Suara burung hantu terdengar mengerikan di telinga Jasmine. Sinkron dengan keadaan dirinya yang terlihat amat mengenaskan.
Di sebuah ruangan--boleh disebut ... kamar, yang sebenarnya lebih pantas dijuluki gudang antah berantah daripada tempat manusia melepas penat.
Ragam tumpukan barang bekas berserak di sekitarnya, menciptakan aroma pengap yang menyiksa. Bohlam kuning berdaya lima watt, tergantung asal di atas kepala Jasmine, mendukung perasaan suram yang menyelimuti diri wanita muda itu.
Di alas sehelai kasur yang busanya nyaris sejajar lantai, ditempati Jasmine dengan posisi meringkuk kedinginan.
Tidak! Itu jelas bukan kedinginan karena sergapan udara malam, melainkan ketakutan yang menerjang kejam, hingga membuat tubuhnya gemetaran tak terkendali.
Ia terkurung!
Air matanya tak henti mengalir, mencetak basahan di sekitaran bantal yang menyangga kepalanya.
Hatinya tak henti menghujat nasib. Sebagai wanita dan tentu saja manusia biasa, Jasmine sungguh tak bisa menerima ketidakadilan ini.
Sesaat sebelumnya, sosok pria ber-hoodie yang ia temui di jalan menuju pulang ke kostannya beberapa jam lalu, pria yang terlibat dalam kekejaman penganiayaan yang terpaksa ditangkap mata kepalanya, telah merenggut yang berharga dalam diri Jasmine.
Pria-pria itu menyeretnya setelah keluar dari dalam mobil yang terhenti di halaman sebuah bangunan terpencil--entah di mana.
Perasaan ngeri Jasmine semakin meradang saat itu, ketika dilihatnya beberapa pria lain menyambut di depan pintu, melakukan gerak merunduk seolah memberi hormat pada ketiga pria yang baru saja keluar dari dalam mobil yang membawanya tersebut.
Jasmin tak bisa berontak sedikit pun. Tangannya dicekal kuat dua pria--selain dari pria ber-hoodie yang berjalan santai di depannya. Diperparah dengan mulutnya yang terbalut lakban. Ia diseret memasuki bangunan itu.
Selanjutnya setelah berada di dalam, ia dipindahtangankan secara kasar oleh dua pria pencekal pada si pria ber-hoodie. Lantas dengan tanpa ragu-ragu dan malah terkesan kejam, pria itu menghempasnya ke dalam sebuah kamar yang tak bukan adalah kamar yang kini Jasmine tempati dalam kerapuhan.
Setelah mengunci slot di pintu itu, si pria ber-hoodie melanjutkannya dengan membuka helai demi helai pakaiannya, hingga hanya menyisakan bawahan celana panjangnya yang terdapat sedikit percikan darah di bagian lutut. Itu pasti darah milik orang yang telah disiksanya, pikir Jasmine ngeri.
Jasmine bahkan tak berani menatap wajah pria itu. Katakutannya bertambah menjadi kengerian yang luar biasa. Teriakannya seolah dianggap nyanyian malam.
"Teriak saja sepuasmu." Pria itu menyeringai seraya terus berjalan pelan bertelanjang dada mendekati Jasmine yang dengan konyolnya menggedor-gedor pintu meminta dibukakan.
Siapa pula yang akan mengabulkan? Ketika yang ada di hadapannya ternyata adalah pemimpin dari para pria yang berada di luar sana.
Ironi!
"Mungkin cuma kunang-kunang yang akan mendengar suaramu," lanjut pria itu lagi. Telapak tangannya mulai bergerak membelai pipi basah Jasmine.
"Jangan, aku mohooonn." Jasmine menggeleng-gelengkan kepala dengan suara lemah dalam isak ketakutan. Tubuhnya telah turun memeluk lututnya sendiri. "Lepasin aku ...."
"Semua pasti menyenangkan kalau kamu mau bekerja sama," tutur pria yang tak lagi berhoodie itu. Posisinya telah ia sejajarkan dengan Jasmine--berjongkok. "Kamu manis." Suara beratnya. Kepalanya telah berada tepat di tengkuk polos Jasmine, karena gadis itu mengikat tinggi rambutnya membentuk kuciran kuda. "Juga wangi."
"Nggak ... jangan ... tolong lepasin akuuu ...." Jasmine mulai meraung. "Aku janji gak bakal bilang siapa pun apalagi polisi soal yang kalian lakuin." Gadis itu mencoba bernego.
Namun sepertinya ....
"NGGAAAAAKKKK!!!" teriakan Jasmine membahana, disusul tawa cekakan para pria di luar ruangan.
Semua sia-sia saja, hanya sekali sergap, pria itu telah memulai aksinya. Mengoyak dan menghancurkan mahkota kehormatan Jasmine tanpa perasaan. Beberapa lama, hingga terpuaskan segala hasratnya.
Bejatnya, setelah puas menuntaskan aksi, pria itu meninggalkan dan mengurungnya layaknya binatang peliharaan.
Namun seulas yang diingat Jasmine ....
Selain tubuh tinggi, pria laknad itu memiliki warna mata coklat keemasan, berambut pirang, juga memiliki rahang tegas yang sempurna.
Dari penggambaran visual semacam itu, Jasmine tahu betul, bahwa pria itu ... bukanlah berasal dari negara ini.
Dia jelas seorang bule. Bule biadab!
Setelah puas bergelung dalam ratapan kesakitan, dengan perlahan Jasmine berusaha mengangkat tubuhnya yang tak terbalut sehelai benang pun untuk terduduk. Mata bengkak memerah karena tangisnya tak kunjung mau berhenti.
Setelah berhasil menetralkan kepalanya yang terasa merayang berputar-putar, telapak tangan Jasmine terjulur gemetar meraih pakaiannya yang tercecer di dua sudut berbeda di ruangan sesak itu, lalu mengenakannya dengan susah payah.
Bagian selangkangannya terasa nyeri untuk ia bawa berdiri tegak. Namun tetap dipaksakannya walau dengan wajah meringis-ringis. Ia harus keluar dari tempat mengerikan itu sesegera mungkin.
Tapi bagaimana caranya?
Mata Jasmine mulai mengedar mengamati seisi ruangan. Tak ada yang bisa diharapkan. Hanya barang-barang lapuk yang jelas tak lagi digunakan pemiliknya. Ia mendesah putus asa.
Sampai matanya menangkap sebuah bingkai kayu lebar terhalang tumpukan kardus di satu sisi. Dan itu mungkin ... sebuah jendela!
Mata Jasmine berbinar seketika. Ia mulai melangkah mendekati sejurus harapannya.
Dan ....
....
....
....
....
"Hey! Wanita itu tidak ada!!" Salah seorang pria yang ditugaskan menjaga Jasmine berteriak terkejut, setelah mendapati ruangan pengap itu telah kosong.
Satu lainnya datang tergopoh. Wajahnya sama terkejut, namun belum mengatakan apa-apa, setelah akhirnya matanya menangkap daun jendela yang sedikit berkibar ditiup angin di belakang tumpukan kardus. "Dia kabur lewat sana."
"Gimana, nih? Mana si Bos udah balik!" keluhnya kebingungan.
Rekan di sebelahnya membeliak sebal. "Ya, dikejarlah, Bodoh!"
Dengan langkah berat dipaksakan, Jasmine terus menyusur jalanan sepi itu tanpa henti. Semakin jauh dan jauh. Sesekali wajahnya menengok ke belakang, cemas pria itu akan berhasil mengejar dan menyusulnya.
Dan longokan wajahnya berikutnya, membuat Jasmine ketar-ketir setengah mati.
Benar saja!
Dari kejauhan sana, ia mulai melihat dua orang pria berlarian seraya melongok kiri dan kanan, terlihat jelas mereka tengah mencari sesuatu. Dan Jasmine menerka tepat! Pasti ia yang mereka cari!
Kelabakan, Jasmine menengok sana-sini, mencari tempat untuk sembunyi. Tak ada apa pun! Pintu-pintu kedai bambu sederhana di sekitarnya bahkan telah tertutup. Jika ia sembunyi di belakangnya, mereka pasti berhasil menemukan dan menangkapnya.
Tidak!
Sampai jatuhlah pandangannya pada sebuah mobil bak beberapa meter di ujung belokan di depan sana. Ia melihat si pengemudi tengah asyik mengeluarkan isi kandung kemihnya di bawah pohon kecil.
Tak menunggu apa pun, Jasmin langsung melangkah cepat mendekati mobil yang mengangkut beberapa jenis sayuran itu lalu menaikinya. Ia merunduk ketakutan setelah tubuhnya mendarat di atas badan mobil itu. Hatinya berharap, semoga mobil cepat melaju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Emak Femes
Mak
kenapa lo kasih bawangnya kebanyakan mak 🤧🤧
2023-05-07
0
🌺💐H@5#🌺💐
masih nyimak😊 n penasaran 🤔 kesan pertama ngenes bingitt hidup Jasmine
semoga si bule kena kutukan matirasa biar tau rasa dia 😕
2023-05-06
2
Machan
buleeeepotan
2023-05-06
0