Seminggu pertama sudah berlalu. Kami sudah mengenal setiap detail dari sekolah ini. Baik bangunan, tata tertib dan sanksi bagi para pelanggar.
Minggu kedua ini kami akan mulai belajar efektif. Hah, sudah seminggu berlalu tapi aku bahkan hanya bicara sepatah dua kata dengan Tiva. Entahlah. Aku tidak tau kenapa kami begitu sulit untuk saling bicara.
Hari berlalu begitu cepat.
" Vira, kau sudah mau pulang." Vivi menghampiriku.
"Humm, apa kau tidak mau pulang." Aku bertanya balik.
" Tentu saja aku harus pulang sekarang, kau tau aku tidak boleh bepergian tanpa izin." Vivi bicara agak serius.
" Tentu saja Vivi, nanti orang tuamu cemas kalau kau pergi tanpa izin." Aku menggelengkan kepalaku.
"Hehe, becanda Vira, serius banget." Vivi terkekeh.
"Baiklah, terserah kau." Aku menatap Vivi yang paling semangat kalo becanda.
" Dah, aku mau pulang, sampai jumpa esok Vira." Vivi berlari meninggalkanku.
" Hati hati Vivi." Aku melihatnya terlalu semangat.
Aku berjalan santai menuju gerbang sekolah. Dengan menatap sekeliling hingga aku tidak fokus pada jalan yang ku lewat.
FARK..
Aku menabrak seseorang dan kami terjatuh.
"Maaf, aku tidak sengaja." Aku buru buru minta maaf.
" Aduh, sakit, lain kali hati hati yah." Dia merintih.
" Tiva, ah maaf yah aku benar benar gak sengaja." Aku menatap orang yang ku tabrak. Dan ternyata dia adalah Tiva.
" Hummm baiklah, lain kali liat jalan." Dia berdiri dan membersikan seragamnya yang agak berdebu.
"Iya, sekali lagi maaf." Aku merasa tidak enak karena sudah membuatnya jatuh.
"Tidak masalah, aku pergi dulu yah aku buru buru." Tiva tersenyum kecil lalu pergi.
Saat Tiva berlari pergi. Sesuatu jatuh dari dalam tasnya.
"Tiva, ada yang jatuh !" Aku memanggilnya. Tapi sepertinya dia tidak dengar.
"Tiva." Aku memanggilnya.
"Sepertinya dia memang tidak dengar." Aku pergi dan mengambil barangnya yang jatuh.
Ini seperti tanda pengenal. Tanda pengenal bertuliskan namanya dan.
"Audisi pencarian member girlband." Aku membaca tulisan besar di tanda pengenal tersebut.
"Jadi Tiva akan mengikuti audisi ini." Aku mencoba ngira ngira.
"Tapi kapan, bagaimana jika dia buru buru karna audisi ini." Aku mengingat dia terlihat gelisah, dan buru buru.
"Aduh aku tidak tau harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan, aku tidak tau dimana tempat dia audisi, aku tidak tau dimana rumahnya, dan bagaimana aku harus mengembalikan tanda pengenalnya." Aku merasa bingung.
Setelah lama berfikir aku menghampiri pak Wahyu yang juga kebetulan lewat tak jauh dariku.
"Pak, maaf pak saya mau tanya, apakah bapak tau dimana Tiva akan audisi untuk ini." Aku memperlihatkan tanda pengenal tersebut kepada pak Wahyu.
"Wah, bapak kurang tau Vira, tapi setau bapak audisinya besok sore." Pak wahyu menatap tanda pengenal tersebut.
" Sungguh, dan sepertinya ini penting untuknya, tadi jatuh dari tasnya, akan aku kembalikan besok." Aku lega karena audisinya baru berlangsung besok jadi aku bisa mengembalikannya tepat waktu.
" Baiklah, pulanglah." Pak Wahyu tersenyum.
"Baik pak, terima kasih, saya pamit." Aku tersenyum balik dan pulang.
Aku pulang ke rumah dengan rasa penasaran. Sehebat apa sebenarnya Tiva. Dia akan mengikuti audisi girlband. Pasti dia orangnya hebat. Aku tidak boleh kalah dari diri nya. Aku harus bisa bersaing dengan dirinya. Bersaing secara sehat tentunya.
Jika dia bisa kenapa aku tidak ?
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rosee
semangat thoor sukses buat novelnya
2023-05-06
1