati pun segera keluar dan menuju dapur. Ia mempersiapkan semua sarapan diatas meja untuk suaminya.
Dan tak berapa lama kemudian, Reyhan sudah turun dengan pakaian rapi. Ia mendekati meja makan tersebut. Namun bukannya untuk duduk dan menikmati sarapannya, melainkan hanya untuk meneguk setengah gelas susu putih hangat lalu melangkah pergi.
"mas.."
"apa?"
"mas gak sarapan dulu?"
"aku sudah kenyang"
"kenyang? tapi kan mas tidak makan apapun sejak semalam?"
"aku kenyang dengan sikapmu yang melebih lebihkan perbuatan ibu"
"apa? maksut mas? mas menyalahkanku atas kejadian tadi?"
"lalu siapa lagi yang harus disalahkan? kalau kau tak mengadu berlebihan padaku, aku tak akan memarahi ibu sampai seperti tadi. Dengar ya? lain kali itu kalau mau memgadu atau bercerita itu yang lengkap, jangan hanya dari satu sisi yang menurutmu benar, mengerti!"
"iya mas, maaf"
"jangan minta maaf padaku, mintalah maaf pada ibu"
"iya, aku akan minta maaf pada ibu nanti"
"baguslah. aku berangkat"
"mas yakin tidak mau sarapan dulu?"
"sudah siang, aku makan di kantor saja"
"kalau begitu tunggu sebentar, aku akan bungkuskan makanan untukmu makan di kantor nanti"
"ya sudah cepat!"
Melati dengan sigap langsung membungkuskan makanan itu ke dalam beberapa wadah yang tersusun menjadi satu kotak yang rapi.
Reyhan menenteng kotak makanan itu tanpa malu sedikitpun.
Saat ia berjalan memasuki ruangannya, tanpa sengaja matanya menatap seorang wanita cantik memakai seragam putih dan hitam sedang duduk berjejer bersama dengan yang lain
Reyhan yakin jika wanita itu pasti sedang menunggu untuk interview kerja. Karena setahunya, saat ini perusahaan sedang membutuhkan beberapa karyawan baru.
"Reyhan?"
"Prilly?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments