"Ayah sedang diperiksa Dokter, beliau tidak sadarkan diri."
Sakit!
Rasanya setiap kata yang keluar dari lisan ibu Rina seperti sebuah pisau tajam yang menusuk hati Rendra. Ia tidak sanggup menghadapi kenyataan pahit yang dihadapi oleh ayahnya.
Rendra tidak kuasa menahan rasa sakit yang teramat sangat, karena ia memang belum siap untuk kehilangan ayahnya, apalagi ia belum berhasil menjadi anak yang baik untuk kedua orang tuanya.
"Nak, apakah belum perusahaan yang memanggilmu bekerja?"
Dengan penuh pengharapan ibu Rina menatap wajah putranya dengan mata berkaca-kaca, harapan ada pekerjaan layak yang Rendra dapatkan karena mereka memang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan Bapak Winata.
Rendra menggeleng dengan sejuta kesedihan yang ia bawa bersamanya. Rasanya ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya lagi, tapi saat ini memang seperti itulah keadaannya.
Selang beberapa detik kemudian, dokter keluar dari ruang inap pak Winata. Ibu Rina dan Rendra langsung berlari menghampiri sang dokter.
"Dokter, bagaimana keadaan suami saya?" ucap ibu Rina dengan kegelisahan yang terlihat jelas di wajahnya.
"Maaf, Ibu, tapi dengan berat hati saya katakan kalau Bapak sedang tidak baik-bakk saja saat ini, jadi sebagai Dokter saya hanya bisa menyarankan supaya Bapak dirawat di rumah sakit saja, ta-pi," balas sang dokter yang seketika menjeda ucapannya
Rendra paham kalau yang dimaksudkan oleh dokter adalah uang. Ya, lagi dan lagi uang adalah segalanya, semuanya butuh uang, kertas segi empat yang sangat jauh sekali dari Rendra untuk saat ini.
"Lakukan yang terbaik untuk Ayah saya, Dokter!"
Tanpa pikir panjang, Rendra meminta dokter merawat ayahnya dengan perawatan terbaik. Walaupun ia tidak tahu akan mendapatkan bongkahan uang dari mana, tapi ia yakin kalau Tuhan tidak mungkin memberikan ia cobaan diluar batas kemampuannya.
"Baiklah! Tapi tolong selesaikan administrasinya hari ini juga."
Dokter berjalan meninggalkan Rendra dan ibunya.
"Nak, bukankah rawat inap membutuhkan biaya yang sangat besar? Kita hanya punya uang untuk cuci darah bukan untuk rawat inap."
Ada kegelisahan di hati ibu Rina, ia sangat tahu bagaimana keadaan keuangan keluarga mereka saat ini, tapi ia juga sangat paham kalau suaminya membutuhkan perawatan maksimal untuk kesehatannya.
"Tenang saja, Bu, Rendra akan segera kembali," ucap Rendra sembari mengambil langkah pergi. Namun, tidak lupa ia mencium tangan ibunya untuk mendapatkan restu dari malaikatnya itu.
"Kamu kemana, Nak?"
"Mencari pekerjaan, Bu!" ujar Rendra sembari berlari meninggalkan ibunya.
Rendra datang ke perusahaan Maju Sejahtera milik pak Santoso, orang yang membeli rumahnya.
Ya, Rendra masih menyimpan kartu nama milik pak Santoso, ia pernah ditawarkan sebagai supir pribadi pak Santoso, akan tetapi Rendra menolak padahal ia ditawarkan gaji yang sangat besar.
Dengan langkah kaki tertatih akhirnya sampailah Rendra di perusahaan milik pak Santoso.
"Mbak, apa Pak Santoso ada?" tanya Rendra pada karyawan di resepsionis.
"Mas siapa? Apa sudah buat janji?"
"Belum tapi saya kenal Pak Santoso."
"Maaf, Tuan sedang rapat dan tidak bisa diganggu!"
"Tapi saya ingin bertemu dengan beliau sebentar saja."
"Maaf, tidak bisa, silahkan kembali di lain waktu!"
"Ta-tapi, Mbak!"
"Satpam, segera usir pria ini dari sini!"
Petugas datang menghampiri Rendra untuk di usir karena Rendra telah membuat keributan di perusahaan ini. Namun, nasip baik sedang menghampiri Rendra hari ini.
"Tunggu!"
Seseorang datang menghampiri Rendra, dengan wibawa dan pesona seorang bintang.
"Pak Santoso, ini saya Rendra, apakah Bapak mengingat saya?"
Rendra mendekati pak Santoso, dengan harapan bercampur rasa putus asa yang ia bawa. Sungguh, Rendra berharap lelaki itu mengenalnya.
"Apa yang membawamu kemari?"
"Apakah tawaran untuk menjadi supir pribadi Bapak masih berlaku?" ucap Rendra dengan nada suara penuh dengan pengharapan.
"Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran? Bukankah waktu itu kamu menolak menjadi supir karena takut mengecewakan kedua orang tuamu. Bukankah orang tuamu ingin anaknya kerja kantoran bukan menjadi supir?"
"Saya butuh uang untuk berobat Ayah saya dan saya rela melakukan pekerjaan apa saja asalkan menghasilkan banyak uang."
"Termasuk pekerjaan kotor?"
"Tidak, saya akan mengobati Ayah saya dengan uang halal hasil dari keringat saya sendiri."
Ya, jawaban yang keluar dari lisan Rendra membuat pak Santoso takjub dengan semangat dan kebaikan hatinya. Rendra akhirnya diangkat menjadi supir pribadi pak Santoso dan dalam enak bulan berhasil menjadi sekretaris pribadi dan orang kepercayaan pak Santoso karena kerja keras, kegigihan dan loyalitas yang ia tunjukkan.
***
"Rendra, saya ingin kamu mewakili saya nanti untuk menemui seorang klien karena saya ada urusan bisnis ke luar negeri. Jadi semua urusan perusahaan saya serahkan kepadamu!"
"Tapi, Pak, sa-,"
"Kamu bisa, Rendra," potong Pak Santoso dengan senyum meyakinkan.
Pak Santoso menepuk pundak Rendra tiga kali dengan lembut, untuk memberikan semangat kepada pria tampan itu, sebelum ia pergi meninggalkan ruang kerjanya.
Rendra menarik nafas panjang, kemudian tersenyum kepada Pak Santoso. Ia mengatakan kepada dirinya sendiri kalau ia tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan pak Santoso. Namun, sejak sukses dan sibuk bekerja, Rendra jadi jarang mengunjungi orang tuanya. Hari-harinya ia habiskan di kantor dan mengurus bisnis perusahaan.
"Pak Rendra, kita mau kemana sekarang?" tanya supir pribadi yang khusus menemani Rendra mengurus perusahaan.
"Antarkan saya ke restoran makanan khas daerah terbaik karena salah satu klien kita sangat suka sekali dengan masakan Padang."
"Baik, Pak."
Mobil melaju dengan cepat, namun tanpa sadar mobil yang Rendra tumpangi ditabrak dari depan oleh sebuah mobil yang terlihat hilang kendali.
"Apa yang terjadi, Pak?"
"Ada mobil yang menabrak mobil kita, Pak Rendra," ujar sang supir.
Rendra keluar dari mobil dan melihat keadaan. Alangkah kagetnya ia melihat seorang gadis yang beberapa bulan lalu menabraknya juga keluar dari mobil sedang putih yang sama dengan beberapa bulan yang lalu.
Gadis itu menghampiri Rendra dengan rasa bersalah yang ia bawa bersamanya.
"Mas, tidak apa-apa?"
Tangan lembut sang gadis memegang pundak Rendra, hingga lelaki tampan itu akhirnya secara perlahan mengangkat wajahnya.
"Maaf, maafkan saya, saya tidak melihat-lihat sekitar karena saya ingin segera sampai di rumah," ucap sang gadis dengan wajah pucat dan ketakutan yang ia bawa bersamanya.
Rendra terdiam dan terus memperhatikan gadis itu.
'Sepertinya wanita manja ini tidak mengenalku,' ucap Rendra di dalam hati.
"Sekali lagi saya minta maaf karena saya ngebut saat menyetir," ujar gadis cantik dengan rambut hitam yang terurai panjang.
"Saya harus pergi?"
Rendra membalikkan badannya, ia tidak suka dengan sikap berbeda gadis itu. Ya, gadis itu pernah menghardiknya kerena saat itu ia mengenakan pakaian lusuh dengan tubuh dekil dan kotor. Namun, semua berubah dan berbeda ketika ia mengenakan mobil sedan mahal dengan pakaian bermerek. Bahkan, gadis itu terlihat sangat rakjub dan melongo menatap wajah Rendra yang terbilang tampan layaknya artis Korea. Ya, Rendra terlihat seperti Kim Tan, seorang pewaris dalam drama Korea The Heirs.
"Mas, tunggu!"
Gadis itu menghentikan langkah Rendra dan berdiri tepat di depan Rendra saat ini.
"Maaf!"
Gadis itu mengulurkan tangannya sebagai bentuk permintaan maafnya kepada Rendra.
Rendra dengan sombongnya berjalan melewati sang gadis tanpa menatapnya sedikitpun.
Rendra memasuki mobilnya dan melanjutkan perjalanan menuju restoran untuk bertemu dengan kliennya.
"Pak, jalan!" ujar Rendra.
Mobil melaju dengan kencang, meninggalkan jejak yang tidak Rendra pedulikan. Rendra tahu sikapnya berlebihan karena membalas wanita itu dengan perlakuan tidak sopan, tapi wanita itu tetap salah, sikapnya berbeda ketika melihat Rendra berpenampilan berbeda dari sebelumnya.
"Pak, Pak, kita sudah sampai."
Lamunan Rendra dibubarkan oleh sang supir, hingga membuat Rendra terkejut.
"Ma-maaf, Pak, saya melamun," ujar Rendra terbata-bata.
"Apa yang Bapak pikirkan?"
"Saya tidak yakin bisa meyakinkan klien untuk berinvestasi di perusahaan kita, saya takut mengecewakan Pak Santoso, saya gugup!"
Rendra mengeluarkan semua unek-uneknya, betapa saat ini iya gugup dan grogi.
"Saya percaya Bapak bisa, bukankah doa orang tua selalu menyertai Bapak?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Rosee
semangat thoor
kalo ada waktu senggang mampir yuk ke novel aku makasih
2023-05-05
2