Zeeko akhirnya menyetujui usulan Emilia untuk dijodohkan dengan Trisha, putri teman bisnis ayahnya. Setelah berpikir selama beberapa lama, Zeeko membuka hati untuk sebuah hubungan yang baru. Meski hatinya masih belum bisa moveon dari Ellea, mendiang istrinya.
Hari ini Emilia meminta Zeeko untuk menemui Trisha di tempat kerja gadis itu. Emilia menyebutkan satu sekolah menengah atas yang menjadi tempat Trisha mengajar.
Zeeko turun dari mobilnya dan melihat sekeliling. Suasana sekolah sudah mulai sepi karena hari sudah sore. Zeeko berjalan memasuki area sekolah.
Saat bertemu dengan salah satu siswa, Zeeko pun bertanya.
"Maaf, dimana ruangan ibu guru Trisha mengajar?" tanya Zeeko.
"Miss Trisha mengajar di ruang olahraga, Tuan. Ruangannya di sebelah sana. Tuan ikuti saja papan petunjuk yang ada di atas itu!"
Zeeko mengangguk paham. "Baiklah, terima kasih."
Zeeko melanjutkan langkahnya. Ia masih belum 'ngeh' kenapa Trisha mengajar di ruang olahraga.
"Tunggu! Apa dia seorang guru olahraga?" gumam Zeeko menggaruk tengkuknya.
"Hmm, ya mungkin saja. Padahal ayahnya pemilik perusahaan. Tapi kenapa dia hanya menjadi seorang guru di sekolah biasa seperti ini?"
...***...
Tiba di sebuah ruangan yang bertuliskan aula olahraga, Zeeko mulai melangkah masuk. Betapa terkejutnya si duda casanova itu saat tahu jika Trisha adalah seorang guru karate.
Matanya membola ketika melihat Trisha sedang melatih muridnya. Mereka saling berduel dan berteriak.
"Hyaaaa!"
"Haaa?!" Zeeko terperangah. "Yang benar saja! Jadi, mommy menjodohkanku dengan gadis bar-bar seperti dia? Dia bukan guru biasa, dia itu guru karate!"
Zeeko segera meraih ponselnya dan menghubungi Emilia.
"Halo, Zee. Bagaimana? Sudah bertemu dengan Trisha?" tanya Emilia santai di seberang telepon.
"Mom! Mommy sengaja melakukan ini, huh?! Trisha itu seorang guru karate!"
Emilia menahan tawanya. Sebenarnya sejak awal tentunya ia sudah tahu jika Trisha adalah seorang guru karate. Namun untuk mengelabui Zeeko, Emilia terpaksa tidak mengatakan apapun soal profesi Trisha.
"Ya meski guru karate kan tetap seorang guru, Zee. Bagaimana? Kau sudah bertemu dengannya atau belum?"
Zeeko mendengus kesal. "Aku sudah berada di sekolah tempatnya mengajar."
"Baiklah, kalian mengobrol sebentar dulu. Lalu saat makan malam, ajak Trisha ke tempat yang sudah kita sepakati bersama. Kita akan mengadakan makan malam keluarga."
Emilia langsung mematikan sambungan telepon. Ia tak mau mendengar putranya mengomel.
"Bagaimana? Apa Zeeko sudah bertemu dengan Trisha?" tanya Brahm, ayah Zeeko.
"Hahaha, sepertinya Zeeko baru melihatnya dari jauh. Kau tahu, anakmu itu sangat terkejut saat tahu kalau Trisha seorang guru karate." Emilia tergelak karena membayangkan ekspresi putranya yang ketakutan.
Meski bertubuh besar dan kekar, Zeeko adalah anak berhati lembut yang suka bermanja-manja pada Emilia.
"Hahaha, sepertinya putra kita sudah menemukan pawang yang tepat, hahaha." Brahm ikut tergelak bersama Emilia.
...***...
Trisha menyudahi kelasnya hari ini. Ia berterimakasih kepada murid-muridnya. Mereka saling memberi hormat dengan membungkukkan badan.
Trisha beralih menatap seorang pria yang berdiri di depan pintu aula sambil memainkan gawai di tangannya. Dari perawakannya, Trisha tahu siapa pria itu.
"Apa kau yang bernama Tuan Zeeko?"
Suara Trisha membuat Zeeko menoleh. Untuk sejenak Zeeko memindai penampilan gadis yang ada di hadapannya.
Wajah cantik dengan hidung mancung, rambut panjang yang terkuncir rapi ke belakang, dan pastinya kulitnya putih bersih meski kini terbalut jubah karate berwarna putih yang tampak kebesaran di tubuhnya.
"Ehem! Iya benar, aku Zeeko." Zeeko mengulurkan tangannya.
Trisha menyambut uluran tangan Zeeko.
"Trisha Johanson, panggil saja Trish."
Zeeko manggut-manggut. "Apa kelasmu sudah selesai?"
Zeeko berusaha bertanya dengan tetap tenang. Meski dalam hatinya cukup was-was dengan kemampuan tersembunyi yang dimiliki gadis cantik ini.
"Iya, kelasku sudah selesai. Apa bibi Emilia yang menyuruhmu menjemputku?"
"Ah, iya. Mommy memintaku untuk bertemu dan mengobrol denganmu."
Trisha menepuk pundak Zeeko cukup keras. Hingga mengejutkan pria itu.
"Baguslah! Kalau begitu aku akan ganti baju dulu! Kau tunggulah di bangku sana!" Trisha menunjuk sebuah bangku panjang di sudut ruangan.
Zeeko meringis. "I-iya."
Zeeko menghela napas lega. "Astaga! Tenaganya lumayan juga." Zeeko menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Hehe, kurasa aku menemukan lawan yang tangguh kali ini." Zeeko tersenyum seringai membayangkan bagaimana dirinya nanti bergelut diatas ranjang bersama Trisha.
...***...
Trisha dan Zeeko mengobrol santai selama perjalanan menuju resto yang sudah dipesan oleh Emilia. Zeeko bukanlah orang yang sulit diajak bergaul. Dia termasuk pria yang supel dan ramah. Tetapi sikap hangatnya hanya ia tunjukkan ke beberapa orang saja. Tidak termasuk pada wanita malam yang menghangatkan ranjangnya.
"Sejak kapan kau jadi guru karate?"
"Sejak lulus kuliah."
"Kenapa tidak bekerja di perusahaan ayahmu?"
"Oh, come on. Aku tidak suka membahas soal itu. Aku ini berjiwa petualang. Aku tidak akan tahan seharian berada di kantor seperti yang kau lakukan. Itu sangat membosankan!"
Zeeko mencebikkan bibirnya. "Sombong sekali gadis ini!" batinnya.
"Tuan, setiap orang memiliki passion masing-masing. Jadi, jangan samakan aku denganmu, Tuan!"
Zeeko berdecak kesal. "Jangan memanggilku Tuan. Cukup namaku saja."
"Oh, baiklah Zeeko." Trisha tersenyum lebar.
"Jadi, kau setuju dengan perjodohan ini?" Zeeko mulai membicarakan soal perjodohan mereka.
Trisha mengangguk.
"Kenapa? Kau masih muda kenapa ingin menikah?"
Trisha mengedikkan bahunya. "Aku hanya mau saja."
"What?! Jadi, kau hanya main-main saja?"
"Tidak, Zee. Aku setuju menikah. Itu saja! Bagaimana denganmu?"
Zeeko menghela napas.
"Kau tidak suka menikah denganku ya?" Nada bicara Trisha terdengar sedih.
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja... Kau tahu kan siapa aku?"
Trisha mengangguk. "Tahu, tentu aku tahu. Kau seorang casanova dan ya... Kau suka bermain wanita. Lalu apa masalahnya?"
"Masalahnya bagaimana jika aku tidak bisa menghentikan kebiasaanku untuk bermain wanita?"
Pertanyaan Zeeko membuat Trisha terdiam. Sebenarnya ada kekhawatiran itu juga dalam hatinya.
"Tidak masalah!" jawab Trisha tetap tenang.
Zeeko tertawa keras. "Kau yakin?"
"Aku akan mengubahmu, Zee!" tegas Trisha.
Tawa Zeeko makin keras.
"Aku serius! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku dan kau akan meninggalkan kebiasaanmu itu." Trisha bicara dengan berapi-api.
Zeeko menghentikan tawanya. "Iya iya, baiklah gadis kecil. Aku percaya! Tapi, jangan sampai menangis ya kalau cintamu tak berbalas!" Zeeko mengacak pelan rambut Trisha yang tergerai.
"Gadis kecil? Apakah sejak dulu aku ini hanya seorang gadis kecil di matamu? Tak bisakah kau melihatku sebagai wanita?"
Trisha kembali diam. Ia tak ingin berdebat dengan Zeeko. Ingatannya tertuju ke beberapa tahun silam.
Trisha selalu ikut ke jamuan makan malam di acara bisnis ayahnya. Disanalah pertama kali Trisha melihat Zeeko. Pria yang berusia enam tahun diatasnya itu telah membuatnya jatuh cinta.
Meski bisa dibilang itu hanya cinta monyet. Tapi Trisha dengan keceriaannya malah berani menyatakan perasaannya kepada Zeeko. Dan saat itu Zeeko juga membalas dengan kata yang sama.
"Gadis kecil sepertimu tahu apa soal cinta? Sekolah dulu yang rajin, baru bisa bilang cinta." Zeeko malah tertawa dan meninggalkan Trisha begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Radya Arynda
smangaaat trisha, , , muat duda oreo bucin sama kamu sampek klepek2, , , ,
2023-05-05
1