"Reyna?"
"hai mama tiri" sahut Reyna sembari melangkah masuk melewati tubuh Melati yang masih diam membeku
"Reyna? kenapa kau kesini? oh, mm.. Maksutku, mengapa kau malam malam datang kemari? apa papa kamu sudah tau?" tanya Melati setelah menutup pintu kembali seperti semula
"memangnya kenapa? ini rumah papaku, jadi aku berhak kesini kapanpun kan? apa ada larangan?"
"tidak ada, aku hanya bertanya. Ya sudah kalau kau mau bermalam disini, tapi kau sudah tau kan kalau papamu tidak ada dirumah malam ini?" ungkap Melati sembari berlalu menuju kamar
"hey mama tiri, tunggu!"
"ada apa?"
"aku baru saja sampai, aku sangat lelah dan sangat lapar. bisakah kau buatkan makanan untukku?"
"apa? makanan?"
"ya, apa kau tak dengar? aku sangat lapar dan ingin makan"
"oh okey, tunggu sebentar, aku akan ambilkan makanan untukmu" Melati mengeluarkan makanan dari dalam kulkas dan menghangatkan kembali makanan yang tadi tak tersentuh oleh suaminya.
"makanan sisa?" Reyna mengerutkan dahinya menatap beberapa piring yang ada di hadapannya
"ini bukan makanan sisa, papa mu saja tak sempat memakan makanan ini karena harus kembali lagi kerumah nenek. aku hanya menghangatkan kembali makanan ini Reyna"
"tapi aku tetap tidak mau memakannya. Buatkan aku makanan lain!"
"hah?"
"apa kau tak dengar? aku mau makanan yang lain!"
dasar bocah ini! enak sekali menyuruhku! untung aku cinta sama ayahnya, kalau tidak, mungkin sudah aku jambak **rambut**nya yang seperti buntut kuda itu!
"kenapa malah bengong?" gertak Reyna
"oh, oke, baiklah, akan aku buatkan sesuatu untukmu" Melati bergegas ke dapur dan membuat satu porsi besar nasi goreng dan telur mata sapi.
Sebenarnya Melati merasa heran akan putri tirinya itu, karena sejak awal ia menjadi istri Reyhan, Reyna tak pernah sekalipun mau mencicipi masakannya.
Tapi malam ini? Reyna sendiri yang memintanya? apa mungkin ini akan menjadi awal yang baik bagi hubungan antara dirinya dan Reyna? Ah, semoga saja.. begitu pikir Melati.
"silahkan"
"nasi goreng?"
"ya, hanya ini yang bisa aku buat karena bahan masakan di kulkas sudah habis"
"hh.. ya sudahlah" Reyna lantas melahap dengan cepat nasi goreng yang ada didepannya.
"kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Reyna yang baru sadar ternyata sejak tadi Melati masih duduk dan menatap lekat ke arahnya
"tidak papa, aku hanya heran saja, ternyata kau itu makannya banyak juga"
"apa maksutmu?"
"makanan buatanku terlalu enak ya?"
"siapa bilang? kau itu terlalu PD"
"tentu saja aku sangat PD, buktinya? kau menghabiskan makanan itu tanpa sisa"
"apasih? gak mutu banget deh!" Reyna meninggalkan meja makan masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Melati, ia pun ikut masuk ke dalam kamarnya. Namun saat ia belum melangkahkan kakinya, tiba tiba saja suara ketukan pintu kembali terdengar.
Siapa lagi yang datang bertamu tengah malam begini?
Melati segera membukakan pintu. Dan alangkah terkejutnya ia saat melihat siapa yang saat ini ada diluar pintu tersebut.
"mas Reyhan?"
"sayang.. kenapa kau malah bengong di tengah pintu? ayo masuk"
Reyhan segera merangkul sang istri ke dalam dan tak lupa mengunci pintu kembali.
"mas.. kenapa mas pulang?"
"kenapa memangnya kalau aku pulang? bukankah kau suka kalau aku di rumah?"
"iya sih mas.. tapi kan tadi? bukankah mas bilang mau menginap di rumah ibu? kalau mas pulang, lalu ibu dirumah dengan siapa?"
"tenanglah sayang, tadi kebetulan Hanna dan suaminya datang dan katanya mereka akan menginap hingga beberapa hari disana. Jadi dari pada aku bengong sendiri di dalam kamar sana, mending aku pulang dan tidur nyaman memeluk istriku, ya kan?" ucap Reyhan sembari memeluk Melati dari belakang dan mengecup ceruk leher putih istrinya
"ih.. mas.. geli tau"
Reyhan tak menghiraukan ucapan Melati, ia malah asik melanjutkan aksinya di ruang tengah hingga aksinya tersebut terhenti saat ada sebuah suara deheman yang terdengar dari belakang
"Reyna? kamu disini? tanya Reyhan sembari membenarkan piyama Melati yang sembat terbuka kancing atasnya
"ya, dan kalau saja aku tau papa akan pulang malam ini, aku tak akan menginap disini dan melihat aksi menggelikan barusan" gerutu Reyna sembari berlalu
Disaat Melati masih tersipu malu dengan wajah meronanya, Reyhan justru tak mengambil pusing ucapan putrinya. Ia malah membopong tubuh kecil Melati ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam kamar mereka
Karena melihat sang putra kecil masih asik terlelap dalam mimpinya, Reyhan pun lantas membuka semua baju yang ia kenakan tanpa menyisakan sehelai benangpun.
"mas.. kenapa mas malah membuka semua baju yang mas pakai?"
"sayang.. kenapa kau masih bertanya? harusnya kau itu juga ikut memvuka semua bajumu"
"untuk apa?"
"tentu saja untuk memulai olahraga malam kita"
"sayang.. tapi ini sudah terlalu larut, apap kau tak lelah?"
"tak ada kata lelah untuk hal ini. Justru lelahku akan berkurang saat kita selesai melakukannya"
"masak sih?"
"ayolah sayang.. apa kau tak kasihan pada teranodonku? sudah hampir tiga minggu loh gak masuk ke sarangnya"
"tiga minggu? benarkah?"
"sayang.. jangan berpura pura lupa. Aku sangat tau bahwa kau pun juga menginginkannya bukan?"
Melati hanya menunduk malu. Karena benar saja, sebagai seorang wanita yang masih berusia muda, tentu gairah bercinta Melati masih begitu besar. Dan jujur saja, saat ini dirinya sangat menginginkan sentuhan suaminya kembali.
Melihat Melati yang tak menunduk, Reyhan pun langsung melancarkan aksinya. Ia langsung membawa tubuh Melati ke atas ranjang yang berbeda dari ranjang yang di tempati putranya.
Karena Reyhan sengaja memberi dua ranjang di dalam kamar besarnya agar saat melakukan aktifitas berkuda, pergerakan liarnya tak mengganggu tidur putra kecilnya.
Dan akhirnya, satu malam panas kembali mereka lalui setelah beberapa minggu absen dari kata bercumbu dan bercinta.
"sayang..." lirih Reyhan
"ya"
"boleh aku tanya sesuatu?"
"apa mas?"
"mm..."
"kenapa mas tampak ragu? berbicaralah"
"tapi janji jangan marah ya?"
"iya.. memangnya mas mau tanya apa?"
"bolehkah ibu tinggal disini bersama kita?" tanya Reyhan dengan nada suara super lirih dan hati hati
Deg
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments