Menentukan Pilihan

Kini Celine sudah berada di dalam mobil Pandu, sudah lima menit Celine hanya diam tanpa biacara. Begitu banyak yang terlintas di kepalanya, terutama ia memikirkan tentang sang Ayah yang begitu tega sehingga menjadikan nasibnya seperti ini. Hatinya sangat sakit jika mengingat itu. Dulu baginya Ayah adalah super hero. Kala Ibu memarahinya karena sesuatu kesalahan yang ia perbuat, Ayah selalu membelanya. Tak peduli seberapa besar kesalahan yang ia lakukan, Ayah selalu mengatakan "Udah, nggak apa-apa, Nak."

"Cel ... "

"Cel ... "

"Ngelamun lo?" Pandu menggerakkan tangannya tepat dihadapan Celine. "Apa? kenapa Pan?"

"Lo mikirin apa?" pandangan Pandu masih lurus ke depan. "Hem... nggak apa-apa Pan."

***

Disinilah mereka sekarang, di sebuah Cafe milik Abang dari teman kampus Pandu yang kebetulan sedang mencari karyawan baru dengan posisi sebagai pelayan. Dan betapa bahagianya Celine saat manajer Cafe tersebut langsung menerimanya. Bekerja paruh waktu, dari siang hingga pukul delapan malam. Namun Celine sepertinya belum puas karena hanya mendapat satu pekerjaan. Jika bisa lebih mengapa tidak? terlebih satu bulan lagi adalah masa dimana ia harus membayar uang kuliahnya.

"Kamu udah ngerti kan yang saya maksud? apa saja yang udah jadi bagian dari pekerjaan kamu." tanya Bima si menejer cafe tersebut.

"Sudah Pak," jawabnya sambil menunduk.

"Baiklah kamu bisa langsung bekerja hari ini."

--------------------

"Udah Pan, lo balik aja sana." Celine sudah mengenakan apron, ia menghampiri Pandu yang sedari tadi menunggunya saat ia sedang di interview oleh Bima. Celine sedikit gugup karena ini adalah pengalaman pertamanya.

"Nggak, gue mau disini dulu, biar gue yang jadi tamu pertama yang lo layani," Sudah ia duga pasti akan seperti ini, dan Pandu pasti berniat untuk mengawasinya.

"Silahkan Pak," ucap Celine sambil menyerahkan selembar menu kehadapan Pandu.

"Senyum dong, kalo tampang lo kayak gitu bisa-bisa pelanggan kabur."

"Iya, ini udah." menampilkan senyum terpaksa.

Pandu memang luar biasa, entah posesif atau benar-benar ingin menjadi sahabat yang setia bagi Celine. Ia benar-benar menunggu Celine hingga gadis itu selesai bekerja. Sesekali ia fokus dengan laptopnya sambil mengerjakan proposal tugas akhirnya.

"Yuk kita balik," Celine sudah berdiri dihadapannya, jam delapan lewat sepuluh menit. "Lo betah banget sih disini?" Pandu tak peduli dengan pertanyaan Celine. Ia sibuk membereskan mejanya, memasukkan kembali buku dan laptopnya ke dalam tas.

-------------------------

Tiga minggu sudah Celine kabur dari rumah, nyatanya ia benar-benar tidak di cari oleh keluarganya. Sakit hatinya, sangat sakit mengingat rasanya seperti benar-benar sudah di buang oleh Ayahnya. Tapi disatu sisi Celine merasa aman, karena terhindar dari perjodohan siala*n itu. Dan selama hampir tiga minggu juga ia bekerja sebagai pelayan Cafe, ia masih tetap mencari-cari pekerjaan lain, karena menurutnya upah yang ia terima saat ini masih belum cukup untuk memenuhi biaya kuliahnya.

Entah apa yang ada dipikirannya, tiba-tiba saja ia ingin mencari pekerjaan malam di bar. Menurutnya, semua akan baik-baik saja asalkan ia bisa menjaga dirinya dan tidak terpengaruh oleh lingkungan disekitar. Toh tujuannya hanyalah untuk bekerja dan menghasilkan uang, meski harus menjadi pelayan di sebuah bar.

Tentu saja keputusan itu ia ambil tanpa seorang pun yang tahu. Terlebih Pandu, jika lelaki itu tahu akan hal ini, sudah bisa dipastikan ia akan menentang keras tindakan Celine dan responnya akan berlebihan.

Malam ini, Pandu mengantarnya pulang ke kos, setelah lelaki itu benar-benar pergi, ia langsung memesan taksi untuk pergi ke salah satu Bar terbesar di kota ini, berdasarkan informasi yang ia dapat, sedang membutuhkan pekerja baru. Dan sudah pasti jam kerjanya sangat pas untuk Celine, dan jam sembilan malam hingga jam tiga dini hari.

Tiba disana, ia takut-takut untuk masuk. Karena seumur hidupnya ia tak pernah melakukan hal ini. Meski ada beberapa teman kampusnya yang mengajak untuk mencoba-coba masuk ke dunia malam seperti ini, tapi ia selalu menolak. Celine menunduk sesekali mengedarkan pandangannya untuk bertemu orang yang ia tuju, yaitu pengelola Bar ini.

Banyak pasang mata lelaki yang melihatnya dengan tatapan nakal. Ia tak peduli akan hal itu, ia sudah menyiapkan mental untuk resiko seperti ini, dan mulai memasang sikap 'bodo amat'. Celine masih celingak-celinguk mencari sosok lelaki bernama Erick, satu tangannya memegang ponsel untuk menyamakan foto profil yang ia lihat dengan cowok-cowok yang berada disana.

Pandangan Celine tertuju pada lelaki yang sedang berdiri dan melambaikan tangan padanya, ia paham dan segera menghampiri lelaki yang tak lain adalah Erick. "Maaf Kak, saya lama." ujar Celine, masih menunduk.

"Lo yakin mau kerja disini?" tanya Erick, ia meraih dagu Celine untuk mengangkat kepala.

"Hei, kayaknya lo nggak cocok disini." Ucap lelaki itu setelah mereka berdua saling tatap. "Tapi saya butuh kerjaan ini."

"Gue nggak masalah, tapi... lo harus siap kalau sering digoda-goda sama cowok disini, lo aja nggak berani jalan sambil ngangkat kepala." Erick menaikkan satu alisnya, meyakinkan gadis itu sekali lagi.

"Nggak masalah Kak." Celine menelan salivanya, dengan perasaan gugup dan takut.

"Oke, lo mulai kerja malam ini. Tapi please gelagat lo jangan kayak gitu, paling nggak kalo ada yang senyumin lo harus balas senyum oke?" Erick menjelaskan, Celine mengangguk cepat, jika hanya sekedar senyum itu tak masalah. Bukankah kita harus saling bersikap ramah?

"Sekarang saya mulai dari mana Kak?" Tanya Celine hati-hati.

"Lo liat tuh cewek yang lagi ngelap meja, lo samperin dia, lo tanya kira-kira dia butuh bantuan apa, kalo dia rada judes, lo maklumin aja ya. Dan satu lagi, disini nggak boleh gampang baper." Lagi-lagi Celine mengangguk mengerti, nggak boleh baper Cel, nggak boleh cengeng.

Celine berjalan menuju arah yang dimaksud oleh Erick, kemudian menyapa seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya. "Hai,"

"Lo orang baru itu ya?"

"Iya, kenalin gue Celine." Celine menyodorkan tangannya, kemudian wanita itu meremaas apron yang ia kenakan, sebelum menyambut tangan Celine. "Gue Eva." mereka pun berjabat tangan.

"Ada yang bisa gue bantu?"

"Itu, lo antar pesanan ke meja sudut sana tuh, meja enam belas."

"Oke,"

"Sebentar, lo pake dulu nih." menyerahkan satu apron pada celine, ia pun segera mengenakannya.

Celine berjalan membawa sebuah nampan berisikan dua botol minuman dan dua buah gelas, ia mencoba mengangkat kepalanya, menatap lurus pada meja yang ia tuju.

"Silahkan," ucapnya setelah meletakkan botol dan gelas. Dua lelaki itu tersenyum kepadanya. Celine hanya membalas dengan senyum tipis, ia berbalik ingin kembali tapi salah seroang dari mereka menahan tangannya. "orang baru ya?"

"I-iya." jawabnya gugup, lalu segera menarik tangannya dari genggaman lelaki itu.

"Sombong banget, pegang gitu aja nggak boleh."

"Maaf gue harus kerja lagi." Celine segera pergi menjauh dari mereka, dan kembali mendekati Eva.

Rasanya ingin sekali ia menangis, ternyata seperti ini kehidupan malam. Sejenak ia berpikir apa ia kembali saja kerumah dan bersedia dijodohkan dan menikah dengan laki-laki yang usianya jauh lebih tua darinya. Meski membayangkannya sedikit mengerikan, tapi... mungkin itu lebih baik daripada harus dipegang dan disentuh sama orang-orang berbeda setiap malamnya. Ia harus menentukan pilihannya. Celine benar-benar bimbang sekarang ingin sekali ia mengumpat kata-kata kasar.

Hidup gue gini amat sih?

----------------

Maaf kalau novel ini agak beda dari novel-novel author sebelumnya, nggak tau kenapa pingin bikin cerita yang beda aja kali ini, yang karakter tokohnya agak sedikit bar-bar. Dan jangan kaget nanti kalau ada kalimat-kalimat dan adegan yang agak nyeleneh 😂

Terpopuler

Comments

follow ig @liza2219md

follow ig @liza2219md

ujian hidup cel,sabar ya

2022-03-09

0

🙃😉

🙃😉

bagus kk thor...
lanjut💃💃💖

2022-01-19

0

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

ngapa Lo krj disitu cel??hadehh bahaya😇😇

2022-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Rapuh
2 Mau apa?
3 Sang Penyelamat
4 Menentukan Pilihan
5 Mundur ?
6 Penasaran
7 Perempuan Licik
8 Terungkap
9 Celine Berbeda
10 Basah
11 Panas
12 Tidak Lebih
13 Hantu Cantik
14 Menerima Penawaran
15 Bercanda
16 Cowok Nggak Berguna
17 Oh.. Asin
18 Dua Bulan Kemudian
19 Jalan Yuk?
20 Anak Kecil
21 Labil
22 Emosi
23 Cium Kening
24 Tamu Tak Terduga
25 Hilang Sudah
26 Kekhawatiran
27 Waktu Satu Bulan
28 Datang Lagi
29 Salah Orang
30 Selamat
31 Berhasil Membuka Hati
32 Terimakasih Untuk Semuanya
33 Menyadari Kebodohan
34 Emosi
35 Orang Gila
36 sekedar info bukan up
37 Mimpi Yang Aneh
38 Kangen
39 Penyesalan
40 Terima Atau Tidak?
41 Bidadari
42 Aku dan Kamu
43 Melepas Rindu
44 Curhat
45 Good Luck, Baby!
46 Ray, hebat!
47 Gara-Gara Kamu
48 Kejujuran Ray
49 Kita Percepat Saja
50 Amarah Celine
51 Jadi atau Tidak?
52 Menjadi Suami-Istri
53 Bukan Malam Pertama
54 Mau Tapi Malu
55 Hubby
56 Peluk Sampai Pagi
57 Ketahuan
58 Apalagi Salahku?
59 Dilanjutkan atau Tidak?
60 Suamiku Om-Om
61 Bukan Suami Jahat
62 Aku Tidak Cemburu
63 Dibuang Aja!
64 Bucin
65 Laptop Baru
66 Mencuri Kesempatan
67 Malu Menikmati
68 Tak ada yang tulus
69 Bukan Hantu
70 Kehilangan
71 Celine Menyerah
72 Segampang itu?
73 Cukup Sekali Saja
74 Akan Berakhir
75 Melihat Perjuangannya
76 Amplop Cokelat
77 Berhenti Bercanda
78 Janda dan Duda
79 Bunga
80 Di Kamar Mandi
81 Cuci Mulut
82 Honeymoon
83 Kabar Buruk
84 Hadiah
85 Extra Part 1
86 Extra Part 2 (END)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Rapuh
2
Mau apa?
3
Sang Penyelamat
4
Menentukan Pilihan
5
Mundur ?
6
Penasaran
7
Perempuan Licik
8
Terungkap
9
Celine Berbeda
10
Basah
11
Panas
12
Tidak Lebih
13
Hantu Cantik
14
Menerima Penawaran
15
Bercanda
16
Cowok Nggak Berguna
17
Oh.. Asin
18
Dua Bulan Kemudian
19
Jalan Yuk?
20
Anak Kecil
21
Labil
22
Emosi
23
Cium Kening
24
Tamu Tak Terduga
25
Hilang Sudah
26
Kekhawatiran
27
Waktu Satu Bulan
28
Datang Lagi
29
Salah Orang
30
Selamat
31
Berhasil Membuka Hati
32
Terimakasih Untuk Semuanya
33
Menyadari Kebodohan
34
Emosi
35
Orang Gila
36
sekedar info bukan up
37
Mimpi Yang Aneh
38
Kangen
39
Penyesalan
40
Terima Atau Tidak?
41
Bidadari
42
Aku dan Kamu
43
Melepas Rindu
44
Curhat
45
Good Luck, Baby!
46
Ray, hebat!
47
Gara-Gara Kamu
48
Kejujuran Ray
49
Kita Percepat Saja
50
Amarah Celine
51
Jadi atau Tidak?
52
Menjadi Suami-Istri
53
Bukan Malam Pertama
54
Mau Tapi Malu
55
Hubby
56
Peluk Sampai Pagi
57
Ketahuan
58
Apalagi Salahku?
59
Dilanjutkan atau Tidak?
60
Suamiku Om-Om
61
Bukan Suami Jahat
62
Aku Tidak Cemburu
63
Dibuang Aja!
64
Bucin
65
Laptop Baru
66
Mencuri Kesempatan
67
Malu Menikmati
68
Tak ada yang tulus
69
Bukan Hantu
70
Kehilangan
71
Celine Menyerah
72
Segampang itu?
73
Cukup Sekali Saja
74
Akan Berakhir
75
Melihat Perjuangannya
76
Amplop Cokelat
77
Berhenti Bercanda
78
Janda dan Duda
79
Bunga
80
Di Kamar Mandi
81
Cuci Mulut
82
Honeymoon
83
Kabar Buruk
84
Hadiah
85
Extra Part 1
86
Extra Part 2 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!