Taktik Ibu

Euis sedang duduk di dapur memandangi Ibu yang sedang memasak.

Apa iya perempuan yang di lahir kan di dunia ini hanya untuk berakhir di dapur tanpa punya fungsi apapun?

Padahal sedari kecil Ibu-lah yang banyak mengajarkan Euis ketimbang Bapak.

Euis masih Ingat, Ibulah yang mengajarkan Euis baca waktu Euis berumur lima tahun.

Setiap hari Ibu tanpa lelah mengajari Euis sampai akhirnya Euis bisa membaca dengan baik.

Sedangkan Bapak, sampai detik ini Euis tidak pernah di ajarkan apapun oleh Bapaknya.

Semua kecerdasan dsn pengetahuan yang Ia miliki bersumber dari Ibu dan guru-gurunya.

Tapi mengapa Ibu tidak marah ketika Bapak bilang peran perempuan hanya ada di dapur? Padahal Ibu sudah melakukan banyak hal untuk keluarga ini.

Tanpa peran Ibu pasti usaha ternak ayam Bapak tidak akan sebesar ini.

Ibulah yang menyarankan Bapak bagaikan cara mendistribusikan hasil ternak kami.

Ibu yang mengantarkan Bapak pergi ke beberapa pasar tersekat dan menawarkan hasil ternaknya.

Tidak sampai satu tahun usaha Bapak yang tadinya hanya sekala kecil saja, kini sudah menjadi lebih besar dan mulai banyak pelanggan.

Bapak bahkan sudah memiliki beberapa mobil bak terbuka yang membantu untuk membawa pesanan ayam kepada para pedagang.

Namun tetap saja walaupun banyak peran Ibu di sana, tapi Bapak-lah yang mendapatkan banyak sanjungan karena usahanya yang semakin maju.

" Ibu..apa Ibu setuju dengan ucapan Bapak kalo perempuan nggak usah bersekolah tinggi-tinggi "

Euis bertanya pada Ibu yang sedang membuat sambal goreng ati.

" Euis masih kesel sama Bapak ya karena nggak di izinkan melanjutkan sekolah? "

Ibu memandang lembut kepada Euis yang terlihat sedang kesal.

" Iya Bu, Euis suka sekali sekolah, nilai Euis paling tinggi si banding temen-temen yang lain " Ujar Euis terlihat bersemangat.

" Memang Euis sudah punya cita-cita? " Tanya Ibu masih dengan suara yang lembut.

" Ada Bu, Euis ingin menjadi dokter yang bisa menolong banyak orang "

" Pinter anak Ibu punya cita-cita yang sangat mulia, Ibu bangga sekali dengan Euis "

" Tapi percuma saja Bu, Euis nggak akan bisa jadi dokter " Sambil berjongkok Euis memandang lantai yang masih berbentuk semen.

" Memang kalau Euis diperbolehkan sama Bapak untuk bersekolah tinggi, Euis bisa mengejar cita-cita Euis? "

" Bisa, Euis pasti bisa menjadi dokter " Mata Euis memancarkan sebuah tekad.

Ibu tersenyum melihat anak perempuannya itu. Ia bahkan baru berumur tiga belas tahun, darimana Ia mendapatkan kedewasaan itu?

" Ya sudah kalo begitu Ibu doain Euis semoga Euis bisa bersekolah tinggi, semoga Bapak di lembutkan hatinya dan memperbolehkan Euis untuk melanjutkan sekolah "

" Tapi kayanya Bapak nggak akan mengizinkan Euis Bu " Euis masih pesimis walaupun Ibu sudah menyemangatinya.

" Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini, kalo kita manusia nggak bisa menggerakan hati sesama manusia, berarti kita harus minta bantuan sama Allah "

Euis memandangi wajah Ibunya yang sedang menatap dirinya.

" Mulai sekarang Euis harus rajin shalat, ngaji dan berdoa. Ibu yakin sekali jika Bapak akan mengizinkan Euis sekolah "

Berbekal dari ucapan Ibu, Euis semakin rajin dalam beribadah.

Euis percaya dengan semua ucapan Ibunya.

Di lain tempat, Ibu sedang bertamu ke rumah Bapak Kepala Sekolahnya Euis.

Ibu di suguhkan teh manis hangat dan beberapa kue.

" Diminum dulu tehnya Is, sebentar lagi Mas Yunus juga pulang " Ujar istri dari Pak Yunus Kepala Sekolah Euis.

" Iya Nur makasih banyak, aku jadi nggak enak datang menggangu "

" Ah enggak menganggu, kita kan kawan lama is, kamu apa kabar? "

Bu Nur adalah teman SMP Iis Ibunya Euis, mereka dulu sering bermain bersama namun semenjak Iis menikah mereka sudah jarang bertemu.

Belum sempat Iis menjawab pertanyaan Nur, Pak Yunus sudah datang.

" Assalamualaikum " Pak Yunus datang dengan membawa tas jinjing di tangan kanannya.

Ia tidak menduga kedatangan Ibunya Euis kerumahnya.

" Waalaikumsalam " Jawab Iis dan Nur berbarengan.

" Eh lagi ada tamu " Pak Yunus langsung menyalami Iis kemudian duduk di sebelah istrinya.

" Ini Pak, Iis ada yang mau dibicarakan sama Bapak tentang anaknya Euis yang sekolah di sekolah Bapak "

" Oh iya bapak tahu Euis, pinter Anaknya itu mah ada apa dengan Euis? "

" Saya mau minta tolong Pak Yunus, Euis mau melanjutkan sekolahnya tapi suami saya tidak setuju dengan kemauan Euis "

Pak Yunus terlihat mengerutkan dahi "Kenapa nggak setuju?"

" Suami saya masih punya pandangan kolot tentang pendidikan, menurutnya perempuan tidak perlu bersekolah tinggi karena nanti juga ujung-ujungnya akan di dapur "

" Sayang sekali punya pemikiran seperti itu, padahal Euis sangat menonjol di bidang Akademis "

" Oleh karena itu saya ingin minta tolong sekali sama Bapak untuk bantu berbicara dengan suami saya. Karena kalau saya tidak salah sekarang program pemerintah adalah wajib belajar 12 tahun "

" Betul semua anak diwajibkan untuk sekolah selama 12 tahun yaitu sampai lulus SMA "

" Nah Saya mau minta tolong Bapak untuk berbicara dengan suami saya agar ia bisa mengizinkan Euis untuk sekolah setidaknya sampai SMA "

" Baik besok sore Saya akan datang ke rumah ibu dengan membawa form pendaftaran SMP, karena pasti Euis belum mengisi form tersebut"

Iis merasa lega karena Pak Yunus bersedia untuk berbicara dengan suaminya.

" Terima kasih banyak ya pak, Maaf sekali Jika saya harus merepotkan bapak untuk masalah keluarga saya "

" Tidak usah sungkan ibu Saya senang jika Euis bisa bersekolah tinggi karena ia memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata anak seusianya "

" Ih papa dari tadi manggilnya Ibu terus, Iis kan teman sekolah saya dulu sudah lupa ya? "

Pak Yunus membetulkan posisi kacamatanya dan melihat ke arah Iis lebih dekat.

Iya baru ingat bahwa Iis adalah teman sekolah istrinya dan bahkan saat mereka menikah Iis menjadi salah seorang pagar ayu di acara pernikahan mereka.

" Ya Allah saya lupa " Pak Yunus menepuk jidatnya dan tertawa.

Iis sangat senang dengan pertemuan hari ini, di samping mereka seperti reuni, juga permasalahan dengan suaminya bisa diselesaikan dengan bantuan Pak Yunus.

Keesokan harinya, saat bapaknya Euis sedang mengontrol ternak mereka, Ia dipanggil oleh salah satu pegawainya karena ada tamu yang ingin bertemu dengannya

Bapak langsung bergegas menuju ke rumah dan di dalam rumah sudah ada Bapak Kepala Sekolahnya Euis.

Bapak langsung menyapa bapak kepala sekolah yang sedang mengobrol dengan istrinya.

Sesuai dengan permintaan Iis, Pak Yunus datang dengan membawa form pendaftaran SMP.

Pak Yunus menerangkan bahwa ada program pemerintah wajib belajar 12 tahun yang harus diikuti oleh semua kalangan masyarakat.

Mendengar itu semua membuat Bapak tidak mempunyai pilihan selain mengizinkan untuk melanjutkan sekolahnya sampai dengan SMA.

Euis yang mendengar percakapan Bapak dengan Bapak kepala sekolah dari dalam kamar, merasa senang karena akhirnya Bapak mengizinkan Euis untuk melanjutkan sekolahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!