Beberapa hari kemudian
Setelah Hanna dan suaminya kembali pulang, Ibu Sarah benar benar dibawa ke rumah Reyhan dan Melati.
Ya, Semua keputusan telah dipikirkan matang matang oleh Melati. Ia siap menerima dan ikut merawat sang mertua demi meringankan beban suaminya.
"sayang.. aku berangkat kerja dulu ya. Aku titip ibu. Kalau ada sesuatu, cepat hubungi aku"
"iya mas, jangan hawatir, aku akan menjaga dan merawat ibu dengan baik. Mas tenang saja"
"terimakasih sayang" Reyhan mengecup kening sang istri
"Bu.. ibu baik baik di rumah ya, jika ibu menginginkan sesuatu, ibu panggil saja Melati"
"iya"
"aku berangkat ya bu.." pamit Reyhan sembari mengecup punggung tangan sang ibu lalu berlalu di balik pintu
Setelah kepergian sang suami, Melati segera menuntun kursi roda sang ibu untuk bersantai di ruang tengah dan menonton tv. Sementara ia langsung membereskan meja makan bekas sarapan mereka tadi.
Namun baru beberapa piring yang ia sisihkan, tiba tiba saja terdengar suara tangisan anak kecil yang ia yakini adalah suara dari putranya.
Tanpa menghiraukan kegiatannya, Melati langsung berlari ke arah suara tangisan itu. Ia begitu terkejut saat melihat sang putra tengah menangis sembari memegang telinganya.
"sayang.. kau kenapa?" seru Melati sembari memeluk tubuh kecil yang masih bergetar itu
"mama.. cakit ma"
"sakit? sakit kenapa nak? apanya yang sakit?" Melati mengusap seluruh bagian tubuh sang putra
"nenek ma.. nenek jahat, nenek jewel telingaku, hu... hu.. hu" jawab bocah kecil itu dengan tangis sesenggukan
Melati mengerutkan keningnya, ia menatap sang ibu mertua yang ternyata masih berwajah datar tanpa ekspresi apapun
"bu.. apa benar yang Miko katakan?"
"ya" jawab sang ibu singkat
"tapi kenapa ibu menjewernya? apa salah Miko bu?"
"anakmu itu yang nakal. Berlarian tanpa lihat situasi! Apa kau tau? dia itu baru saja menumpahkan coklat hangatku"
Apa? jadi karena coklat hangat ibu tega menjewer telinga anakku?
"maaf bu.. tapi kan Miko masih sangat kecil. Dia masih sangat aktif dalam bermain. Jadi dia pasti tak sengaja melakukannya"
"meskipun tak sengaja tetap saja dia itu salah! Dan setiap anak yang melakukan kesalahan itu harus di kasih pelajaran"
"tapi bu__"
"hey! apa kau tau? mendidik anak itu jangan terlalu dimanja! Berikan setiap resiko atas perbuatannya agar dia menjadi orang yang bertanggungjawab kedepannya"
"iya bu" Akhirnya Melati pun memilih diam dan tak lagi membantah petuah sang mertua. Karena percuma saja jika ia menjawab setiap ucapan mertuanya itu, karena pasti akan ada petuah petuah lain yang keluar dari bibir tuanya tersebut.
"ya sudah, cepat buatkan coklat panas lagi untukku. Dan ingat! jangan bawa anakmu itu krmari sebelum aku selesai menonton telenovela kesukaanku"
"baik bu"
Dengan langkah gontai, Melati menggendong sang putra masuk ke dalam. Ia mencoba menenangkan Miko agar berhenti menangis.
Dan setelah Miko berhenti menangis. Melati pun kembali membuatkan coklat panas untuk ibu Sarah.
Helaan nafas berat tak sengaja keluar dari hidungnya. Ia benar benar harus memperluas kesabarannya beberapa hari ini.
Setelah menghadapi Reyna, putri Reyhan yang menyebalkan itu, kini ia harus menghadapi sifat egois ibu Sarah, mertua yang baru sehari ini tinggal bersamanya.
Untung Reyna sudah kembali melanjutkan kuliahnya di kota J, jadi otakku tak akan meledak dengan cepat karena harus menghadapi dua wanita yang suka bersikap semena mena
Seharian berlalu dengan cepat. Tanpa terasa waktu sudah mulai gelap. Melati masih terlihat mondar mandir di depan pintu rumahnya. Ia terus menunggu sang suami pulang. Karena jarang sekali Reyhan pulang sampai petang tanpa memberi kabar apapun kepadanya.
Dan saat ia mencoba menghubungi ponsel suaminya, ternyata panggilan itu tak tersambung sama sekali. Hal itu tentu membuat kehawatiran tersendiri bagi Melati.
Namun tak berselang lama, sebuah mobil hitam telah memasuki pekarangan rumah. Melati tersenyum lebar saat mendapati suaminya tengah sampai dirumah dengan selamat.
"papa..." teriak Miko sembari memeluk erat sang papa
"hey jagoan papa, ayo kita masuk?"
"baik papa" teriak girang dari suara kecilnya
"sayang.. kenapa kau ada diluar?" tanya Reyhan
"aku hawatir mas, ponselmu tak bisa dihubungi?"
"ah iya, aku lupa mengabarimu, ponselku itu mati sejak tadi siang, aku lupa tidak membawa carger sayang.. maaf ya"
"iya mas tak apa, yang penting kamu sudah sampai rumah dengan selamat" "oh ya, itu apa mas?" tanya Melati saat melihat tangan suaminya yang membawa satu kotak makanan di dalam kresek putih
"oh ini.. ini martabak manis sayang"
"martabak asin? kenapa mas belinya martabak asin? kan aku sama Miko sukanya martabak manis?"
Reyhan nampak terdiam. Ia mematung ditempat saat ia baru menyadari bahwa ia ternyata lupa tak membelikan martabak kesukaan istri dan anaknya.
"mas?"
"mm.. maaf sayang, aku beli martabak asin ini untuk ibu"
"oh.. kirain mas beli untukku juga"
"maaf ya sayang.. aku lupa"
"tidak apa apa mas, lagi pula aku dan Miko juga masih kenyang kok. Dan kami juga sedang tak menginginkan makanan itu"
"maaf ya sayang"
"iya mas.. gak papa kok. Ya sudah, mas mandi dulu gih, air panasnya sudah aku siapkan"
"terimakasih sayang, aku ke kamar dulu ya"
Melati hanya tersenyum dan mengangguk sembari mengambil alih Miko dari gendongan suaminya.
Ia hanya menatap punggung sang suami yang berlalu mendahuluinya dengan perasaan yang berkecamuk.
Padahal baru sehari ibu tinggal disini, tapi banyak perhatianmu yang telah tercurah pada ibu. kau bahkan dengan mudahnya melupakan aku dan Miko. Apa salah jika aku cemburu dengan perhatianmu mas?
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments