“Apapun yang akan terjadi dalam ruangan itu, jangan pernah menyebut namaku, okay?” Maria terlihat mencoba untuk menahan tawanya saat melihat Zoey yang terduduk lemas di kursinya.
“Kamu…” Zoey melihat ke arah Maria dengan tatapan kosong. “Mungkin aku akan dipecat dan yang kamu pedulikan hanya dirimu saja?!” tiba-tiba air mata keluar dari mata Zoey.
“Kamu tidak perlu menangis seperti itu, aku yakin kamu akan segera mendapatkan pekerjaan baru lagi.” Maria mengelus-elus punggung Zoey dan mencoba untuk menyemangatinya.
“Jika aku dipecat dari perusahaan ini, aku tidak akan melihat wajahnya yang luar biasa itu lagi!” Zoey menutup wajahnya dengan tangannya sambil menangis tersedu-sedu.
Maria melihat sahabatnya itu seakan tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan. “Kamu… lebih baik dipecat saja.” Maria melihat ke Zoey dengan tatapan jijik.
Maria kemudian kembali melihat ke komputernya dan mengerjakan pekerjaannya, ia sudah tidak peduli jika sahabatnya itu dipecat.
Beberapa saat kemudian Maria akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan jarum jam sudah menunjukkan waktu pulang, ia segera memasukkan barang-barangnya ke tasnya dengan cepat. “Sampai jumpa.” Maria langsung pergi dari sana dengan sangat cepat.
“Maria… sejak kapan kamu menjadi orang yang kejam seperti ini?” Gumam Zoey dengan sangat putus asa saat melihat Maria sudah berada dalam lift dan mengacungkan jempolnya kepada Zoey.
Saat Maria menghilang dari pandangannya, Zoey kembali melihat kekomputernya dan melihat masih banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan. “Apa gunanya menyelesaikan semua pekerjaan ini kalau aku akan dipecat?” Zoey tampak sudah tidak peduli dengan pekerjaannya lagi.
“Lebih baik aku segera ke ruangannya sekarang.” Zoey bangun dari tempat duduknya dan saat ia melihat ke sekitarnya, sudah tidak ada satupun orang disana.
“Gawat.” Zoey segera berjalan menuju lift dan pergi ke lantai tujuh yang merupakan ruangan Adriel. “Saat pulang aku harus segera mencari pekerjaan lain…” Zoey sedikit sedih karena harus berpisah dengan perusahaan yang susah payah dimasukinya ini.
Pintu lift terbuka dan Zoey segera berjalan keluar dari lift itu dan berjalan ke meja resepsionis berada. “Kenapa semua orang sangat cepat pulang?!” Zoey terlihat sedikit cemas saat melihat meja resepsionis itu yang sudah tidak ada orang lagi. Kemudian Zoey melihat ke arah pintu yang tak jauh darinya.
“Aku tidak punya pilihan lain lagi bukan?” Zoey menelan air ludah saat melihat pintu itu, ia langsung menuju pintu itu dan mengetuk beberapa kali dan membuka pintu tersebut.
Saat Zoey membuka pintu itu, ia melihat Adriel yang sedang tertidur di kursi tempat meja kerjanya. Zoey segera masuk ke dalam dan menutup pintunya dengan perlahan. Setelah selesai menutup pintunya, ia perlahan melihat ke arah Adriel dengan ragu-ragu, kemudian dengan suara yang pelan ia mencoba untuk memanggil Adriel. “Mr. Wilder…”
Tidak ada jawaban sama sekali dari Adriel saat Zoey memanggilnya. “Zoey Everleigh tidak jadi dipecat oleh Mr. Wilder, karena ia tertidur saat memanggilnya ke ruangannya. Bisakah aku menyimpulkannya seperti itu?” Zoey terlihat bangga dengan pemikirannya sendiri.
“Tapi dilihat dari sudut pandang manapun, bagaimana seseorang bisa tidur dengan indah seperti itu?!” Teriak Zoey dalam hatinya yang melihat Adriel dengan seksama.
“Kurasa… jika aku melihat wajahnya dari dekat sekali saja tidak apa-apa bukan, lagipula dia tidak akan mengingatnya…” Sebuah dorongan yang kuat mengalahkan akal sehatnya dan ia berjalan perlahan mendekati Adriel.
Zoey menjinjitkan kakinya untuk melihat wajah Adriel dari atas. “Luar biasa! Sekarang tidak ada penyesalan lagi jika aku dipecat dari perusahaan ini!” Tanpa sadar Zoey terus melihati wajah Adriel selama beberapa saat.
Adriel tiba-tiba perlahan membuka matanya. Zoey yang melihat itu menjadi sangat panik dan saat ia mau menarik kepalanya kembali, kakinya tiba-tiba kehilangan kekuatan dan membuat bibir Zoey dan Adriel bersentuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments