Hufft ....
Rendra lagi dan lagi menarik nafas panjang., tidak ada waktu baginya untuk memikirkan Amira sekarang, karena pekerjaan jauh lebih penting dari pada Amira.
Cuek!
Ya, Rendra sering sekali bersikap tidak acuh kepada Amira, bahkan sering memarahi Amira karena bersikap lebay dan berlebihan kepadanya. Padahal Amira hanya memberikan perhatian kepada Rendra.
"Yes, akhirnya selesai!" ucap Rendra dengan senyum semeringah yang tergambar jelas di wajahnya.
Bahan persentasi untuk besok akhirnya selesai ia kerjakan.
Besok adalah hari yang sangat penting bagi Rendra karena ia lagi dan lagi dipercaya oleh atasannya untuk memimpin rapat bersama para investor yang akan menanamkan modal di perusahaan fashion yang saat ini berkembang sangat pesat berkat usaha dan kegigihannya beberapa bulan terakhir.
'Sepertinya aku tidur di kantor saja,'ucap Rendra di dalam hati.
Rasa capek yang teramat sangat membuat Rendra malas untuk pulang ke rumah kontrakannya, apalagi di rumah itu tidak ada siapa-siapa, karena ibunya berada di rumah sakit untuk menemani ayahnya.
Ya, Rendra memang sering tidur di kantor jika pekerjaannya selesai dini hari.
Rumah, tempat yang dulu nyaman baginya sekarang sudah tidak berarti apa-apa sama sekali, hanya tempat untuk berganti pakaian saja.
'Amira,' Rendra memikirkan gadis itu di dalam hati.
Ia sangat tahu, kalau gadis itu adalah gadis keras kepala, ia tidak akan tidur sebelum mendengarkan kabar dari Rendra. Namun, hari ini Rendra merasa malas untuk mengabarkan Amira, sikap kekanak-kanakkan gadis itu membuat Rendra muak dan bosan.
Rendra mematikan poselnya kemudian membanting ponsel itu jauh-jauh darinya, karena untuk sesaat ia hanya ingin tidur terlelap tanpa ada gangguan dari siapapun termasuk Amira.
Bagi Rendra, istirahat sekitar 2-3 jam sehari itu sudah lebih dari cukup untuknya, jadi ia tidak ingin ada seorangpun yang mengganggu waktu istirahatnya.
"Lupakan Amira, dia hanya hanya akan membuat hatimu lemah!" ujar Rendra.
Malam berganti pagi, hari yang ditunggu-tunggu oleh Rendra akhirnya datang juga. Setelah mandi dan berganti pakaian di kantor, Rendra bersiap menuju aula pertemuan tanpa sarapan pagi.
Bagi Rendra, menyiapkan dan memastikan aula pertemuan dalam keadaan bersih dan rapi adalah satu keharusan untuknya. Ya, ia selalu melakukan hal itu setiap akan melakukan rapat.
Gugup!
Perasaan seperti itu sudah bisa ia kendalikan, rasa percaya dirinya meningkat karena ia memiliki Amira sekarang. Ya, selain kedua orang tuanya, Amira adalah penyemangat bagi Rendra.
"Selamat pagi, Bapak Rendra," sapa salah seorang yang datang menghampiri Rendra ke aula pertemuan.
Rendra membalikkan badannya, memasang wajah terbaik dan senyum terindahnya.
Walaupun mengantuk, Rendra tidak pernah sedikitpun memperlihatkan rasa ngantuk dan capeknya kepada orang lain. Bagi Rendra, kesempurnaan penampilan dan senyum memawan adah kunci dari kesuksesan hidupnya.
Rendra ingat kata-kata Amira kalau penampilan adalah yang terpenting, keramahan adalah kunci menaklukkan hati orang lain.
"Selamat Pagi, Pak Stiven ," sapa Rendra ramah dan terlihat berkharisma.
Rendra menjabat tangan pria yang terlihat sebaya dengannya. Ia memberikan senyum menawan yang memberikan energi positif untuk siapapun yang memandangnya.
Jas berwarna hitam dengan dasi berwarna dongker yang ia kenakan memang menjadi andalan busananya, karena menurut Amira, Rendra akan sangat tampan mengenakan pakaian seperti itu. Ya, penampilan Rendra terlihat sempurna dengan wajah tampan di atas rata-rata yang dimilikinya.
"Apakah rapat dan persentasi hari ini bisa kita mulai?" tanya pak Stiven yang tidak lain adalah salah satu investor muda keturunan blasteran Indonesia Inggris, yang akan menanamkan modalnya di perusahaan tempat Rendra bekerja.
"Tentu, Pak, silahkan masuk!"
Kesan pertama dan sambutan yang sopan memang membuat segala urusan Rendra menjadi mudah.
Rendra memberikan pelayanan terbaik dan maksimal untuk pak Stiven, namun ada satu kebiasaan yang tidak pernah ia tinggalkan sebelum ia melakukan sesuatu, dulu ia selalu membutuhkan semangat dan dukungan dari ibunya, sekarang orang yang ia hubungi adalah Amira.
Sebelum memasuki ruang rapat, Rendra mengeluarkan ponsel dari saku jas yang ia kenakan, ia menghidupkan kembali ponsel yang baru saja dimatikannya.
Ia membuka WhatsApp dan melihat banyak sekali tumpukan pesan kekhawatiran dan cerewetan Amira yang sengaja tidak ia baca, karena hanya akan merusak mood Rendra di pagi ini. Namun, Rendra memilih untuk tidak membaca pesan itu. Ia langsung menghubungi Amira, gadis manja yang tidak akan berhenti mengomel jika Rendra tidak memberikan kabar kepadanya, persis sama dengan ibunya.
[Selamat pagi, Jelek]
Sapaan pembuka yang lebih terdengar seperti rayuan dan permintaan maaf karena semalaman tidak memberikan kabar apa-apa kepada Amira.
[Pagi]
Jawaban singkat sebagai bentuk ungkapan kekesalan yang Amira sampaikan kepada Rendra.
Rendra paham kalau Amira marah dan kesal kepadanya, karena ini bukan sekali dua kali terjadi antara mereka berdua.
[Buk Bos, hari ini aku akan melakukan persentasi pertama bersama investor. Aku berharap Buk Bos melepaskan kekesalan kepadaku. Aku meminta maaf atas apa yang terjadi semalaman, aku tidak bermaksud membuat Buk Bos menunggu dan mengkhawatirkanku. Aku terlalu lelah bekerja, lagian aku tidak pergi kemana-mana. Sekarang tolong jangan marah lagi dan doakanlah semoga persentasi hari ini sukses, please, jangan marah!]
Ocehan dan permintaan maaf yang keluar dari lisan Rendra membuat Amira tidak lagi bisa berkutik. Ia luluh dan tentu saja tidak bisa marah kepada Rendra.
[Selamat berkativitas, Jelek, semoga persentasi hari ini sukses, doaku selalu menyertaimu.]
Ucapan dan kata-kata penyemangat yang keluar dari mulut Amira membuat Rendra tersenyum bahagia, ia bersemangat dan percaya diri untuk melakukan yang terbaik hari ini karena ada Amira yang mendukungnya.
Ya, benar saja, Amira seperti malaikat yang menjadi jimat dalam kehidupan Rendra, setelah orang tuanya. Semangat yang ditularkan Amira membawa Rendra pada prestasi luar biasa hari ini. Rendra berhasil menggaet inveator dengan kemampuan dan semangat yang dimilikinya.
Lagi dan lagi, tanpa ragu investor menanamkan modalnya di perusahaan tempat Rendra bekerja.
Bersyukur!
Rasa syukur yang teramat sangat selalu Rendra ucapkan. Ya, tentu saja Rendra merasa sangat bersyukur sekali karena perlahan impian dan angan-angannya menjadi kenyataan. Jalannya menuju kesuksesan semakin dekat dan di depan mata.
'Buk Bos, aku harus segera menemuinya,' ucap Rendra di dalam hati.
Sekarang, apapun kesuksesan pekerjaan yang Rendra dapatkan, Amira adalah orang pertama yang akan ia cari. Ia tidak akan pernah melupakan wanita itu, karena ia tidak akan berarti apa-apa tanpa Amira.
Dengan segenap tenaga yang ia miliki, Rendra mengendarai motor matic yang ia beli dari hasil keringat sendiri untuk menemui Amira yang saat ini juga tengah bekerja di salah satu perusahaan BUMN yang lokasinya sekitar 20 menit dari kantor Rendra jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor kecepatan standar. Namun, hari ini Rendra ingin segera sampai di tempat Amira. Ia sudah tidak sabar menemui gadis itu, hingga dalam waktu 10 menit ia telah sampai di depan kantor Amira.
'Aku ingin mengatakan sesuatu kepada Amira,' ucap Rendra di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments