"Reyhan?"
"Prilly?"
Keduanya sama sama saling menatap. Setelah penolakan Reyhan tentang perjodohan beberapa tahun yang lalu, akhirnya mereka di pertemukan kembali.
Ya, ibu Reyhan dan ibu Prilly dulunya adalah sahabat yang lama terpisah. Dan setelah kedua wanita dewasa itu bertemu, mereka sama sama ingin menjodohkan anak mereka.
Pada saat itu, Reyhan sudah menyandang status duda beranak satu. Namun keluarga Prilly tak menjadikan hal itu sebagai batu sandungan akan perjodohan keduanya.
Lambat laun Reyhan dan Prilly memang sempat dekat. Bahkan mereka sering jalan bertiga dengan putri Reyhan.
Prilly brnar benar menaruh simpati pada Reyhan. Namun sayangnya, pada saat itu Reyhan tak memiliki perasaan apa apa pada gadis cantik yang sering jalan bersamanya.
Reyhan menolak perasaan Prilly dengan alasan sudah mencintai wanita lain. Dan hal itu tentu membuat Prilly merasa sakit hati akan respon Reyhan terhadap perasaannya.
Sejak penolakan itu, Prilly memutuskan untuk pergi ke luar kota. Pergi sejauh mungkin dari hidup Reyhan demi melindungi perasaan dan hatinya.
"Prilly? kau sedang apa disini?"
"Aku.. mm.. bukankah kau sudah tau dengan penampilanku seperti ini?"
"oh ya, kau sedang interview ya?"
"ya. Dan kau? apa kau bekerja disini?"
"ya, aku bekerja disini sejak dulu"
"oh.. maaf aku tidak tau"
"kenapa minta maaf?"
"kalau aku tau kau bekerja disini, aku tak akan memasukkan lamaranku ke perusahaan ini"
"kenapa seperti itu?"
"aku__"
Belum sempat melanjutkan perkataannya, ternyata nama Prilly sudah lebih dulu dipanggil. Hingga mau tak mau Prilly pun langsung meninggalkan Reyhan begitu saja tanpa permisi.
Sementara Reyhan hanya menatap wanita itu yang kini sudah lebih dulu masuk ke ruang interview tersebut.
Setelah Prilly tak terlihat, Reyhan pun melanjutkan langkah menuju ruang kerjanya. Ia meletakkan tas dan kotak makanannya diatas meja. Lalu melanjutkan aktifitas pekerjaan yang sudah bertahun tahun ia geluti.
Dan saat ia begitu fokus pada laptopnya, tiba tiba saja perhatiannya teralihkan pada segerombolan orang yang tengah datang keruang kerjanya.
Ya, ternyata gerombolan orang berbaju putih itu adalah calon pekerja yang baru saja di terima di perusahaan ini dan akan di tempatkan di divisi yang sama dengannya.
Prilly? apa dia juga di terima bekerja disini?
atau jangan jangan dia juga di divisi yang sama denganku?
Dan benar saja, ternyata Prilly ditempatkan di satu divisi dengan Reyhan. Bahkan meja kerja merekapun kini saling bersebelahan.
"Prilly"
"ya Rey"
"sudah waktunya istirahat, kau tidak makan siang?"
"tidak, aku masih banyak pekerjaan yang belum ku pahami"
"jangan terlalu dipaksakan. Kau harus mengisi perutmu terlebih dulu supaya kau bisa menjernihkan pikiran untuk melanjutkan pekerjaanmu"
"tapi__"
"sudahlah, ayo! aku akan membantumu nanti"
"benarkah?"
"ya, jangan sungkan sungkan untuk meminta bantuan dariku. Aku akan membantu apapun sebisaku"
"terimakasih" ucap Prilly dengan tersenyum dan mengangguk mantap
Akhirnya mereka berdua makan di kantin bersama. Reyhan bahkan melupakan bekal dari sang istri yang sedari pagi sudah disiapkan untuknya.
Sebenarnya bukan sepenuhnya melupakan, tapi Reyhan merasa tak enak hati pada Prilly karena jika ia makan bekal dari Melati, lalu siapa yang menemani Prilly makan di kantin? sedangkan ia saja baru berjanji akan membantu apapun pada wanita itu.
Reyhan dan Prilly pun tak terlihat canggung sama sekali karena keduanya memang sudah akrab sedari dulu.
Bamun semua itu hanyalah sebatas kedekatan sebagai seorang sahabat. Atau bahkan Reyhan sudah menganggap Prilly seperti adiknya sendiri.
Waktu berlalu begitu cepat, karena saat ini sudah menunjukkan pukul empat sore, itu tandanya sudah saatnya untuk mereka pulang. Dan semua karyawan pun sudah mulai berkeluaran dari gedung bertingkat tujuh tersebut. Termasuk Prilly.
"Prilly? kau menunggu siapa?"
"aku sedang menunggu angkot"
"kau tak membawa kendaraan?"
"tidak"
Reyhan nampak terdiam dan berfikir sejenak. Ia merasa aneh dengan Prilly. Karena setahunya, Prilly itu dari keluarga berada. Lalu mengapa saat ini sepertinya begitu terbanding terbalik dengan kenyataan?
Reyhan menggeleng pelan. Ia tak mau ikut campur terlalu banyak akan pribadi wanita itu
"kalau begitu ayo aku antarkan pulang"
"tidak usah Rey, aku tak meu merepotkanmu"
"tidak repot kok. ayo"
"terimakasih Rey"
Selama di dalam mobil, Prilly dan Reyhan sama sama diam. Entah mengapa mereka merasa canggung berada di dalam mobil berdua.
Mungkin karena ini adalah kali pertama setelah beberapa tahun mereka tak pernah semobil seperti sekarang ini.
"Kok kita berhenti disini?" tanya Prilly yang merasa aneh karena Reyhan memarkirkan mobilnya di area parkir Mall
"sebentar saja, ada sesuatu yang ingin aku beli. Apa kau tak keberatan jika menemaniku masuk?"
"ah tentu saja tidak"
"baiklah, ayo kita masuk"
Keduanya berjalan dengan menjaga jarak, menaiki eskalator, memasuki beberapa toko dan keluar kembali saat barang yang ia cari tidak ada.
Dan hampir setengah jam berjalan, akhirnya Reyhan berhenti disalah satu toko yang tepat. Toko yang sejak tadi dicari dan memiliki barang yang ia inginkan.
"Kau yakin ingin membeli ini?" tanya Prilly
"ya"
"tapi ini sangat mahal"
"aku tak masalah, yang terpenting aku bisa membuat bahagia orang yang aku sayang" jawab Reyhan mantap
Prilly hanya tersenyum dan menatap kagum pada sosok lelaki dewasa yang ada didepannya itu.
Bagaimana aku tak heran jika banyak wanita yang mengagumimu Rey..
Kau memang laki laki terbaik diantara laki laki yang pernah aku cintai..
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments